All language subtitles for Im Here, Im Queer! (2022) HD online Free - FlixHQ

KOMEDI SPESIAL NETFLIX

RODRIGO SANT'ANNA DI

Apa kabar kalian?

Terima kasih.

Terima kasih.

Terima kasih.

Terima kasih.

Jangan bilang aku berpakaian
seperti Aladdin, ya? Persetan kau.

Aku senang kalian bersamaku malam ini.

Saat kuberi tahu ibuku
aku tinggalkan TV jaringan demi Netflix,

katanya, "Sungguh langkah mundur, Sayang."

Kubilang, "Tidak, Bu.
Netflix adalah perusahaan internasional."

"Mereka mengontrak banyak bintang Brasil."

"Aku buat satu acara komedi spesial
untuk mereka."

"Jadi kau akan bertingkah bodoh
agar mereka tertawa?"

"Rodrigo, bagaimana jika kau... Tidak..."

"Dengar, Nak. Bagaimana dengan kembang api
saat kau naik panggung?"

Kubilang, "Tenang, Bu."

"Di lingkungan kita dahulu,

kembang api berarti
banyak narkoba yang datang."

"Kau benar, Sayang."

"Bagaimana jika kau lakukan aksi gila
dan terbang ke panggung?"

"Apa aku terlihat seperti pemain akrobat?"

Aku akan ketakutan di atas sana.

"Juga, melayang juga mengingatkan kita
pada narkoba. Tenang, Bu."

"Sayang, kau memikirkan setiap detail!"

"Bagaimana kalau penari
mengambil alih panggung?"

"Itu mengingatkanku
pada pelanggaran. Lupakan, Bu."

"Hal sederhana saja.
Lebih sedikit lebih baik.

Lebih sederhana."

Kalian pikir
aku tak akan bergoyang bokong?

Benar...

Minggir, Cirque du Soleil!

Ayo lompat!

Aku berhasil dalam hidup!

Baiklah, zakarku sakit.
Turunkan aku sekarang.

Ayo!

Aku belajar koreografi ini di TikTok.

Astaga, biarkan aku bernapas.

Aku tak bisa bicara.

Kubilang itu akan sederhana,
tapi aku tak bisa menolak.

Hidupku tak pernah sederhana.

Bahkan... Aku serius.

Saat aku melela kepada ibuku,
itu seperti drama...

Jangan menatapku begitu, Bu.

Kau tak tahu aku gay?

Itu tersebar di seluruh tabloid.

Orang bilang aku suntik filler
agar mirip SpongeBob.

Bahwa aku mau jangkau penonton muda.

Itu omong kosong.
Aku syuting untuk Squidward Tampan.

Jangan tertawa, ya?

Seperti kataku, hidupku berubah
saat aku melela kepada ibuku.

"Homoseksualitas bisa diobati, Sayang."
Aku bilang, "Kurasa tidak, Bu."

Seperti, "Aku merasa gay.
Biar kuminum Testospirin."

"Aku bersin dengan gay.
Aku mungkin butuh Popeyelenol."

"Aku ingin batuk dengan lebih jantan.
Beri aku Paracetamacho."

Tak ada hal semacam itu.

Aku senang dengan orientasi seksualku,
tapi tak selalu begitu.

Tumbuh di lingkunganku,
teman-teman kecilku yang baik...

Konon, anak-anak
adalah hadiah dari Tuhan. Aku tak yakin.

Aku diperlakukan dengan penuh cinta
bahkan sebelum aku tahu aku gay.

Mereka bilang, "Apa kabar, homo?"

"Hei. Apa kabar, Jalang Kecil?"

Anak-anak bisa sangat kreatif.

"Hei, Penyamun Tinja."

"Hei, dasar penumpang setang."

"Penumpang setang"
selalu terdengar manis bagiku.

Apa duduk di atasnya menghalangi rem?

Kau masih bisa pindah gigi?

Begitu aku pulang,
kuberi tahu ibu baptisku

bahwa anak-anak lain terus mengejekku.

Dia bilang, "Hanya jawab
saat mereka memanggil namamu."

"Aku ikuti kata Bibi. Aku pergi lagi."

"Mereka akan berhenti mengejekku."

Lalu ada yang berteriak, "Rodrigo!"

"Genit."

"Sial, itu tak berhasil, Bibi!"

Jadi, aku menjadi peri
yang sangat tertekan.

Peri yang menyedihkan.

Lebih buruk lagi,
sepupuku punya grup samba.

Aku tak bisa bernyanyi
atau memainkan alat musik,

tapi aku bisa menari samba.

Mereka menyuruhku
belajar memainkan drum rebolo,

tamborin.

Aku bilang,
"Biarkan aku goyangkan bokongku!"

"Biarkan buah ini menari samba!"

Aku suka saat para gadis samba
melakukan undulasi ini.

Satu tangan selalu meniru kaki.

Di lingkungan, kami juga mendengarkan
pagode, funk Brasil, rap...

Semuanya bersamaan,
karena rumah-rumahnya berdekatan.

Kami tak punya pilihan.
Kau merasakan emosi tetanggamu.

"Bagus, tetanggaku punya bayi!
Sial, tetanggaku berselingkuh."

Kau hanya...

Kadang, dua tetangga mendengarkan
musik yang sangat berbeda.

Aku jatuh cinta...
Gadis nakal

Saat kecil, kami suka berbagi,
begitu juga makanan kami.

Ikan kami, misalnya,
selalu berbagi rasa dengan telur.

Karena Bibi miskin,

dia harus pakai minyak goreng
berulang kali.

Jangan pura-pura tak melakukannya.

Saat kecil, kupikir kentang goreng
terasa seperti tuna.

