All language subtitles for Fuufu.Ijou.Koibito.Miman.S01E10.Bilibili.id

Maukah pergi ke sana bersama?

Hotel?

Luar biasa.

Tangan Kamo sangat terampil.

Detailnya sangat bagus.

Bagaimana membuatnya?

Aku pikir perempuan
pasti lebih suka kastel barat.

Ternyata maksudnya membuat
istana pasir di depan hotel.

Supaya mudah dibuat dengan pasir,

kuputuskan merujuk pada kastel Conwy di Inggris.

Sungguh bakat yang di luar dugaan.

Bodoh.

Kalau ingin menikmati pakaian renang
anak perempuan dari dekat,

ke depannya itu hanya bisa
dilakukan dalam dunia VR.

Benar juga, masuk akal.

Shiori selalu mengancingkan
kemejanya hingga atas,

kali ini dia memperlihatkan dadanya.

Dewa, terima kasih.

Jiro, kau baik-baik saja?

Baik, ada apa?

Mari buat terowongan untuk kastel ini.

Bukankah kita sering melakukannya
ketika kita masih kecil?

Masukkan tangan dari ke dua sisi,

lalu hubungkan bagian dalamnya.

Hubungkan itu maksudnya...

Ayo, masuk.

Masukkan secara perlahan.

Pelan-pelan.

Baik.

Tampaknya harus lebih dalam.

Sudah ketemu.

Bermain pasir rasanya
seperti kembali ke masa kecil.

Pakai malu-malu segala.

Apa-apaan itu?

(More Than a Married Couple, but not Lovers)

Gunting, batu...

kertas.

Berarti Akari dan Yakuin
bertugas untuk berbelanja.

Apa? Bersama dengan Jiro?

Ini sama membosankannya seperti biasa.

Maaf kau jadi harus bersamaku.

Ramai sekali.

Sepertinya mereka semua adalah pasangan.

Di mana-mana terdapat kehidupan nyata,
makin dilihat makin menyebalkan.

(Diskon 20 yen untuk semua produk pasangan)
Pasti karena ini.

Ayo kita pakai juga.

Namun, kita bukan pasangan.

Suami istri juga termasuk, 'kan?

Kau malu.

Kalau begitu, kuanggap kau setuju.

Kita suami istri palsu, 'kan? Palsu.

Asal jangan ketahuan.

Pelanggan berikutnya.

Aku ingin tiga porsi Yakisoba dan...

Pasangan boleh upgrade secara gratis.

Benarkah?

Kakak baik sekali.

Apakah ketiganya bisa di-upgrade?

Karena kau begitu manis,

akan kuberikan untukmu.

Ah, pacarnya ini...

Aku sangat iri padamu.

Nomor pengambilan kalian adalah 13.

Baiklah.

Kenapa tawamu begitu canggung?

Kau harus lebih berwibawa,
bertindak lebih seperti kekasih.

Apa?

Meski kau berkata seperti itu,

aku juga tidak tahu harus berbuat apa.

Rangkul pundakku.

Katakan, "Ini kekasih yang kubanggakan".

Aku sangat menantikannya.

Jika Minami, mungkin dia akan melakukannya.

Aku tidak bisa bereaksi
di tempat seperti tadi.

Pelanggan No. 13.

Aku pergi ambil.

Bicara apa dia?

Sungguh menyebalkan.

Nona, apakah kau sendirian?

Gawat, di mana tadi?

Apakah itu orang yang Akari kenal?

Gawat, aku sungguh tidak mengerti.

Jiro, di sini.

Ternyata kau sedang menunggu pria.

Tipenya payah sekali.

Melihatnya saja terasa lucu.

Maaf, apakah kalian saling kenal?

Benar, kami saling kenal.

Kita baru saja kenalan.

Bagaimana mungkin?

Mereka datang untuk menggoda perempuan.

Kurasa juga begitu.

Halo, Adik.

Apakah kau teman seperjalanannya?

Beri tahu kami namanya.

Kami bertanya padanya,
tapi dia tidak mau mengatakannya.

Hei,

apakah ingin mencari
tempat menginap untuk malam ini?

Bagaimana kalau di dekat sini?

Bisakah... bisakah kalian melepaskannya?

Dia terlihat tidak bersedia.

Muncul juga.

Apakah kau ingin mengejarnya?

Bukan itu...

Adik, tidak kusangka kau lumayan hebat.

Jelas terlihat seperti seorang perjaka.

Apa-apaan?

Dia... dia adalah istriku.

Apa?

Istri?

Maafkan aku, Adik.

Maaf, semoga kalian berbahagia.

Itu... Jiro.

Maaf.

Eh?

Cara yang terpikirkan
olehku saat itu hanyalah berbohong.

