All language subtitles for The.Ultimatum.Marry.or.Move.on.S02E01.WEBRip.NF.id

Aku siap menikah.

Aku ingin bersama seseorang
seumur hidupku.

Aku memikirkan
pernikahan tiap hari,

keluargaku, suamiku,
dan anak-anakku kelak.

Aku ingin habiskan hidup
dengan seseorang,

tapi ini waktu baginya
menentukan pilihan.

Ini waktunya kita tunangan
dan menikah,

atau bagiku melanjutkan hidup.

Kami bertunangan pada akhirnya

atau kami akan putus.

Aku ingin kenakan cincin, itu saja.

Makanya aku beri Roxanne Ultimatum.

Makanya aku berikan
Ultimatum pada Alex.

Makanya aku berikan
Ultimatum pada Riah.

- Halo, aku Vanessa Lachey.
- Dan aku Nick Lachey.

Kalian kemari sebagai pasangan.

Salah satu dari kalian siap menikah,

dan satunya lagi belum siap.

Salah satunya telah memberikan Ultimatum.

Antonio, kau berikan Ultimatum
pada Roxanne.

Ya, kurasa harus ada tekanan
yang diberikan...

ROXANNE DAN ANTONIO
BERKENCAN EMPAT TAHUN

...baginya untuk mulai
berpikir soal menikah.

Aku ingin habiskan
hidupku dengan Roxanne

sejak saat pertama bertemu.

Aku sangat terkesima.

"Aku mencintainya."

Aku cinta Antonio,
tetapi ekspektasiku tinggi.

Aku ingin pria yang bekerja keras

serta ambisius.
Itu bukan Antonio.

Dia tahu aku sangat fokus pada karier.

Entah kenapa harus berpikir soal menikah

di mana semuanya berjalan lancar.

Antonio, apa kau mau pergi
jika dia menolak?

Ya.

Para psikolog setuju
bahwa memberi ultimatum

bukanlah hal baik
untuk membuat seseorang

melakukan hal yang diminta,
namun itu adalah

cara terbaik untuk mendapatkan
jawaban yang dibutuhkan,

dan pada waktu yang bisa kau jalani.

Kini, ada beberapa alasan kenapa

seseorang belum siap menikah,

tetapi sejujurnya,
rasa takut berkomitmen

hampir selalu jadi alasan utama.

"Apa aku benar-benar ingin

habiskan hidupku dengannya?"

Atau ada orang lain di luar sana

yang mungkin lebih cocok?

Kalian semua akan dapatkan
kesempatan sekali seumur hidup.

Kalian akan mengeksplor
dua versi berbeda

kehidupan pernikahan.

Jika kau belum siap
dengan pasangan saat ini,

ada kesempatan kalian akan menemukan
yang sudah siap.

Silakan lihat.

Masing-masing kalian
cocok dengan beberapa orang lain di sini.

Salah satu orang asing di sini mungkin

adalah pasangan yang kau cari.

Ketentuan di The Ultimatum jelas.

Di akhir acara ini,

kalian akan bertunangan

atau sendirian,

atau jatuh cinta dengan orang lain.

Lisa, kau mengultimatum pasanganmu.

Ya. Kami sudah berkencan dua tahun,

LISA DAN BRIAN
BERKENCAN DUA TAHUN

dan kami saling jatuh cinta,
keluarga kami juga sama,

jadi tunggu apa lagi?

Tujuannya adalah
pulang dari sini dengan pria

yang aku cintai.

Mungkin kami belum siap menikah.

Aku yakin dia akan melamarku

karena kurasa dia belum pernah
berada di posisi

di mana dia akan kehilangan aku.

Aku suka kecerobohannya,

maksudku...

ketidakegoisannya, maaf.

- Maafkan aku.
- Kau harus betulkan.

Ketidakegoisan.

Sangat tidak egois.

- Aku cinta kau.
- Aku juga, hentikan.

Baiklah.

Aku ingin pastikan
keuangan kami cukup

agar aku mampu
menafkahi keluargaku kelak.

Aku siap menikah.

Kita sudah bicarakan ini berulang kali,

jika dia belum siap melamarku,

maka aku akan pergi.

Baik. Ryann, boleh kutanya apa alasanmu
mengeluarkan Ultimatum?

Kami sudah selesai sekolah,

dan kurasa ini saatnya

RYANN & JAMES
BERKENCAN TUJUH TAHUN

bagi kami melanjutkan
ke jenjang pernikahan.

Kami sudah bersama sejak usia 16 tahun.

Kalian berkencan sejak SMA?

- Benar.
- Ya.

Kami belum tinggal bersama.

Waktu paling lama yang kami
habiskan berdua adalah

saat liburan keluarga
selama dua pekan,

kurang lebih.

Diawasi selama dua pekan.

Dengan rumah penuh orang.

Sulit mempercayai cinta sejati.

Secara statistik, kurasa tak mungkin.

Ada delapan miliar orang di dunia.

Aku merasa, tujuh tahun ini

harusnya cukup untuk mengetahui

apakah aku orang yang tepat
untuk menghabiskan hidup bersama?

Kurasa tak perlu ditanyakan lagi.

Jika dia tak yakin soal menikahiku,

lalu untuk apa dilanjutkan?

Ya.

Aku sekolah selama 5,5 tahun

dan aku ingin pastikan
apakah keuangan kami bagus.

Sama seperti Brian.

Kekhawatiran utamamu soal finansial.

Benar.

Trey, kau mengeluarkan Ultimatum.

BERKENCAN DUA TAHUN

Situasiku saat ini

sudah pas jika soal finansial.

Itu sudah aman.

Kami tinggal bersama.

Kurasa hubungan kami baik.

Aku sangat mencintainya.

Keluargaku telah hidup bersama
lebih dari 30 tahun,

dan aku sudah tahu apa...

keputusan untuk mencintai
seseorang setiap hari.

Bukan hanya soal perasaan.

Aku tak pernah melihat
pernikahan yang baik dan menyenangkan.

Aku hanya pernah melihat
pernikahan kacau atau perceraian,

tetapi saat melihat sosial media

kau selalu melihat hal-hal bagus.

Aku merasa itu bagus.

Hari Valentine pertama kami,

aku mendekor rumahku dengan lilin
mulai dari ruang utama ke kamar tidur,

pakaian dalam siap,
ada boneka beruang di kasur.

Lagu Beyonce diputar.

Bagiku, aku sangat berusaha

dalam hal romantis.