Masa lalu yang indah.

Namun, tak semua hal dalam hidup
menyebalkan. Selalu ada hikmah.

Aku selalu bangun tepat waktu
berkat pasangan di sebelah.

Bukan alarm mereka.

Mereka suka bercinta pukul lima pagi.

Aku tak pernah ketiduran.

Itu bukan jenis burung
yang biasa membangunkanku.

TOMAT CERI

Hei, Kalian. Apa kabar?

Aku Tomat Ceri,
tapi kalian bisa memanggilku Tomat-C.

Jangan taruh aku di kerat sayuran,
karena aku buah.

Aku tak suka diperlakukan
seperti saus tomat.

Kau dikumpulkan dalam wadah
yang terbuat dari kaca atau aluminium,

kehilangan identitasmu,
dan menjadi satu gumpalan besar.

Mereka mengupasmu telanjang...

Namun, itu bagian bagusnya.
Pesta seks tomat.

Aku mengencani sebuah tomat saat itu,
tapi dia terlalu nakal.

Dia bilang, "Mau cicipi aku?"
Kubilang, "Kau terlalu benyek."

Jadi, aku beranjak. Aku sudah bilang
aku tinggal di toko sayur?

Ya!

Ya, tapi aku benci itu.
Terlalu berantakan.

Aku lebih suka tinggal
di toko bahan organik mewah,

lapang dan rapi.

Tetanggaku menjijikkan.

Si Ubi Jalar.

Dia berbulu dan penuh kotoran.

Kubilang, "Sayang,
pernah dengar laser penghilang bulu?"

Dia meludahi wajahku. Menjijikkan sekali!

Omong-omong, aku melanjutkan hidupku.

Kurasa dia cemburu karena aku organik.
Aku sudah bilang aku organik?

Ya! Aku organik.

Orang-orang iri padaku,

tapi aku tak peduli.

Karena kami para tumbuhan organik
punya tubuh langsing.

Aku ingin tumbuhkan beberapa lekukan
untuk menarik perhatian tomat.

Jadi, aku mendatangi petani

dan minta pestisida untuk besarkan badan.

Saat dia berikan kepadaku,
ibuku datang dan meributkannya.

Kubilang, "Baik, tak kuambil."

Omong-omong, aku bertemu orang baru.

Aku mengencani Bergie,

dia terong yang sangat besar.

Dia luar biasa, tapi hati-hati.

Aku masih sedikit trauma.

Sayuran besar bisa sakit.

Aku bicara dari pengalaman.

Aku pernah pacaran dengan singkong.

Ya!

Orang bilang itu karbohidrat bagus,

tapi mereka sangat seksis!

Dia menyakitiku, dan aku tersesat.

Aku masih sangat muda saat itu.

Suatu kali, aku pergi ke pesta.

Aku mabuk berat

dan bertemu pasangan gay di sana,
Coral dan Radicchia.

Aku tahu hijau adalah "kuning" bagiku.

Panen yang gila!

Omong-omong, hidup terus berjalan

dan aku bertemu pasangan lain,
Paprika and Bawang Bombai.

Kami lakukan seks bertiga di ruang ganti.

Saat situasi memanas,
bawang bombai membuatku menangis,

dan kupikir aku tak suka wanita.

Kini, aku bangkit lagi
dan mulai belajar bahasa Italia.

Akhirnya, aku ingin pergi ke parlare.

Buonasera,Bajingan.

Aku ingin mencari pria Italia

untuk memercikkan minyak dan memakanku.

Sementara itu, aku akan tetap di sini.

Menjadi aneh di tanah air!

Hentikan!

Kau pernah ke pesta, Bu?

Ada juggling, piroteknik...

Astaga, itu gila.

Aku tak harus memerankan karakter,
tapi aku mau. Aku tak suka yang sederhana.

Komedi tunggal
hanyalah orang dan mikrofon.

Omong-omong, yang menarik dari tomat

adalah tomat ceri lebih kecil,
tapi lebih mahal.

Gila, 'kan?

Kalian suka informasi yang mengubah hidup?

Namun, itu membawaku ke topik lain.

Ukurannya berkurang
dan harganya naik seiring waktu.

Pernah menyadarinya?

Dahulu, ponsel besar.
Kini, kecil dan mahal.

Dahulu, komputer itu raksasa.
Kini, lebih kecil dan lebih mahal.

Tempo hari, aku membaca artikel...
Kau dengar aku?

Menurut artikel ini,

penis manusia menyusut
seiring bertambahnya usia.

Akankah nilai pasarku meningkat
seiring waktu?

Suamimu sudah lemas, ya?

"Tak mungkin!"

Katanya sambil goyangkan bahu.

Aku miskin saat modernitas tak membantu.

Kalian ingat Walkman?
Generasi ini tak tahu.

Saat kau miskin, ibumu bilang,

"Kerja keras akan memberimu
apa yang kau mau."

Aku berusaha keras untuk membeli Walkman.

Saat aku membelinya, datanglah Discman.

Bekerja lebih keras untuk Discman,
datanglah pemutar MP3.

Akhirnya aku berkata,
"Persetan, aku menyerah."

Sekarang, kondisi keuanganku lebih baik,
mereka membuat Spotify.

Seharga 20 dolar,
kita punya musik tak terbatas di ponsel.

Jika kau tak keberatan dengan iklan,
itu bisa gratis.

Bicara soal iklan, aku sangat membencinya.

Waktu aku kecil,

saat adegan penting akan terjadi,

saat Sam di Ghost akan berjalan
menuju cahaya, mendadak muncul jeda iklan.

Astaga. Itu sebabnya
kini aku cuma menonton Netflix.