Kau pasti tidak suka
kusebut sebagai istriku, kan?

Menyebutmu sebagai kekasih pun
sudah sedikit berlebihan.

Sungguh menyebalkan.

Bukankah aku sudah minta maaf?

Aku tidak bilang tidak suka.

Eh?

Aku tidak bilang begitu.

Jangan menarik kesimpulan sendiri.

Jelas-jelas tadi kau begitu keren.

Semuanya jadi sia-sia, bodoh.

Jika kau selalu seperti ini,

kau selamanya tak akan punya kekasih.

Jangan minta maaf atas segalanya.

Kalau tidak, aku yang berdebar ini
akan terlihat sangat memalukan.

Meskipun magang, kau juga harus

memperlakukanku sebagai objek latihan.

Tunjukkan sisi jantanmu.

Latihan katamu?

Kalau sudah tahu, cepat kembali ke yang lain.

Tunggu, jangan dorong aku.

Itu karena kau terlalu lambat.

Aku terjerat.

Itu bukan salahku.

Cepat jalan.

Kalau begitu...

Tidak.

Senangnya.

Jangan bicara seperti orang tua.

Rasanya seperti belajar di luar sekolah,
rindu sekali dengan masa itu.

Mei, apakah luka sengatan
oleh mataharimu tidak apa-apa?

Aku memakai tabir surya,
jadi tidak apa-apa.

Namun, baru satu hari,
warna kulitnya tidak bisa merata.

Namun, seperti di sini,

garis belangnya telah hilang.

Kau... kau juga terbakar matahari.

Benar juga.

Padahal, aku memakai tabir surya.

Baiklah, ayo cepat masuk.

Jadi,

seharusnya saat itu aku melawan.

Bukankah kau juga sama?

Setelah kau berkencan denganku,
entah kau sudah naik berapa kilogram.

Bagaimana bisa mempertahankan

citra gadis idaman sepanjang waktu?

Itu tidak mungkin.

Dia bahkan tidak mengerti kalau
Sachi bekerja keras untuk menjadi cantik.

Sepertinya tidak bisa menikah.

Tepat sekali.

Percakapannya dapat terdengar dengan jelas.

Oh, ya, berbicara tentang ini,

bagaimana dengan yang di rumahmu?

Benar.

Rumahku?

Perjaka pasti punya lebih banyak
fantasi tentang perempuan.

Awalnya kau sering mengeluh tentang dia.

Kukira kalian tidak akan pernah akur.

Tidak disangka dapat bertahan begitu lama.

Itu karena dia terlalu pemalas.

Ternyata dia sangat pemalas di rumah.

Karena perjaka masih belum terbiasa,

jadi dia akan lebih menghormati perempuan.

Lagi pula, yang terpenting adalah perhatian.

Jika dia tidak perhatian
melakukannya pun tidak akan nyaman.

Sebelum melakukannya
dengan mantan kekasihku,

aku sangat ingin menyuruhnya
membaca isi hatiku.

Hei.

Semua percakapan kalian terdengar,
apakah tidak apa-apa?

Tidak apa-apa.

Seharusnya kau juga bergabung.

Sakurazaka, ayo mengobrol bersama.

Eh?

Topik percintaan seperti apa yang
biasanya kalian bicarakan?

Aku... aku?

Soal masalah yang barusan kudengar,

yang terpenting adalah
saling mengerti satu sama lain.

Sederhananya, membuatnya merasa
bahwa kita sangat menyukainya.

Berharap dia juga akan
menghargai dirinya sendiri.

Daripada terampil atau kikuk,

alangkah baiknya jika keduanya
bisa lebih banyak saling introspeksi.

Aku lebih suka ini.

Bagus sekali.

Ini dia.

Yang aku inginkan adalah
perasaan dicintai yang sebenarnya.

Hamano, menikahlah denganku.

Tunggu, kenapa kalian menempeliku?

Aku sungguh minta maaf

telah membicarakan topik semacam ini.

Tidak apa-apa, aku minta maaf.

Aku hanya tidak punya banyak pengalaman,

jadi tidak bisa membaur dalam topik ini.

Benarkah?

Padahal, kau begitu manis.

Namun, aku mengerti

kalau akan sulit untuk menyela.

Ketika berhadapan dengan topik semacam ini,

aku juga tidak bisa ikut bicara dengan mereka.

Namun, kau bisa belajar dari sana.

Kau sangat serius.

- Jika itu Jiro...
- Jika itu Jiro...

Akari.

Aku kembali lebih dulu.

Baik.

Apakah bak mandi di sana besar?

Lumayan besar.

Begitu, ya?

Kau terbakar matahari.

Ternyata begitu.

Rasanya sakit sekali ketika mandi,

terutama bagian belakang leher.

Tunggu, seingatku...