- Itu bagus.
- Bagus?

Sejak itu, aku...

Dia tak lakukan hal lainnya.

Hanya itu situasi romantisnya
karena aku menyakiti perasaannya.

Responsku saat itu,

"Tak seperti di video TikTok."

Responsnya persis begitu.

Lalu aku berkata, "Baiklah."

Dia siap, dia sudah mapan,

tetapi aku masih mempersiapkan diri,

misalnya karier, atau

apa yang ingin kulakukan.

Saat ini, aku tak tahu banyak hal

dan harus menemukan jawabannya.

Aku siap, kurasa kita siap,

dan untuk itulah pengalaman ini.

Jika kami tak sejalan,
kami harus berpisah.

Ini membuatku berpikir
saat kami berkencan,

aku berjanji takkan pernah
memberi ultimatum, tetapi kulakukan juga.

Jujur saja,

aku punya alasan yang cukup kuat

untuk merasa tak siap

menjalani pernikahan lima tahun,
lalu bertanya, "Inikah yang kumau?"

"Apa kau siap,
jika dengan orang yang tepat,

menikah karena terpaksa
atau karena pasangannya?"

Jadi kami berkencan dengan orang lain.

Hanya sebulan,
dia melakukan itu

dan aku juga.
Lalu dia kembali dan berkata,

"Aku tak bisa jika bukan kau."

Dia kemudian melamarku,
dan seperti itulah pengalaman ini.

Kuberitahu dari sudut pandangku

soal betapa menyenangkannya pernikahan.

Tak ada yang lebih baik dari

terbangun dari tidur
di sebelah sahabatmu setiap harinya.

Tak ada yang lebih berarti

di hidupku selain wanita di sisiku ini.

Hal terbaik yang bisa
kalian lakukan di sini

adalah jujur pada diri sendiri

dan pada orang-orang
yang menjalani pengalaman ini.

Malam ini adalah malam terakhir kalian
sebagai pasangan.

Besok, kalian akan putus
dan menjadi mantan pacar.

Kalian mungkin merasa ketiadaan
pasangan akan membuat kalian lebih dekat

atau malah ketiadaan itu

akan jadi memisahkan kalian.

Sepekan ke depan,
kalian akan berkencan

dengan salah satu pasangan potensial.

Di akhir pekan saat Pemilihan,

kalian akan memilih pasangan baru.

Kalian akan tinggal bersama
selama tiga pekan

dan menjalani uji coba pernikahan.

Lalu kalian akan lakukan lagi
dengan pasangan asli masing-masing.

Akhirnya, kami ingin kalian
membuat pilihan yang tepat

dengan orang yang tepat.

Memilih untuk mendedikasikan hidupmu

adalah keputusan terbesar
yang akan kalian ambil.

Apa pun itu, hidup kalian
akan berubah selamanya.

Kami akan kembali
sepekan lagi untuk Pemilihan.

Bersulang untuk cinta.

Bersulang.

Dalam delapan pekan,
Ultimatum akan datang,

dan Ultimatum adalah cara yang kasar

untuk membuat seseorang
melakukan yang kau mau,

tetapi kadang kau harus menerimanya.

Gila di mana beberapa pria di sini

siap untuk menikah, dan kau tidak.

Entahlah.

Trey, dia sudah siap menikah,

tetapi entah apa itu yang kuinginkan.

Kadang aku berpikir,

"Apakah belahan jiwaku di luar sana?"

Kadang aku berpikir

untuk mencari pasangan lain di luar sana.

Banyak pria yang tampan.

Brian tampan.

Dia membuatku terpesona.

MALAM TERAKHIR
DENGAN PASANGAN ASLI

KAT DAN ALEX
BERKENCAN DUA TAHUN

Kau akan jadi mantan pacarku.

KAT, 27 TAHUN
ALEX, 31 TAHUN

Kurasa kau akan cemburu.

Apa itu tujuanmu?

Jangan menyukai gadis lain selain aku.

Baiklah.

Alex berkata,
"Aku tak sepenuhnya yakin

kita akan menikah."

Dia tak pernah memberi jawaban jelas.

Kami pasangan yang senang bertualang,

bermain ski, berselancar,

bepergian ke banyak tempat.

Aku belum bisa melamarnya

karena kami sibuk.

Aku tak ingin
dalam empat tahun ke depan

masih seperti ini terus.

Aku ingin kepastian.

Kurasa ada banyak cinta sejati,

jika kau menemukannya,
kau sangat beruntung.

- Kat membuatku gila.
- Astaga.

Aku tak bisa bayangkan
memberikanmu Ultimatum,

tetapi aku sangat serius denganmu,

aku sangat mencintaimu.

Aku tak ingin berpisah denganmu.

Aku ingin hubungan kita makin kuat,

dan kita pergi dari sini
dengan bertunangan.

Kuharap juga begitu.

Apa menurutmu akan terjadi?

Bahwa kita...

Kita tak sejalan,

dan aku gugup
akan apa yang akan terjadi.

Menakutkan karena

aku siap menikah denganmu

dan kau sendiri belum yakin.

Apa yang membuatmu yakin?

Kaulah cinta sejatiku.

Kau sahabatku.

Aku tak bisa bayangkan
hidup tanpa dirimu.

Cintaku tak bersyarat.

Aku membayangkan
jika kau mulai botak

dan gemuk, aku masih akan mencintaimu.

Kenapa kau belum siap?

Aku orang yang logis dan praktikal.

Sulit bagiku mengekspersikan diri.

Sulit bagimu mengekspresikan diri.

Menggunakan kata-kata
untuk sampaikan sesuatu.

Sudah kukatakan itu dulu.

Karena memang sulit.

Apa yang kau pikirkan?

Apa yang kupikirkan?

- Ya. Serius.
- Entahlah.

Aku merasa
sudah katakan ini berulang kali.

Ada Ultimatum.

Menurutmu, apa yang dibutuhkan
untuk membuatmu menikah?

RIAH DAN TREY
BERKENCAN DUA TAHUN

Aku akan melihatmu
mengencani gadis lain.

RIAH, 24 TAHUN

Kupikir kau tak peduli.

Aku peduli.

TREY, 28 TAHUN

Namun, ada beberapa hal

perlu diperbaiki dalam hubungan ini.

Entah kenapa kita tak bisa perbaiki itu

sebagai suami-istri,
kita sudah tinggal bersama.

Semuanya jelas. Aku tak paham.

Aku merasa,
kau harus siap sebelum menikah.