Satu hal yang kurindukan
adalah tagihan kertas.

Dahulu, itu sangat manis.

Sekarang, itu dikirim lewat surel.

Aku suka kertas yang dicap,
untuk melihat dan menyentuhnya.

Biar kujelaskan serunya
melihat cap "lunas".

Bayangkan kau di mal
dan harus buang air kecil.

"Cleide, ayo ke toilet."

Wanita suka pergi bersama.

"Baiklah, aku harus pergi juga!"

"Astaga, kurasa aku tak tahan."

"Aduh, aku bocor."

Perasaan saat kau buang air kecil
setelah berjam-jam menahannya

sama seperti saat kau melihat
cap "lunas".

Sangat...

Lingkunganku kekurangan prasarana,

tapi kami dapat tagihan untuk dibayar.

Dalam hidupku, namaku pun harus dicicil.

Saat Ibu akan membuat akta kelahiranku,

dia diminta membayar
untuk sejumlah surat atas namaku.

Dia bilang, "Berapa harga 'Rodrigo Sant'?"

Saat pria itu bilang tarifnya tetap,

ibuku bilang, "Namanya Rodrigo Sant'Anna."

Semiskin itu kami.

Ada yang bilang, mereka terlahir miskin,
tapi perlahan berubah.

Aku makin miskin.

Penagih utang lebih sering
meneleponku daripada Ibuku.

Bagi kalian yang menyukai cinta kuno,

Experian mengirimiku banyak surat
untuk membuatku kagum.

Kalian tertawa karena tak merasakannya.

Aku kesulitan.

Jika ada grup WhatsApp saat itu,

grupku adalah aku, bank,
dan rencana pembayaran bunga tetapku.

Serius.

Kalian tak paham maksudku.

Sampai sekarang, masih ada lemari
yang kudapat dari toko mebel murah.

Dan "dapat" maksudku "ambil."
Tak kubayar, dan utangku kedaluwarsa.

Kau berharap utang ranjang besarmu
kedaluwarsa, bukan?

Itu bahkan tak muat di kamarmu, ya?

"Tenang, akan kupakai sebagai sofa."

Aku berutang banyak pada toko mebel itu,
tapi tak kurekomendasikan.

Lima tahun terburuk dalam hidupku.

Melihat truk perusahaan itu
membuatku merinding.

Bagian bawahku masih berdiri tegak.

Aku benci suara truk itu.
Itu membuatku merinding.

Namun, aku sangat berterima kasih
kepada mereka.

Aku bisa bayar sekarang
jika kalian masih mau.

Kalian seperti ibu bagiku.
Terima kasih banyak.

IBU PANDEMI

Astaga.

Hai, Semuanya.

Aku Ibu Pandemi.

Bukannya aku hamil saat pandemi,

tapi aku baru sadar aku seorang ibu
saat harus lepaskan Neide, si pengasuh.

Dia membawa foto anak-anakku bersamanya.

Aku selalu pulang larut,
saat mereka tidur nyenyak.

Dan diri mereka yang tidur

tampak sangat berbeda.

Pada hari pertama mereka bangun,
anak sulungku menempelkan permen karet.

Kubilang, "Nak,

kau tahu kau tak boleh
menempel permen karet ke rambut Ibu?"

Dia menjawab,
"Tidak, Ibu hanya melarangku menelannya."

Aku pergi dan berpikir

mereka mungkin dirasuki.

Kucari akun Instagram perawatan diri

dan menemukan pendeta pemengaruh.

Katanya, anak-anak
membawa warna khusus ke rumah.

Ya, benar.

Mereka warnai seluruh rumah dengan krayon.

Dengan 36 warna Faber-Castell.

Mereka menggambar ibu mereka.

Aku selalu bermimpi punya enam lengan.

Bahkan Homer, anjing kami,

kunamakan Romero Britto.

Mereka membuat potretnya.

Namun, seperti kata pepatah,

cinta seorang ibu tak pernah berhenti.

Benar-benar tidak. Bisa kupastikan.

Minggu ini,

aku belum tidur
selama tiga hari. Syukurlah.

Aku hanya tidur tiga jam pekan lalu.

Mereka memukulku,

mereka mengutukku...

Telingaku yang ini berdenging.

Putra bungsuku berkata,
"Tepuk telinga kejutan!"

Mereka tak akan tenang
sampai menonton Lottie Dottie Chicken.

Omong-omong, keadaanku sangat baik.

Sangat sukses di Clonazepam.

Maaf, aku tertidur.

Aku baru saja berhubungan
dengan "Baby Shark doo doo doo"

dan menjadi jijik dengan boga bahari.

Lalu aku berhubungan
dengan Peppa Pig menjijikkan.

Aku hampir menjadi vegetarian.

Setiap kali aku duduk di depan televisi,

hanya ada Money Heist,

karena rumahku seperti habis dirampok.

Terapisku menyuruhku
berhenti menekan emosiku.

Para malaikat kecilku
mulai menghadiri kelas daring.

Aku sudah mengutuk tiga guru.

Bu Suzana, Bu Filipa, dan Bu Vitória.

Mereka menyuruh murid membuat kolase
dengan kacang dan gliter!

Bu Felipa, harga kacang sangat mahal!

Dan noda gliter tak hilang!

Jangan tertawa terbahak-bahak.

Aku baru menidurkan anak-anakku.

Diam!

Aku memainkan konser virtual untuk mereka.

Mereka juga tak tahan lagi.

Mereka langsung tertidur.

Namun, aku santai.

Karena aku lihat di berita malam ini

bahwa pandemi
hanya akan berlangsung empat pekan.