Sini, aku bantu kau mengolesnya.

Ya ampun, jelas sekali.

Hei,

apakah tidak apa-apa
kau tidak kembali ke kamarmu?

Apa maksudnya?

Kau ingin aku kembali?

Bukan.

Agak aneh jika kita selalu bersama.

Mungkin akan diolok-olok oleh orang lain.

Kau terlalu banyak berpikir.

Namun, kau sepertinya
tidak mudah geli di bagian leher.

Tidak geli.

Dari dulu jarang ada bagian tubuhku yang geli.

Bagaimana dengan di sini?

Apa?

Apa tidak merasakannya?

Benarkah?

Lepaskan aku.

Kalau sampai dilihat orang lain...

Aku belum melakukan ini hari ini.

Sekarang bukan sedang magang.

Kau terus menjaga jarak denganku
sejak kita datang ke sini.

Hal ini membuatku merasa aneh.

Kumohon, tetaplah seperti biasa.

Akari.

Aneh.

Kalian sedang membicarakan sesuatu?

Tidak.

Aku hanya meminta Jiro
membelikanku minuman.

Pilih jus apel saja.

Hei, siapa yang setuju mau mentraktirmu?

Benarkah? Kalau begitu, aku mau soda.

Lihat ini.

Pria itu benar-benar keterlaluan.

Takayami, kau mau soda, 'kan?

Ya, maaf merepotkan.

Aka... Watanabe, kau mau minum apa?

Watanabe...

Jus apel.

Ya.

Terima kasih.

Kuberi tahu, pria itu keterlaluan.

Gawat.

Sepertinya aku telah membuatnya marah.

Semoga tidak terjadi apa-apa.

(10 menit lagi di toko tepi pantai)

Datang.

Baik.

Aneh, mana Akari?

Katanya mau pergi ke toserba.

Padahal, aku ingin bermain poker dengan kalian.

Apakah kau melihat Jiro?

Katanya mau pergi jalan-jalan.

Apa toko-toko masih buka?

Seharusnya hanya toserba yang masih buka, 'kan?

Dasar...

Mari keluar untuk ganti suasana.

Itu... maaf.

Mulai lagi.

Jelas-jelas tidak tahu aku marah karena apa,

tapi sudah minta maaf dulu.

Ya, aku tidak tahu
apa yang membuatmu marah.

Maaf.

Maksudku itu...

karena kau tak tahu apa yang
membuatku marah, jangan minta maaf.

Apakah kau bodoh?

Ya.

Ma...

Baiklah.

Tunggu, apa yang kau lakukan...

Baju renang ini…

Aku selalu menantikan.

Meski ini bekerja paruh waktu,
tapi bisa pergi ke pantai bersamamu.

Ternyata dia serius dengan perkataannya.

Namun kau selalu memikirkan
pandangan orang lain.

Aku ingin mengobrol denganmu,
kau juga mengabaikan aku.

Bertingkah seolah aku satu-satunya
yang bahagia.

Sangat menyebalkan.

Menyebalkan apa?

Ini hampir seperti...

Akari sedang cemburu.

Tidak, anggap aku tidak mengatakannya.

Apakah aku bodoh?

Jangan salah paham.

Itu hanya sifat keras kepalanya yang biasa.

Intinya,

aku tahu kau tidak ingin orang lain
melihat kita berdua bersama.

Tidak, bukan seperti itu.

Jelas seperti itu.

Sudah kubilang tidak seperti itu.

Seharusnya malah sebaliknya.

Bersama dengan seseorang yang
tidak mencolok sepertiku,

seharusnya kau akan sangat malu, 'kan?

Apa?

Hal semacam itu tidak penting, bukan?

Aku bebas bersama siapa pun yang kuinginkan.

Namun, orang-orang di sekitar kita peduli.

Meski bagiku tidak masalah,

tetapi orang-orang di sekitar
pasti berpikir aneh-aneh.

Lagi pula, kita juga tidak harus
bersama-sama sekarang ini.

Kenapa mengatakan kata-kata yang
membuat orang kesepian seperti itu?

Lihatlah aku seperti saat di rumah.

Lihat.

Cepat lihat.

- Padahal, kau selalu mengintip dadaku di rumah.
- Sakit... hentikan.

Bodoh.

Jelas-jelas sudah ketahuan olehku.

Jangan banyak gaya di luar, bodoh.

Tekanan... semua jenis tekanan.

Tenanglah, Akari.

Lepaskan aku dulu, oke?

Kalau tidak, aku tidak bisa menyampaikan
apa yang ingin aku sampaikan.

Ayo, tatap mataku dan katakan.

Baiklah.

Untung dia sangat patuh hari ini.