Kau sudah siap,

sementara aku masih menata hidupku.

Entah apa yang kuinginkan.

Aku paham.

- Tetapi semua yang kau...
- Itu tidak bagus.

Kurasa kau harus lebih emosional.

- Ya.
- Yah.

Semuanya soal dirimu, pekerjaanmu,

kewajibanmu di titik karier kini.

Aku harus memohon waktu bersamamu.

Aku insinyur, pekerjaanku sesibuk itu.

- Aku tak jadikan itu alasan.
- Itu alasan.

Aku tak peduli pekerjaanku sama sekali.

Yang kubutuhkan hanya memastikan
bahwa kita punya masa depan.

Ini sudah dua tahun.

Dua tahun ini tidak selalu mulus.

Jika aku tak bisa mengajakmu
kencan dan bergembira,

apa harus begitu juga saat menikah?

Bayangkan aku menikahimu dan berkata,

"Apa dia akan pergi kencan
denganku hari ini?"

- Aku akan romantis.
- Aku mau merasa berbunga-bunga

seperti awal hubungan kita.

Sejak ada kau, hidupku berubah.

Dari hanya mengurus mobil,

bersenang-senang, dan hidup sendiri,

jadi harus memikirkan dirimu,

merawat dan memperhatikanmu.

Namun, aku tak perlu kau ladeni.

Entah berapa kali harus kukatakan ini.

Aku merasa kau hanya ingin
mengurus seseorang,

tetapi aku ingin mengurus diriku sendiri.

Aku merasa kau kurang cerdas
secara finansial.

Mobilmu sudah bagus...

Namun, aku belum punya pekerjaan impian.

Kurasa itu tak ada
kaitannya dengan kariermu.

Kurasa kau hanya takut

dan gugup untuk berkomitmen.

Aku ingin menikahimu.
Aku ingin kau jadi ibu bagi anak-anakku.

Ingin lakukan banyak hal denganmu.

Jika kita saling jatuh cinta
dan terus bersama,

membangun masa depan,

dan menikah,
kita harus lakukan itu bersama.

Lalu jika di akhir acara ini...

bagaimana jika pernikahan
bukan sesuatu yang kuinginkan?

Bagaimana jika aku

tak ingin punya anak.

Aku takkan denganmu...

Namun, kau tak masalah
jika tak punya anak?

Aku ingin punya anak.

Namun, kau tak masalah
jika tak punya anak?

Maksudku begini...

Karena aku merasa

kau bicara soal warisan,

kau ingin punya anak,
dan itu sesuatu

yang harus kita bicarakan.

Kau tak apa?

Itu hanya akan jadi keinginan,

apa yang aku inginkan
dan tak kuinginkan.

Bagaimana jika aku tak ingin punya anak?

Aku tak ingin memaksamu
melakukan sesuatu...

Aku paham, tetapi kau ingin punya anak.

Apa kau masih ingin denganku?

Apa tak masalah
jika hanya kita berdua saja?

Kuberitahu, aku ingin bersama denganmu.

Jadi kau...

- Bahkan jika...
- Aku memberimu Ultimatum.

Kukatakan, Riah,
aku ingin bersama denganmu.

Aku mencintaimu.

Aku mengatakan itu,

semua hal-hal ini,

soal punya anak,

kita bicara soal kau yang kebingungan,

dan semua itu hanya soal ketakutan.

Menurutmu, punya anak itu soal ketakutan?

Jika kita melalui ini dan kau berkata,

"Aku tak ingin punya anak."

Itu sesuatu
yang harus kupikirkan, entahlah.

Jujur, aku belum berpikir sejauh itu.

Fokus utamaku adalah

mencari tahu apakah kita
sejalan atau tidak.

Menurutmu, apa yang membuatmu

merasa siap untuk menikah denganku?

Entahlah.

ROXANNE DAN ANTONIO
BERKENCAN EMPAT TAHUN

Ini akan jadi aneh.

Pahamilah aku.

Jangan marah. Pahami aku.

ROXANNE, 31 TAHUN

Tak semua orang siap menikah.

ANTONIO, 30 TAHUN

Semua berkata,
"Roxanne, jika bertemu pria yang cocok,

kau pasti akan menikah."

Entahlah apakah itu kau atau mentalitasku.

Aku kurang percaya soal pernikahan.

Bagiku, penting bersama seseorang

yang memahami gaya hidupku.

Aku wanita karier.

Aku bangun pukul lima pagi.

Aku bekerja hingga
kau bertemu aku lagi.

- Berapa lama?
- Sampai kau tidur?

- Ya.
- Dan setelahnya.

Aku bekerja sepanjang waktu...

Dan kau bangun, lalu bekerja lagi.

Namun, bayangkan jika pekerjaanku usai.

Kau berkata,
"Sayang, aku bawakan burger.

Lalu setelah sampai,
kita akan berjalan-jalan di taman

dan melihat matahari terbenam."

Seperti itu.

Aku merasa gugup memikirkan
mungkin seperti itu di luar sana.

Aku bisa begitu.

Kenapa tak kau lakukan?

Pertanyaan bagus.

Kita banyak bertengkar
dan berdebat soal itu.

Ya.

Aku bisa bayangkan
kau bertemu orang lain

yang bisa menerima dirimu
dan kebiasaanmu

melakukan hal sesukamu.

Apa yang kau pikirkan, Sayang?
Kau tampak stres.

Ya, aku memikirkan banyak hal.

Aku ingin kau melihat
bagaimana rasanya jadi diriku

yang tak bersamamu.

Jika kau tak mau, aku akan pergi.

- Sayang, hentikan.
- Jika kau tak mau, aku akan pergi.

LISA DAN BRIAN
BERKENCAN DUA TAHUN

BRIAN, 28 TAHUN

Kau bilang kau ingin bersamaku

LISA, 31 TAHUN

- seumur hidupmu.
- Benar.

Kenapa kau belum melamarku?

Jika aku melamarmu, apa yang berubah?

Apakah caramu mencintaiku akan berubah?

Wanita punya periode biologis.

- Aku tahu. Itu valid.
- Dan aku ingin

menikah sebelum punya anak.

Dan aku memahami itu,

tetapi kau selalu ingin segera.

Aku merasa kau memaksaku.

Kita sudah seperti suami-istri.

- Benar.
- Kita saling melengkapi

- satu sama lain.
- Benar.

Aku suka dinamika kita berdua.

Dan aku menyukai semua tentang kita.