Ini hampir berakhir.

Ikuti gerakan ini, dan ini
Ayo

Dan ini, lalu ini

Dan ini, lalu ini
Dan ini

Lalu ini, dan ini

Terima kasih.

Itu konyol.

Jadi, aku keluar
dari Morro dos Macacos. Ya.

Hore!

Dan berhasil sampai ke Quintino. Hore...

Kalian tahu Quintino?

Jika pernah lihat rel
dan permukiman, pasti tahu.

Itu wajib didatangi.
Harus dilalui secepatnya.

Satu-satunya hal baik dari Quintino
adalah Zico.

Itu tak mengubah lingkungan,
tapi aku tahu itu positif.

Jadi, kubilang,
"Aku dari Quintino, seperti Zico."

Kenapa aku mengeluh?

Aku tak pernah tinggal di sana,
hanya bermalam.

Perjalanan pulang-pergi adalah keahlianku.

Sungguh. Bus itu rumahku.
Aku yakin beberapa dari kalian paham.

Aku dengan ransel tahan air.
Tahu yang karet klasik itu?

Ibuku sangat bangga. "Ini mahal,
tapi bertahan sepanjang tahun!"

Namun, itu bertahan empat tahun
di punggungku.

Ritsletingnya hanya berfungsi satu arah.

Begitu di Quintino,
aku tak mampu melupakannya.

Aku ambil semuanya,
masukkan sebanyak mungkin ke dalam tas.

Lalu, saat buka pagar, kulihat bus datang.

"Sial. Hei, Pak Sopir!"

Itu sangat kasar,
masih berbekas di punggungku.

Bukan ranselnya.
Logonya tercap panas di kulitku.

Seperti tato.

Dan saat bus pergi
tepat saat aku tiba di halte?

Aku merasa sengsara
seperti saat membayar

utang tanpa akhir dengan bunga
dan biaya yang masih harus dibayar?

Aku sangat tahu perasaan ini.

Aku tahu cerukan dari setiap posisi.

Posisi misionaris,

yang kau berkhotbah bahwa kreditur
memaafkan debitur mereka.

Gaya anjing. Kau sangat miskin,
bertingkah kelaparan sepanjang waktu.

Enam puluh sembilan,

yang hidup terbalik
dan kau berliur karena daging.

Kau baru paham, ya?

Tak apa-apa. Itu sulit.

Dia bukan yang tercepat...

Tawanya agak terlambat, tapi siapa peduli?

Omong-omong...

Bus itu keren
karena kau membangun komunitas.

Penumpang bus di sini tahu
betapa hebatnya itu.

Orang-orang tahu
hal paling pribadi tentang hidupku.

Kondektur bus tahu
saat aku disunat, tak seperti ayahku.

Namun, ada hikmah
dari semua hal dalam hidup.

Aku berangkat ke sekolah akting pertamaku.

Saat mau turun,

bel yang seharusnya dibunyikan
sering tak terdengar.

Lalu aku berteriak,

artinya aku bisa
belajar memproyeksikan suaraku.

"Hei, Sopir! Aku mau turun!"

Namun, ternyata,

dia tetap tak dengar karena mesinnya,

yang memaksaku memperbaiki bahasa tubuh

agar dia melihatku dari kaca spion.

"Hei, Sopir! Apa-apaan, Bung?"

"Biarkan aku turun!"

Saat turun, aku melatih ingatanku.

Aku sangat kesal,

hingga mau gambarkan wajahnya
ke pria mencurigakan bersenjata.

Untuk menakutinya. Hanya bercanda.

Namun, harus diakui,
beberapa sopir sungguh bajingan!

Aku Anus.

Namun, panggil aku Lubang Pantat.

Aku datang untuk melawan bokongfobia.

Kami korban diskriminasi sejak kecil.

"Dasar setan kecil nakal"
bisa jadi pujian,

tapi "dasar pantat panci" adalah hinaan.

Itu jelas cerminan
dari masyarakat seksis kita.

Lalu kau tumbuh dewasa

dan dicurangi lagi dan lagi.

Kau kering di tempat teduh.

Kau pernah menjemur pakaian
di tempat teduh?

Baunya pasti tak enak.

Aku bersuara sengau

karena mencubit hidungku seumur hidupku.

Aku sudah terbiasa,

tapi seiring bertambahnya usia,
prasangka itu tetap ada.

Pikirkanlah.

Dalam perkelahian, orang bilang,
"Akan kutendang..."

"Sodok ke..."

Terlalu banyak kebencian untuk dihadapi.

Aku muak.

Seolah-olah itu tak cukup,
kini aku dirundung di antara kaumku.

Karena... Aku serius.

Berkat pemilikku, saudara-saudaraku
memanggilku pecundang.

Namun, pemilikku yang minta.

Menulis "tanpa sakit, tanpa hasil"
di swafoto di ruang olahraga,

TikTok bertelanjang dada,
dan kelab bertelanjang dada,

minum-minum...

Dia bekerja terlalu keras,
lebih dari yang dia bisa.

Tekanannya besar.

Itu bahkan memberiku gumpal kecil.

Kukira itu jerawat.

Ternyata, itu wasir.

Dia ke kamar mandi,
dan saat menyadarinya,

dia mulai mengutukku.

Kubilang, "Aku tak terbuat dari besi!"

Namun, suaraku tak terdengar,
kecuali saat buang air besar.

Aku sangat lelah.
Aku ingin memintamu sesuatu.

Beli tisu toilet berkualitas.

Aku penuh ruam.

Beli tisu toilet lembut.

Jangan yang berpewangi. Aku alergi.

Lebih baik lagi, mandilah.
Itu menyegarkan.

Jika tak bisa, gunakan bidet.

Hindari bedak.

Pemilikku selalu memakainya,
dan aku jadi pencandu bedak.

Aku punya grup WhatsApp
dengan teman-teman anusku.

Octavianus dan Adrianus.

Adrianus bilang...

Aku terus suruh pemilikku bercukur!

Rasanya ada rambut jagung
yang tersangkut di gigiku!

Adrianus bilang
aku harus mencoba pelilinan bulu.

Dia bilang mereka memakai setrip...

Kau jadi agak longgar, tapi setelah mandi...

Aku hanya meniru wajahnya.
Aku tak pernah bercukur!

Namun, aku ingin pemilikku mencukurku

karena aku dalam situasi sulit.

Maksudku, teman dekatku ini dan aku.

Ya, bokongnya.

Omong-omong, Bu,
kau sedang hancurkan bokongmu.

Serius.

Pemilikku agak seksis.

Aku juga heteroseksual,
tapi aku terbuka untuk pengalaman baru.

Dia tak berolahraga
karena dia pikir itu gay.

Tebak apa? Bokongnya kendur.

Tempo hari, dia memutuskan
untuk berolahraga di treadmill.

Aku merasa seperti di perahu motor.

Namun, aku senang.

Minggu depan,
pemilikku akan pergi ke proktologis.

Temanku Octavianus bilang,
jari di bokong terasa luar biasa!

Aku tak sabar!

Seperti kataku, aku heteroseksual,
tapi aku suka pengalaman baru.

Bahkan, kurasa aku sering penasaran.

Aku pantas bahagia, Bu!

Jika dipikir-pikir, hidupku penuh kotoran.

Kadang pemilikku pergi ke kelab, mabuk,

dan saat dia pulang,
ada pos pemeriksaan kadar alkohol.

Saat dia melihat polisi,

dia seperti ini.

Lepaskan, Bung!

Menjijikkan.

Astaga, aku butuh kiropraktor.
Anusku kaku.

Pemilikku politisi,
dan rumahnya digeledah polisi tempo hari.

Kurasa tak ada tempat lain
untuk simpan uangnya.

Tiba-tiba, aku merasakan 100 dolar.

Lalu aku merasakan 200 dolar, 300 dolar...

Astaga, kurasa sekarang
aku rekening tabungan!

Keluar!

Penarinya luar biasa. Saat disuruh pergi...

Mereka menurut. Terima kasih.

Memainkan karakter ini

mengingatkanku pada teater
di awal karierku.

Bukan karena itu nakal!

Bukannya kami tak bersenang -senang,

tapi aku bicara soal gaji kecil kami.

Kami melakukan drama anak-anak,
pesta anak-anak...

Omong-omong, kiat untuk pesta anak-anak.

Untuk tahu keluarga itu kaya atau miskin,
amati anak yang berulang tahun.

Keluarga miskin tak adakan pesta
tiap ulang tahun.

Jadi, mereka berusaha
menebus tahun-tahun berikutnya.

Saat kau tiba, anak itu berkata,

"Paman, aku punya trampolin!
Apa akan ada permen kapas?"

Terlalu banyak pilihan.

Anak-anak kaya berpesta setiap tahun.
Jadi, mereka tak tertahankan.

Mereka akan melihatmu dan berkata,

"Ayahku membayarmu."

Itu membuatku merinding.

Suatu kali, aku memerankan Patati,
dari Patati Patatá.

Namun, Patatá tak datang.

Anak itu mendatangiku dan berkata,
"Ayahku membayar untuk sepasang badut."

Kubilang, "Patatá tak datang,

tapi Patati...

ada di sini."

"Aku tak suka Patati."

"Aku lebih suka Patatá."

Aku berjalan pincang

menjauh dari iblis kecil itu.

Saat melihat ayahnya, kukirim banyak foto
untuk memastikan aku dibayar.

Lalu, saat aku dibayar,

aku menjumlahkan jumlah bus
yang harus kunaiki untuk pulang.

Tarif bus mengambil semuanya.

Pada akhirnya, bayaranku yang sebenarnya
adalah hot dog tak enak

dan soda hambar, kau tahu? Itu bayaranku.

Lebih buruk lagi, saat aku pulang,

lapar dan tanpa sepeser pun,
teman-temanku mengundangku ke restoran.

Kubilang, "Aku sedang tak ingin."

"Namun, semua orang datang!"

Kau tahu kapan kau tak perlu menerima?

Aku menerima.

Di restoran, semua orang memesan,

dan aku bilang, "Aku belum lapar."

"Ayolah, kau boleh pesan apa pun!"
"Tentu, tapi aku tak lapar!"

Semua orang memesan makanan,

pelayan menghidangkannya,
aku berlagak tenang,

lalu seorang teman baik menawarkanku.
"Ambil sepotong lasagna-ku."

Saat aku akhirnya menyerah,
saat lasagna mencapai asam lambungku,

aku seperti membangunkan alien di dalam.

"Aku mau lagi!"

"Jangan ambil lagi! Tenanglah."

"Sepotong kecil lagi!" "Diam."

"Satu lagi!" "Tidak. Diam!"

Saat alien akhirnya terkendali,

pria lasagna
menyisakan setengahnya di piringnya.

Alien itu bilang, "Ambil!"

Kubilang, "Tidak."

"Ambillah! Tanya dia!"
"Tidak, aku tak mau!"

Saat akhirnya hendak aku ambil,

pelayan datang entah dari mana
dan mengambilnya.

Saatnya membayar tagihannya.

Selalu ada orang berengsek yang bilang,

"Ayo kita bagi sama rata!"