Lalu tunggu apa lagi?

Namun, di saat bersamaan,
pernikahan bukan hanya soal itu.

Tadi kau bilang soal finansial.

Itu salah satunya.

Finansial bukan masalah bagiku.

Aku punya uang.
Kau tak perlu menafkahi keluarga.

Gajiku sudah enam digit.

Kita bahkan tak perlu berpikir
untuk membeli rumah

karena kita belum menikah.

Kenyataannya, aku siap membeli rumah.

Kita tak bisa lakukan itu
karena belum menikah.

Aku paham.

Namun, bagiku, bukan hanya soal

menikah agar bisa membeli rumah.

Bukan itu maksudku, Brian.

Maksudku, itu menambah rasa frustrasiku.

Kau hanya tak ingin menikah
atau tak ingin menikahiku?

Atau apakah kau yang ingin kunikahi?

Benar.

Tidak, kurasa bukan itu.

Baiklah.

Entahlah.

Aku merasa kau ragu saat menjawab itu.

Tak ada keraguan.

Baiklah.

Menyebalkan.

Kuharap kau lebih, entahlah...

Mungkin soal perbedaan usia.
Mungkin aku terlalu terencana.

Kau tahu bukan itu masalahnya, 'kan?

Aku merasa kita sudah melewati

waktu yang kau bicarakan,

usiaku hampir 40 tahun.

Aku merasa mungkin lebih cepat
jika dengan orang lain.

Jika kau merasa begitu, silakan.

Ada beberapa pria yang

memberikan pasangan mereka Ultimatum.

- Ya.
- Itu perspektif yang menarik,

bukan?

Jelas. Pria yang sudah

siap dan ingin menikah

adalah lambang pria
yang tahu apa yang diinginkan.

Sudah berada di titik
di mana siap untuk menikah.

- Seperti...
- Namun, coba ingat yang kau katakan.

Sudah berada di titik yang diinginkan

dan siap untuk menikah.

Benar.

Waktu tiap orang berbeda-beda.

Aku siap menikah.

Jadi aku ingin bersama orang
yang sudah siap menikah juga.

Baik.

Aku ingin orang itu kau,
karena aku mencintaimu.

Baiklah.

Aku mencintaimu.
Aku ingin hidup denganmu.

Dan aku ingin kau juga begitu.

Aku tak bisa buang-buang waktu

jika ini tak sesuai tujuanku.

Itu kenyataan pahit yang kuhadapi

karena aku ingin menikah denganmu

dan kurasa aku sudah membuktikan

jika akulah wanita yang tepat bagimu.

Namun, aku mencapai titik

di mana tak ada lagi yang bisa dibuktikan.

Kini saatnya aku
buktikan pada diriku sendiri

apa kau pria yang tepat bagiku.

Cukup adil.

Tujuanku kemari adalah menghabiskan
hidupku dengan Brian,

tetapi aku tak mau menunggu.

Jika dia tak mau menikahiku,

maka aku harus teguh dan pergi.

Ini malam terakhir kita bersama.

Aku tahu.

- Aku akan merindukanmu.
- Aku akan merindukanmu.

- Benarkah?
- Ya.

- Kau tahu aku pasti rindu.
- Aku tahu.

Aku hanya ingin menikmati malam ini.

Hanya ini yang kita punya.

Aku mencintaimu.

Aku lebih mencintaimu.

Janji tak boleh mencium
wanita lain seperti ini.

Kau hancurkan momen romantis ini.

Diamlah!

LISA DAN BRIAN
PUKUL 01,22

Apa yang kulakukan padamu? Lisa?

Jawab pertanyaanku. Serius.

Aku tak mau bicara lagi.

- Hanya ingin pulang.
- Kini kau ingin pulang? Kenapa?

Serius, aku ingin pulang.

Aku tak mau di sini.

Aku paham kau ingin pulang,
tetapi kenapa kau menangis?

Diamlah. Biarkan aku.
Aku hanya ingin pulang.

Hentikanlah.

- Minggir.
- Mari bicarakan ini.

Aku hanya ingin
mengepak barang dan pulang.

Letakkan, ayo bicara.

Kemarilah.

Ayo bicara.

Pergilah. Aku hanya ingin pulang.

Aku hanya ingin pulang.

Lisa, bicaralah. Kemari.

Kemarilah.

LISA DAN BRIAN
PUKUL 08,17

Saat kita keluar dari sini,
kita berstatus lajang.

Kau menyukai itu, 'kan?

Aku tak bilang begitu.

Ini sulit diterima.

Saat kau melihatku
mengencani wanita lain,

kau pasti akan bereaksi negatif.

Kau pikir aku akan kesal?

Ya, kau akan kesal.

- Tak perlu kukatakan.
- Aku rasa aku takkan kesal.

- Aku merasa...
- Aku tak bilang...

- ...tingkat kesal yang lumayan.
- Lumayan?

- Ya.
- Jadi itu dibenarkan?

- Ya.
- Di semua situasi?

Kebanyakan, ya.

Aku takkan menyarankan kita kemari

jika aku merasa tak mampu.

Serius, aku ingin kau
duduk diam dan berpikir.

Kuharap wanitamu membosankan.

- Tak masalah.
- Jadi kau menghargai leluconku.

Aku menghargai leluconmu.

Kemarilah.

Kau akan baik-baik saja.

Aku tak ingin kau pergi.

Aku tahu.

Kemarilah.

- Aku cinta padamu.
- Aku juga.

RYANN DAN JAMES
BERKENCAN TUJUH TAHUN

Entah bagaimana perasaanku
soal kita jadi lajang setelah ini.

RYANN, 24 TAHUN

Aku belum pernah merasa lajang sejak...

JAMES, 23 TAHUN

...delapan tahun ini.

Pasti akan aneh

karena pacarku hanya kau.

Tak sabar menunggu
apa yang akan kau lakukan.

Diamlah!

- Kau tak sedih?
- Tentu saja sedih.

- Maksudku...
- Kau tak tampak sedih.

Saat kau pergi,

mungkin aku akan menangis.

- Aku tak percaya.
- Serius.

Sudah tujuh tahun.

Aku ingin cincin tunangan
jadi akhir semua ini.

Aku sudah punya cincin
yang diberikan nenekku

dan aku akan mengambil berliannya,

memasangkan yang berbeda...

dan menambahkannya.

Kau masih ingin menunggu

dan berkata, "Aku akan menunggu

sampai mampu membeli cincin lebih baik

sebelum melamarku?"