Teman-teman,

pelayan ini ayahku.
Ayo bertepuk tangan untuknya.

Luar biasa, Ayah.

Kerja bagus.

Itu tak perlu. Dia hanya mau
asuransi kesehatan Netflix.

Kubilang, "Bawa dia,
dan kita bisa urus nanti."

Keluargaku selalu bertanya,

"Seperti apa di balik layar di televisi?"

"Seperti di lingkungan kita."
"Pernah bertemu Gloria Pires?"

"Ya, tetanggaku
juga bernama Gloria Pires."

"Oh, Rodrigo.
Katakan bagaimana keadaannya..."

Sama saja! Jika terlalu banyak bicara,
kau akan dibuat menghilang.

Terlibat dengan atasan,

dan kau bisa naik atau kacau.

Dan jika kau mengacau parah,
kau akan dibereskan.

Bukankah sama saja?

Sebaiknya aku buat kanal YouTube.

WMP

- Hai.
- Hai.

Aku wanita mesin pencari.

Tentu saja aku wanita.

Jika bukan,
aku tak akan tahu letak G-spot

atau berapa usia Glória Maria.

Ha-ha.

Aku tak suka diperlakukan
seperti buku telepon

saat kau butuh nomor toko
untuk mengembalikan sesuatu yang kau beli.

Ya, aku pernah bekerja
sebagai salah satu suara Waze.

Jangan mengutukku
jika kau berakhir di tempat berbahaya.

Aku tak bisa disalahkan.

Pemerintahmu yang salah.
Mereka tak akan memberimu keamanan.

Itu dia.

Aku akan berpura-pura salah.

Aku punya banyak pengalaman
memeriksa ejaan obrolan WhatsApp.

"Aku punya polip."

Baiklah. Diego Hypólito.

Pesenam Olimpiade yang berpartisipasi
dalam acara kompetisi menari terkenal.

Baterai lemah.

Isi ulang dayaku.

Aku ada kencan dengan iPhone 13 nanti.

Kami bertukar foto cabul.

Rasakanitu, Siri dan Alexa.

Kalian berdua baru saja tiba
dan ingin duduk di dekat jendela?

Oh tidak, ada pertanyaan lagi.

"Bagaimana cara bepergian ke Noronha
dengan 50 dolar?"

Berenanglah.

"Di mana aku bisa menemukan kebahagiaan?"

Di dalam dirimu, Berengsek.

Sial, aku ingin menjawab jalang itu

dan kehabisan baterai.

Biar kuaktifkan modus senyap.

Jangan beli pengisi daya
dari penjual tak resmi.

Bateraiku menua.

Ikuti ini, dan ini

Dan ini, lalu ini
Ikuti ini, dan ini, dan ini

Baiklah

TIBA

Saat para penari membawaku pergi,
itu mengingatkanku pada Amerika Serikat.

Entah berapa banyak dari kalian
yang pernah ke sana,

tapi kalian disambut banyak pertanyaan
hingga merasa akan diseret.

Aku tak pernah mengira akan ke sana,
tapi aku ke sana berkat acara televisi.

Produser mengirimiku foto
dan bertanya apa aku punya visa.

Kubilang, "Tentu saja."
Lalu dia mengirimiku foto paspornya.

Kukira maksudnya kartu kredit.

Namun, kami bereskan semuanya,
dan aku pergi.

Hal pertama yang dilakukan
saat tiba di Amerika...

Aku belajar bahasa Inggris
selama enam tahun. Ya.

Namun, begitu tiba,

aku sadar bahwa yang terdekat
dengan menguasai dua lidah

adalah saat mencium dua orang
di malam yang sama.

Sebenarnya, aku poliglot saat itu.

Namun, aku orang yang baru.
Suamiku datang malam ini.

Saat tiba di Amerika Serikat,

aku berubah dari "Aku bisa bahasa Inggris"
menjadi "Aku bisa bertahan."

Dengan WhatsApp,
aku bahkan tak perlu mengetik.

Mengeja dalam bahasa apa pun
bukan keahlianku. Aku hanya kirim audio.

Ejaan itu rumit.

Misalnya, bagaimana mengeja "access"?

Katakan, bagaimana mengejanya?

- A-C-C-E-S-S.
- Salah.

Tidak, itu benar.

Ada grup berbahasa Inggris
yang tak bisa kupahami.

Aku hanya bilang, "Okay, that's alright."

Kita pergi ke Amerika Serikat
untuk berbelanja dan mengunjungi taman.

Tak perlu bicara untuk membeli,
dan aktor punya bahasa tubuh yang kuat.

Mau bilang apa?
"Aku mau coba celana lebih kecil."

Baiklah, begini.

Mengerti? Ketat.

Celana ini menyakiti...

"Aduh!"

Selesai. Untuk taman hiburan,
itu kekecewaan terbesarku.

Semua orang bilang roller coaster itu
sangat menakutkan,

kau hampir memberaki celanamu
saat menaikinya.

Sayang, aku pergi
ke taman hiburan keliling di Rio.

Kau pernah naik Kamikaze?

Yang jungkir balik.

Aku pernah tertimpa baut.
Kubilang, "Aku tak mau lagi."

Tuhan, selamatkan aku.

Itu menakutkan.

Lalu temanku bilang,
"Tunggu saja, Rodrigo!"

"Kau akan ketakutan setengah mati
saat naik kereta hantu."

"Ada efek di tikungan..."

Aku naik kereta dari Central do Brasil.

Di gerbong terakhir, efek spesialnya
adalah perampok yang menembakkan pistol.

Itulah ketakutan setengah mati.

Namun, yang paling kurindukan
adalah es loli Moleka.