Sudah kukatakan aku tak peduli
soal cincinnya.

Aku peduli soal keinginanmu untuk

berkomitmen setelah tujuh tahun berkencan.

Hanya itu yang kuinginkan.

Hanya soal mengetahui
bahwa kau telah memutuskan

bahwa aku yang kau inginkan

untuk menghabiskan hidup bersama,
karena aku inginkan itu.

Aku ingin kau merasakan hal yang sama

SEPEKAN MENUJU PEMILIHAN

Hai.

Aku patah hati pagi ini,

tetapi kau tak boleh
menemui teman kencan dengan air mata.

PASANGAN ASLI BRIAN

Mereka takkan mau mengencani orang yang

masih patah hati.

Aku berasumsi semua orang
merasakan yang kurasakan.

Kita semua merasakan hal yang sama.

- Halo.
- Halo, apa kabar?

Aku merasa nakal dengan pakaian ini...

PASANGAN ASLI JAMES

...mengingat kini aku lajang.

- Aku Riah, apa kabar?
- Riah. Senang bertemu.

Sudah lama sejak terakhir lajang.
Aku harus melatih rayuanku.

Aku mencari soal
bagaimana cara merayu pria.

- Aku bekerja di Hooters.
- Aku suka sayap ayamnya.

- Yang Ranch atau Blue Cheese?
- Ranch.

Kau siap menikah?

Aku...

akan berusaha sebaik mungkin.

Aku tak sabar bicara
pada pria yang memberi Ultimatum

karena kami merasakan hal yang sama.

Apakah kau yang memberi Ultimatum?

Ya. Aku juga memberikan Ultimatum.

Aku berharap bisa temukan pria
yang sangat ambisius soal keinginannya.

Saat kami bertemu,
aku bekerja di McDonald's.

- Yang benar?
- Benar.

Apa mesin es krimnya selalu rusak?

Rasanya aneh berkencan,
entah apa aku sudah siap.

Namun, kini aku lajang,
siap mencari pasangan.

PASANGAN ASLI ALEX

Apa hal yang semua orang harus tahu?

Aku punya ibu jari yang panjang.

- Menarik.
- Bagaimana denganmu?

Aku sangat menyukai sains.

- Baiklah.
- Ya.

Itu keren.

Aku juga punya ibu jari panjang, tetapi...

Kau juga? Astaga.

Aku belum pernah berkencan
empat kali dalam sehari.

Mari berkencan, cari pasangan.

Aku mulai perusahaanku tiga tahun lalu.

- Yang benar?
- Aku punya perusahaan.

Ya, itu menyenangkan.

Hidupmu mapan.

Benar.

Jadi, apa yang paling kau hargai?

Untuk diinvestasikan?

Bukan, tetapi secara umum. Seperti...

- Pekerjaan, nomor satu.
- Ya.

Aku mencari pria yang sangat ambisius.

JAMES
PASANGAN ASLI RYANN

- Aku baru lulus.
- Baiklah.

- Aku mencari pria yang sangat ambisius.
- Ya.

PASANGAN ASLI LISA

- Karena itu bawaan.
- Ya.

- Antara kau punya itu atau...
- Atau tidak. Benar.

Yang kutahu... Walau aku
tak percaya soal pernikahan.

Yang kutahu, mereka bilang
tak pernah ada waktu yang tepat.

- Tak pernah tahu kapan siap.
- Namun, ada orang yang tepat.

Bagaimana perasaanmu?

Kita lihat saja.

Aku merasa tak perlu terburu-buru.

Ya, aku juga.

Aku merasa jika memang sudah cocok,

maka otomatis akan siap.

Bicara pada Roxanne,
kami terhubung soal bisnis dan ambisi.

Namun, Riah wanita yang cantik

dan aku sangat tertarik.

- Kau suka memeluk?
- Ya, aku suka.

- Penuh kasih sayang?
- Ya.

Aku menerimamu ke dalam ruangku.
Aku suka energi dan atmosfer baik.

PASANGAN ASLI TREY

- Kau paham maksudku?
- Itu bagus. Aku butuh itu.

Apa maksudnya?

- Aku akan memelukmu.
- Kau akan memelukku? Hanya itu?

Apa yang kau butuhkan?

Aku ingin romansa.

Seperti lilin dan bunga.

Aku tak suka mawar,
tapi ingin melihatnya.

Jika bicara soal kencan,
aku ingin pergi kencan.

Itu saja.
Aku ingin merasa diinginkan.

Aku suka itu.

- Aku melihat taring.
- Ya.

- Masih harus terbiasa soal...
- Benar.

Melihat mantan pacarku
mengencani orang lain.

Jujur, aku merasa gugup.

Namun, jika dia bisa berhubungan baik,
bagus untuknya.

Kuharap hubungannya tak terlalu kuat.

Seperti sinyal internet nirkabel,
tak perlu bagus.

Secukupnya saja.

Tak menyenangkan.

- Kau tahu.
- Ya.

- Aku merasa agak kesal.
- Ya, aku tahu.

Jadi kau percaya kalau

pernikahan harus dilakukan
dengan belahan jiwamu.

- Harus...
- Jika bisa begitu, maka...

Luar biasa.

Jika tidak, maka akan ada goncangan.

- Ya.
- Pasti akan ada keraguan.

Mungkin aku belum menemui
orang yang tepat untuk itu.

Ya, benar.

Normalnya, saat bicara pada pria,

mereka tak terlalu terbuka.

Mereka tak bicarakan emosi dan perasaan.

Namun, Brian lebih terbuka.

Semuanya mengalir begitu saja
saat kami mengobrol.

Jujur, itu bagus untukku.

Aku tak pernah bisa
berkomunikasi dengan mantanku.

PASANGAN ASLI JAMES

Dia agak tertutup dan aku kurang suka.

Ya.

Jika kita bersama,
aku merasa bisa bicarakan apa pun.

Di luar keseharianku. Itu jelas.

Lebih ke hal-hal yang menarik bagiku.

- Aku tahu rasanya.
- Karena...

masa kecilku cukup kacau.

Sama.
Aku dibesarkan oleh ibu tunggal.

- Ibuku seorang Pendeta.
- Benarkah?

Jadi aku harus ke Gereja
setiap hari Minggu.

Aku selalu habiskan waktu sendirian.

Lagi-lagi sama.
Aku juga dibesarkan ibu tunggal.

Dia bukan Pendeta, tetapi supir truk.