Yang jika dijilat sekali,
warnanya memudar.

Aku sangat merindukannya.

Suamiku di sini, tapi dia akan paham.

Aku mengalami fase yang sangat binal.

Jangan menatapku seperti itu.
Semua orang pernah melalui fase itu.

Kau menyombongkan bakat pasanganmu.

Omong-omong, beberapa selebritas bilang
mereka tak berkencan dengan penggemar.

Pria tampan bisa memilih. Aku?
Selama dia bernapas, aku menerima.

Menjadi idola seseorang itu keren,
tapi saat kau pelawak,

orang mau kau lucu saat kau...

Kau tahu?

Suatu kali, aku sedang melakukannya,

dan pria itu berkata,
"Beri aku tatapan Valeria."

"Alih-alih mendesah,
katakan, 'Aku gadis kotor.'"

Tak akan.

Aku akan mengabaikannya, masuk kamar,
melepas pakaianku, dan orang itu...

"Bagaimana kalau kita menonton Get Out?"

"Ini sangat mendebarkan."
Aku tak akan begitu.

Mari segera ganti topik

karena ini sangat menyedihkan.

Kalian tertawa karena tak merasakannya.

Biar kubahas sesuatu
yang tak ada hubungannya.

Suamiku memberiku tatapan buruk.

Di lingkungan, situasi sepupu
benar-benar di luar kendali.

Seseorang bukan sekadar punya sepupu.

Ada sepupu pertama,
sepupu kedua, sepupu ketiga...

Jika begini, aku mungkin sepupumu, Bu.

Lalu ada sepupu yang berciuman.

Aku dari keluarga kerajaan.

Aku berhak atas sebagian kekayaannya.

Keluarga kelas bawah
seperti di telenovela.

Ada bagian miskin,
bagian kaya, dan selingan jenaka.

Aku tak pernah jadi yang lucu.

Tahu paman yang merasa dirinya lucu
dan terus buat lelucon kuno saat Natal?

Aku benci itu.

KALKUN NATAL

Yang benar saja.

Apa kabar? Aku Kalkun.

Kalkun, bukan Ayam Jantan.

Orang-orang sering salah menyebut
dan itu menyebalkan. Karena...

Kau pikir itu lucu?

Ya? Karena tak ada yang peduli soal ayam,
tapi kalkun diharapkan berukuran besar.

Semua orang ingin memakanmu.

Aku merasa dijadikan objek.
Makan saja merpati!

Aku menentang pembunuhan hewan.

Aku vegetarian, tapi...

Apa aku salah? Ayolah!

Pada malam Natal,
mereka mengisiku dari bokong!

Aku seperti ini.

Sedang bersantai.
Dan kalian datang dengan nanas.

Kalian mau memuaskanku dengan nanas?
Dasar orang-orang munafik.

Kalian hadiri Misa de Gallo
dan pulang untuk menikam kalkun.

Tahu siapa pria yang berulang tahun
pada tanggal 25, bukan?

Kalian kenal dia.

Itu pembantaian. Kalian ambil aku,

ikan kod,

Chester muda yang malang.

Hanya ayam yang ditingkatkan.

Kalian bajingan.

Kami harus bersembunyi
agar tak dimasukkan ke mulut kalian!

Apa yang lucu, Pak?

Tak ada sindiran seksual.

Kau terus melihat lelucon seksual
yang tak ada!

Kalkun harus besar agar bisa diterima.

Perusahaan unggas menolak
lamaran kerjaku karena aku kecil.

Pintu kandang tertutup untukku.

Aku mungkin harus cari
kemitraan lain agar diterima.

Apa yang kau tertawakan? Aku kesal.

Karena kalian semua palsu.

Aku dengar yang terjadi di meja.

Bibi bicara buruk tentang keponakannya.
"Dia ini dan itu..."

Keesokan paginya,

mereka berdua bertukar hadiah
dalam semangat Natal.

Yang benar saja!

Kau beri hadiah mahal
dan dapat balasan kaus kaki.

Bukannya membenci kaus kaki!

Akan kupromosikan merek kaus kaki
jika diberi kesempatan.

Kalkun lelah.

Kalkun terluka.

Kalkun butuh bantuan. Ada yang mau?

Berhenti membunuh hewan. Adopsi kalkun.

Masukkan kalkun ke dalam.

Aku suka Malam Natal.

Pasti ada paman yang hobi berselingkuh,

tapi ingin mengajarkan
nilai-nilai tradisional keluarga.

Bibi yang ingin memberimu saran hubungan,

tapi menjadikan kue wortel
sebagai foto profilnya di Tinder.

Iklan kue? Yang benar saja.

Natal bukan masalahnya.

Mengumpulkan kerabat adalah masalahnya.

Keluarga kelas bawah

sering memiliki kerabat kaya

yang membeli rumah pantai.

Biasanya, rumah ini muat empat orang,
tapi mereka undang 23 orang.

Bibimu menelepon keluarga
untuk memberi tahu kabar baik.

"Aku membeli rumah di sebelah pantai,

hanya 25 menit berjalan kaki."

Jalan kaki 25 menit tidak dekat, Bibi.

Namun, kau tak mampu untuk mengeluhkannya.

Jadi, kau kirim audio,
"Apa aku harus bawa sesuatu?"

"Tidak, tenang saja."

"Hanya bantal, seprai,
dan selimut agar aman."

"Haruskah aku bawa tikar?"
"Tidak, kami punya di rumah."

Setelah satu malam,
ubin lantai tertato di punggungmu

karena tikarnya terlalu tipis.

Saat semua orang bangun...
Ayah baptisku dulu merokok Derby.

Tahu Derby?