- Baik.
- Ibuku bekerja 80-90 jam per pekan.

Astaga.

Hanya ada aku dan ibuku.

Riah dan aku mengobrol begitu asyik.

Kami memiliki kesamaan kepribadian,

dan juga cara dibesarkan.

Ryann dan aku dari latar belakang berbeda

di mana komunikasi dan ketersediaan emosi

adalah hal yang sulit.

Aku dan Riah langsung cocok.

Aku terkejut itu begitu alami.

Hei, apa kabar?

- Baik, apa kabar?
- Aku baik.

- Namamu Ray? Aku Ryann.
- Aku Trey.

Trey, baiklah.
Apa pekerjaanmu?

PASANGAN ASLI RIAH

Aku insinyur, dan aku...

Itu menarik, karena James
menyukai teknik pesawat luar angkasa.

Lucunya, aku hampir ke luar angkasa.

- Benarkah?
- Ya.

Kampung halamanku
di Sumter, South Carolina.

Aku dari Kingstree, South Carolina.

Benarkah? Kita dekat.

- Kita sangat dekat.
- Hanya di ujung jalan.

Aku suka ke Rollin Local.

Ya, itu tempat makan siang favoritku...

- Itu juga favoritku.
- ...di sana.

- Kalian pasangan sejak SMA?
- Ya, kami selalu bersama.

Aku rasa itu dinamika yang berbeda.

Benar.

Apa dia kekasih pertama dan satu-satunya?

- Astaga.
- Begitulah.

Rasanya seperti sesuatu...

Ya. Aku merasa
memberinya Ultimatum untuk diriku.

Karena aku tak ingin bersama seseorang

- yang tak yakin tentang diriku.
- Ya.

Aku tak sabar pulang ke suamiku.

Kurasa kita berada di situasi yang sama.

Karena kita yang memberi
Ultimatum ke pasangan kita

dengan alasan yang mirip.

- Dan aku merasa...
- Ya.

- "Tunggu apa lagi?"
- Benar.

Itu gila.

Menarik menemui seseorang
yang nasibnya serupa denganku.

Mengobrol dengan Ryann sangat menenangkan.

Dia cantik seluruhnya.

Namun, jujur, aku tak sabar
mengobrol dengan Lisa.

Kuharap aku tak gagap

dan bertindak konyol.

Saatnya kembali ke luar

dan mencoba segala kemungkinan.

Bagaimana perasaanmu?

Agak...

PASANGAN ASLI BRIAN

Agak aneh, tetapi juga menyenangkan.

Agak aneh.
Apa yang membuatmu begitu?

Karena aku yang memberi Ultimatum
dan kau juga begitu.

Aku memberi Ultimatum.
Untuk kasusku, jika harus jujur,

karierku bagus, gajiku bagus,
aku di kondisi yang stabil.

Aku merasa berada di titik

di mana aku merasa siap.
Mengerti maksudku?

Namun, Riah, dia merasa
harus menata hidupnya

dan kariernya lebih dulu.

Di hubunganku sebelumnya, aku belum siap.

Saat aku siap, kupikir akan mudah.

Jadi aku merasa aneh di situasi ini.

Kau adalah pria yang kariernya bagus,

keuangan stabil, dan tampan.

- Apa menurutmu wanita akan...
- Itu maksudku.

Aku tampan? Astaga.

Ya, kau tampan.

Kau pikir wanita akan siap.

Benar.

Bagaimana denganmu?

- Situasi kita cukup mirip.
- Ya.

Karierku bagus, keluargaku baik.

Apa yang menghalangi?

Jujur saja...

Kami merasa masih ada yang harus
diperbaiki dalam hubungan ini,

tetapi aku merasa ini bisa diperbaiki

ketika sudah bertunangan.

Aku selalu mengatakan
lirik lagu J. Cole,

"Ada keindahan di balik perjuangan."

- Ya, benar.
- Aku percaya itu.

Terutama ketika kau bangun itu bersama.

- Kau paham maksudku?
- Ya.

Para pria berusaha untuk jadi landasan,

mencoba hadir sebagai penyokong.

- Benar. Kau paham.
- Aku sangat paham.

Makanya aku belum menikah.

Paham maksudnya?

Bagaimana perasaanmu setelah jadi lajang?

- Gila, bukan?
- Ya.

Agak menakutkan.

Karena aku tahu Roxanne
orang yang paling mudah bersosialisasi

yang pernah kutemui.

PASANGAN ASLI ANTONIO

Dan aku mencoba untuk
tak mendengar tawanya.

Itu aneh karena semua
masih dalam jarak pandang.

- Aku merasa...
- Astaga, aku tahu itu.

Jadi, kau yang memberi Ultimatum?

Aku yang memberi Ultimatum.

- Kau yang memberi.
- Ya, aku sudah siap.

- Siap menikah.
- Apa yang membuatmu siap?

Aku merasa siap
melakukan hal yang sepadan

dan berarti dalam hidupku
dan membuat itu jadi sesuatu

yang lebih besar dari diriku.

Keluarga hal yang penting bagiku
dan aku paham

kau juga merasakan hal yang sama.

Ya, aku juga ingin menikah.

Aku ingin punya keluarga.

Di dalam hubungan,
aku ingin merasa didengarkan.

Seperti, "Baik, kau mendengarkanku.

Kau memerhatikan apa yang kukatakan.

Kau mungkin tak setuju,
tetapi kau akan mendengarkan

dan mempertimbangkannya."

Itu juga menyoal rasa hormat.

- Ya.
- Aku mencoba menyadari

perasaan orang lain, tetapi pada akhirnya,

tak ada yang bisa membaca pikiran
dan akhirnya kembali

ke pasangan yang vokal.

Jadi, komunikasi terbuka dan obrolan?

Ya. Dan jangan pikir kalau

aku akan hentikan kau
mengatakan sesuatu.

Aku merasa itu gambaran dirimu.

Jadi kurasa itu sangat penting

- dalam hubungan yang kuat.
- Ya.

Mari bersulang untuk...

- Aku tak pandai bersulang.
- Putus?

Bersulang untuk lajang.

- Tidak.
- Kau diberikan Ultimatum atau

- Aku diberi Ultimatum.
- Bersulang untuk putus.

Bersulang untuk diberi Ultimatum.

- Ya, itu dia.
- Sempurna.

Ceritakan sedikit soal dirimu.

- Alex, 31 tahun.
- Roxanne, 31 tahun!