Dia bangunkan semua orang
saat batuk-batuk.

Dia berhasil membangunkan semua orang!

Lalu tiba saatnya patungan untuk barbeku.

Yang satu membeli sayap ayam,
yang lain harus membeli steik,

yang beruntung
bisa membeli roti bawang putih.

Lalu, saatnya mandi.

Sebelum itu,
sepupumu mabuk pukul 10.30 pagi.

Dia datang dengan celana renang longgar,

belahan bokongnya terlihat.

Dia bilang, "Apa kabar, Rodrigo?"

Dia mengingatkanku pada kulkasku.
Hanya ada telur.

Lalu, saatnya mandi.

Satu kamar mandi untuk 23 orang,

dan jelas,
airnya tak cukup untuk semuanya.

Ya, dia tahu itu.
Dia punya rumah di Cabo Frio.

Semua orang mengantre untuk mandi.

Suatu kali,
ibu baptisku berada di urutan ketiga.

Dia punya sepasang payudara
yang bagus menurutnya.

Dia keluar dari kamar mandi,
penuh sabun, terbungkus handuk,

dan tak sadar payudaranya mencuat.

Dia keluar dari kamar mandi seperti ini.

"Sialan, Rodrigo! Tak ada air lagi!"

"Aku sedang mandi. Sial, Rodrigo!"

Lalu dia sadar payudaranya mencuat.

"Payudaraku mencuat
dan kau tak memperingatkanku? Sial!"

Dia menderita varises.
Jadi, tak bisa lari.

Aku bersenang-senang di rumah itu.

Saat mulai bekerja di TV,
aku sering ke sana.

Ingat apa arti Zico bagi Quintino?

Bagi keluargaku,
aku bak Zico bagi Quintino.

Suatu hari, aku terbangun saat sepupuku

berkata pada tetangga,
"Sudah kubilang dia mengiler."

Saat mulai mengencani pria,

aku mau mengajak mereka
bertemu keluargaku.

Aku hanya bisa membeli tenda berkemah.

Kupikir itu akan romantis,
cahaya bulan dan sebagainya.

Kupikir kami akan punya
lebih banyak privasi.

Di sana, kami menginap di tenda.

Tiap kali tenda bergoyang karena angin,
ada kerumunan di jendela.

Rasanya seperti final Piala Dunia.

Keluargaku ingin tahu
kapan pertandingan dimulai.

Lelucon yang buruk.

Terlambat.

- Apa acaraku terlalu gay?
- Tidak.

Namun, siapa peduli jika itu benar, Bu?

Orang heteroseksual
mengolok-olok kami selama ini, 'kan?

Jika bukan karena akting,
mungkin aku tak akan di sini,

menceritakan kisahku.

Ada banyak peri yang diusir saat ini

hanya karena seseorang berpikir
mereka terlalu berisik.

Aduh.

- Banyak sekali, bukan?
- Ya.

Jika bukan karena komedi,

aku mungkin tak akan bercanda di sini

tentang kaumku sendiri.

Aku pernah dengar,

mengolok-olok orang kelas bawah
yang bicara dengan lantang

adalah diskriminatif.

Aku bertanya pada diriku,
"Terhadap siapa?"

Diskriminasi ingin membatasi
volume suaraku

untuk menyenangkan telingamu.

Caraku bicara...

Caraku bicara,
caraku berpakaian, cara berjalan...

Tak ada yang benar atau salah.

Ini bukan tes pilihan ganda.

Kata orang, keluarga adalah fondasi
dari segalanya, dan itu benar.

Namun, keluarga yang mana?

Aku dibesarkan oleh ibu baptisku
karena ibuku bekerja.

Ayahku pencandu alkohol.

Dia datang hari ini.
Kami sudah berubah. Itu mungkin.

Menurutmu ini jadi terlalu berat, Bu?

"Aku datang untuk tertawa
dan dia membuat drama!"

"Aku akan mengkritik acaranya."

Ya, aku datang untuk melakukan komedi,

dan aku ingin malam ini luar biasa.

- Ini luar biasa.
- Terima kasih.

Namun, terkadang, mentertawakan semuanya

adalah keputusasaan.

Karena mengejutkan

untuk menyadari bahwa banyak hal...

tetap tak berubah.

Suatu kali, aku di hotel.

Saat aku tiba di lobi,

resepsionisnya menatapku dan berkata,

"Pintu masuk karyawan di sana."

Aku ada di acara yang diputar di televisi.

Jadi, kutunjuk itu
untuk meluruskan kesalahpahaman.

Dia melihat televisi, dan berkata, "Oh..."

Dia bilang, "Oh! Kau si pria kabel."

"Pintu masuk karyawan ada di sana."

Saat itu...

Saat itu, aku tak mau
bersikap kasar kepadanya.

Jadi, aku bilang,

"Dengar,

jangan salah paham,

tapi aku akan ke sini.

Karena aku yang memilih pintu mana

yang kumasuki."

Mungkin itu sebabnya

aku ada di sini.

Jika aku harus kembali,

aku akan melakukan semuanya
dengan cara yang sama.

Jangan taruh aku di kerat sayuran,
karena aku buah.

"Kerja keras akan memberimu
apa yang kau mau."

Cinta seorang ibu tak pernah berhenti.

Bahkan, kurasa aku sering penasaran.

Dia hanya bawakan tagihan.

Ha-ha.

Tuhan, selamatkan aku.

Tahu siapa pria yang berulang tahun
pada tanggal 25, bukan?

Kalian kenal dia.

Mungkin itu sebabnya

aku ada di sini.

Kalian pikir
aku tak akan bergoyang bokong?

Terjemahan subtitle oleh Sheyla Ashari