Sama? Bagus.

Ingin anjing, tapi belum.

- Masih banyak.
- Pekerjaanmu?

- Penjual piranti lunak.
- Aku di bidang IT.

Benarkah? Ceritakan tentang dirimu.

Latar belakangku kutu buku.

Kuliah di Georgia Tech,
buka perusahaan tiga tahun lalu.

- Bagus. Keren.
- Ya.

Terima kasih. Penuh kerja keras.

Ya, aku pernah punya perusahaan
tetapi aku menjualnya

karena itu agensi pemasaran

- dan aku tak suka pemasaran.
- Keren.

Jadi kau memahami
sulitnya dunia wirausaha.

Tentu.
Orang tuaku memiliki perusahaan.

Orang tuaku juga.

- Ya.
- Ya.

Wanita seperti apa yang kau cari?

PASANGAN ASLI ALEX

Kami sering bepergian,

- banyak variasi.
- Begitu.

Kini, aku tak sabar untuk menetap.

Mengobrol dengan asyik,
seseorang yang bisa diajak normal.

Pekerja keras, cerdas, paket lengkap.

- Sulit mencari paket lengkap.
- Memang.

Sangat sulit.

Tak ada yang sempurna.

Kekurangan itu wajar,
tetapi ada yang sulit kuterima.

- Apa kekurangan yang utama bagimu?
- Ambisi.

- Kurangnya ambisi?
- Kurangnya ambisi.

Ya, sama.

- Itu sangat...
- Kau sangat percaya diri.

Ya.

Itu bagus, menarik.

Dibandingkan Antonio,
sulit jika harus membandingkan

satu sama lain, tetapi Alex luar biasa.

Kami paham sulitnya pekerjaan.

Kami langsung cocok, dan aku...

ingin mengobrol lagi.

- Kau anti pada pernikahan?
- Sangat.

Fokusku hanya bisnis saat ini.

Ya.

Aku hanya ingin orang yang paham

kerja dari pagi sampai malam.

Aku ingin menikah suatu hari, tetapi...

- Namun kini bukan waktu yang tepat?
- Benar.

Mungkin karena orangnya, 'kan?

Mungkin aku sangat ingin menikah,

tetapi ini bukan orang yang tepat.

EMPAT HARI MENUJU PEMILIHAN

- Halo!
- Maaf, apa ini bar?

Astaga.

Kalian mulai duluan.

- Ya. Minum bersama?
- Lisa, mau minum?

Minum bersama.

- Kalian mau minum bersama?
- Ya.

Bersulang untuk kebersamaan
dengan para mantan.

Pengalaman berkencan ini gila.

Melihat orang lain berkencan
dengan para mantan.

PASANGAN ASLI ANTONIO

Namun, Pemilihan akan tiba.

Entah siapa yang harus kupilih.

Banyak yang harus dipikirkan.

Entah apa ini akan mengubah
pandanganku soal menikah, tetapi ini gila.

Kalian bersenang-senang dengan kencannya?

- Ya.
- Kencan yang menyenangkan.

- Itu asyik.
- Siapa kencan terbaikmu?

Ya, pilih satu.

Wah, langsung ke intinya.

- Kau langsung ke intinya.
- Terlalu cepat.

Kau harus serius.

Ya, aku berkeringat saat ini.

Secara spesifik, Brian.

PASANGAN ASLI BRIAN

Aku terpanggil.

Memang.

Kau tak perlu menjawabnya, Bung.

- Ya, tak mau.
- Jangan.

Aku akan mencekikmu di depan kamera.

Kat, siapa kencan terbaikmu?

Karena kita lebih berani
dari pada para pria.

- Wah.
- Wah!

- Siapa kencan terbaikku?
- Mari kita dengar.

Siapa kencan terbaikmu, Kat?

Jawablah.

Kau belum menjawab pertanyaan,
mari dengar jawabanmu.

Siapa kencan favoritmu?

Aku rasa Antonio.

- Baik.
- Aku terima.

Ada apa?

Astaga.

Bagaimana kencan kalian?

Aku rasa Trey dan aku
punya banyak kesamaan.

PASANGAN ASLI JAMES

Latar belakang sama,
percaya hal yang sama.

Aku lakukan dua kencan.
Keduanya sangat berbeda,

tapi aku jadi mengenal...

...dua orang berbeda.

Kurasa aku perhatikan banyak kesamaan.

- Itu gila.
- Ya.

- Itu keren.
- Ya.

Minum lagi?

Aku akan minum lagi.

- Ini terasa aneh.
- Ya.

- Kau siap bicara?
- Kau tak apa?

Ya, karena kau bertingkah
seakan kau tak tahu,

- dan aku hanya...
- Aku tak tahu.

- Kau tak tahu apa, Sayang?
- Aku akan tahu.

- Kenapa kau melihatnya begitu?
- Aku tak melihatnya...

Aku punya pendapat, tetapi...

Aku tak mau berasumsi.

Baiklah.

- Minum lagi, Sayang.
- Aku bukan pacarmu.

- Ingat?
- Aku tahu.

- Aku mantanmu.
- Ya, aku ingat.

Ada apa? Bagaimana perasaanmu?

Aku mulai merasa harusnya tak sesulit ini.

- Harusnya tak...
- Seperti apa?

Harusnya ini tak sampai di situasi ini.

Aku mencintaimu
dan aku tak bisa melihatmu

tertawa bersama wanita lain,

dan kemungkinan dia hidup denganmu,

tidur denganmu, menyentuhmu, dan...

Aku tahu apa...

alasannya aku kemari
dan tujuan kita kemari.

Aku tahu kita harus perbaiki
yang semestinya diperbaiki,

dan itu membuatku
mempertanyakan hubungan kita.

Karena kenapa kita harus sampai begini?

Tak perlu menangis, tak apa.

Kemarilah.

Kemarilah.

Seharusnya tak perlu sampai begini.

Menurutku, jika kita tak kemari, maka...

Jujur, kita tak pernah mencoba.

Kita hanya menyerah begitu saja.

Aku siap menikah, aku siap...

Namun, kau tak percaya padaku.

Karena kau tak memberiku
alasan untuk percaya.

Namun, kau tak perlu, kau...

Dan kini aku harus melihatmu
bersama wanita lain.

Ini kesempatan bagiku untuk meyakinkanmu,

tetapi kau tak memberiku kesempatan.

Kuharap kau jalani tiga pekan ke depan

dan memperbaiki
apa yang seharusnya diperbaiki.

- Kau tak perlu...
- Karena aku ingin dilamar.

- Kubiarkan kau habiskan waktu...
- Tidak.

Dengan wanitamu.

Maafkan aku.

Ayolah.

Mungkin aku salah
karena memberi Ultimatum.

Rasanya aku harus meyakinkan dia
untuk melakukan ini,

tetapi kini malah dia meyakinkanku
untuk bertahan.

Jadi, aku berpikir ulang.

Ya, kau cukup baik.
Aku tak sadar betapa baiknya dirimu.

Aku yakin bisa tampak kuat secara umum.

Memang.

Dan aku merasa Kat dan aku
sangat bertolak belakang.

- Kurasa kau dan aku cukup mirip.
- Benar.

- Kat dan aku sangat bertolak belakang.
- Ya.

Perbedaan mempersatukan,
tetapi kita bisa bersama.

Aku berencana berkencan denganmu.

- Baiklah.
- Ini bukan seperti...

Itu janji.

Ya, aku berencana berkencan denganmu.

Baiklah.

Kau mau lebih romantis?

Ayo ke sana.

Katamu kau mau bicara?

Jadi kau terbuka
untuk mengenal pria lain?

Aku merasa terbuka.

Ketika kami berkencan dulu, aku merasa...

Ya.

Aku tak pikirkan
apa yang menggangguku.

Ya, aku lega.

Apa yang kau lakukan selain makan?

Riah suka makan! Namun, Riah juga tenang.

Aku suka keintiman...
Aku ingin menonton film denganmu.

Ya, santai.

Aku ingin menikmati malam dengan lilin.

- Ya.
- Kurasa aromanya penting.

Kupikir begitu.
Seperti indera lainnya.

Indera lainnya?

Apa indera lainnya?

- Indera lainnya.
- Indera apa lagi yang kau suka?

Penciuman, penglihatan.

Harus punya penglihatan yang baik.

- Indera sentuhan.
- Kau mau bersentuhan?

Aku berusaha keras untuk tidak ke atas...

- Ya.
- Dan hanya bicara.

Kemarilah. Bicara denganku.

Apa yang mengganggumu? Katakan saja.

- Jangan melihat ke sana.
- Hanya saja,

dia mengenal wanita lain menggangguku.

Ingatlah untuk memercayai prosesnya.

Biarkan bicara.

Aku rasa dia
tak mencintai pria yang bersamanya.

Duduk mengobrol
dengan pelayan Hooters sialan.

Jika mau bicara, jangan kasar.

- Kau penuh kasih sayang.
- Ya.

- Kau suka bermesraan.
- Ya, aku suka.

Kau ingin bermesraan denganku?

Aku hanya melempar umpan
dan menunggu sambutanmu.

- Aku akan ke sana.
- Oh.

Aku rasa saat kau berkencan,

itu seperti menaruh telur di keranjang.

- Hai!
- Boleh kuganggu?

- Ya, ada apa?
- Ya! Bagaimana?

Lancar.

Ada apa?

Hanya ingin tahu
apa yang kalian bicarakan.

- Kami bicara soal...
- Berkencan.

Bagaimana aku di luar sana.

- Aku belum pernah kencan.
- Ya.

Jadi, ini baru.

Apa kau menyukai Brian?

Kurasa dia keren.

Aku baru berkencan dua kali,
jadi tak banyak mengenal orang lain.

Aku rasa kau menyukainya
dan itu menggangguku.

Aku cinta pria yang datang bersamaku.

Aku beri Ultimatum, bukan sebaliknya.

Apa itu jadi masalah?

Karena itu berbeda untukku.
Ekspektasiku berbeda.

Aku merasa ini berbeda.
Trey lebih terbuka.

Dia ingin berkencan

- kupikir bagus.
- Ya.

Sejujurnya, saat pertama...

Bicaralah padanya, bukan lelakiku.

Dia sendirian?
Aku tak tahu di mana...

Kurasa di sana, bicara pada Roxanne.

Dia sendirian?

Kurasa lebih baik aku bicara sendiri.

Aku ke toilet. Silakan mengobrol.

Baiklah.

Aku tak suka kau mengganggu percakapanku.

- Aku tak peduli.
- Apa aku...

- Biarlah.
- Pernah kuganggu percakapanmu?

Baiklah.

Kau tahu, Brian?

Kau kesal ada wanita
yang mau bicara padaku?

Tidak, karena sebenarnya dia...

Karena dia tak cinta pasangannya.
Aku mencintaimu

dan mau perbaiki hubungan.

Kenapa berpikir begitu? Kau aneh.

Aku tidak aneh. Belum.
Aku bisa tunjukkan itu.

Itu masalahmu.

Aku bisa tunjukkan keanehanku.

Reaksi Lisa tadi bukan sesuatu
yang ingin kulihat.

Namun, itulah alasan
kenapa kami harus di sini.

Jika tak punya rasa percaya,
kau tak punya apa pun.

Aku di sini ingin menemukan
apakah hubungan ini

tepat bagi kami atau tidak.

Dasar berengsek.

Bicaralah dengan wanitamu sana.

Aku tak peduli.

Baiklah.

Kerja bagus.

Astaga.

Aku hanya ingin pergi.

Mau ke mana dia? Dia mau pergi?

Itu salahku.

MUSIM INI

Pernikahan berarti segalanya bagiku.

Aku mau menikah. Mau punya anak.

Aku ingin menikah denganmu,
tapi jika kau tak siap menikah...

aku harus cari yang siap.

Kurasa menikahi orang itu sangat serius,

jika jadi aneh, tak usah.

Kalian tidur bersama?

Kami jelas bercinta.

Dia akan marah aku katakan itu.

Aku suka uji coba pernikahan ini.

Kita semua punya belahan jiwa.

Yang kita ingin
mendampingi kita selamanya.

Aku mulai punya perasaan terhadapmu.

Hanya entah bagaimana perasaanku
terhadapmu nantinya.

Aku selingkuh dari Ryann.

Dia sangat berengsek.

Roxane memperlakukanmu
seperti kambing hitam.

Dia tak menghargaimu.

- Astaga.
- Kecilkan suaramu.

Aku tak tahan lagi denganmu.

Jelas kau masalahnya! Kita putus.

Mungkin aku salah soal memberi ultimatum.

Aku sangat mencintainya,
tapi aku tak mau menikah.

Kau tahu aku ketakutan.

Terjemahan subtitle oleh Ellie Who