Aku tidak suka

begitu keluar rumah bukan suami istri lagi

atau kau panggil dengan nama keluargaku
dan mengabaikan aku.

Melihatmu berbicara dengan gadis lain,

aku merasa kau bukan suamiku lagi.

Kurasa meski kembali ke rumah,

kita mungkin juga tidak dapat
terus menjadi suami istri.

Aku benci perasaan ini.

Itu…

Bolehkah aku bertanya
apa maksudmu mengatakan hal ini?

Mengapa bertanya begitu? Aku tidak mengerti.

Ini... bagaimana mengatakannya, ya?

Kau juga ingin bersamaku di luar,

juga berharap kita bisa saling
memanggil nama kecil.

Kau juga tidak suka
aku berbicara dengan gadis lain.

Rasanya

ini sepertinya ucapan
seorang kekasih yang cemburu.

Eh, benarkah?

Konyol.

Apa maksudnya "benarkah"?

Bukan, karena…

Bagaimana mungkin aku cemburu?

Itu karena kau memperlakukanku
seperti perempuan yang tidak penting,

jadi aku marah.

Ternyata itu maksudnya.

Intinya, aku akan menepati janjiku
dan memanggilmu dengan nama kecil.

Bukankah lebih baik bilang begitu sejak awal.

Bulan malam ini begitu indah.

Lebih terang dari yang kubayangkan.

Angin malam juga sangat nyaman.

Oh, ya, aku beri tahu.

Dalam serial yang tayang kemarin,

muncul seorang gadis yang mirip denganmu.

Apakah gadis itu berperan
sebagai adik perempuan?

Itu dia.

Benar saja, ada yang bilang kalian mirip, kan?

Bagaimana ini?

Meskipun sangat sempit,

tetapi kau geserlah sedikit.

Kau yang menarikku, 'kan?

Diam.

Gawat.

Aku ingin keluar lebih cepat.

Apa yang bisa aku lakukan?

Pokoknya tidak boleh dilihat
oleh Shiori dan yang lain.

Ternyata akhirnya begini lagi.

Apakah kau mengatakan sesuatu?

Tidak.

Meski berusaha keras
untuk memakai baju renang,

jaraknya begitu dekat,

tapi aku masih belum ada di hati Jiro.

Ah...

Saat aku mengejar Minami,

aku jelas lebih optimis dari sekarang.

Setiap kali merasa senang
atau tenang di sisi Jiro,

aku akan takut berpisah dengannya.

Sekarang pun,

aku juga dapat dengan jelas merasakan
bahwa Jiro menyukai Sakurazaka.

Hal semacam ini,

jelas-jelas aku sudah tahu
saat kami berkenalan.

Namun, aku tetap tidak senang...

Sangat menyebalkan.

Akari, apakah kau tidak enak badan?

Benarkah? Syukurlah.

Meski sangat panas,
tapi bisakah kau bertahan?

Terus bertahan pun bisa bagaimana?

Apa maksudnya?

Pada akhirnya kau akan meninggalkanku.

Seperti ada yang sedang berbicara.

Jangan begini.

Jangan membuatku takut.

Apakah kau benar-benar takut dengan hal ini?

Mungkin ada hantu di sekitar sini.

Mei.

Aneh, tidak ada orang di sini.

Maaf, mungkin pikiranku berlebihan.

Syukurlah.

Mungkin berasal dari jalan masuk.

Aman.

Sakit sekali.

Hei, bodoh.

Jangan membuat masalah.

Mei, ayo kita kembali.

Ayo cepat…

Tunggu.

Menyebalkan sekali.

Sudah, cepat tinggalkan aku.

Di saat kritis seperti itu,
masih menatap dadaku.

Keterlaluan.

Anak laki-laki adalah makhluk seperti itu.

Sayang sekali memakai baju renang.

Bukankah kau yang memintaku melihatnya?

Itu hanya asal bicara.

Oh, ya, kau harus melupakan itu.

Ternyata begitu.

Pada akhirnya kau hanya
mempermainkan aku lagi.

Tidak…

Jelas seperti itu.

Ingin aku memanggil namamu di luar,

lalu aksi gila barusan.

Jika itu semua hanya omongan kosong,

aku tidak akan mengubah apa pun.

Aku membencimu.

Cukup, ini memalukan.

Rasanya ingin mati saja.

Hei, ada apa?

Ini sangat panas.

Sudah, kita bisa keluar sekarang.

Omong-omong, lututmu menahanku.

Bisakah kau menyingkir?

Itu bukan lutut.

Apa?

Sungguh.

Tidak mungkin.

Maafkan aku.

Angkat wajahmu.

Hei, Jiro.

Apa kau jadi begini karena melihatku?

Tu... tunggu.

Tidak…

Jiro, tidak.

Hal semacam ini harus dilakukan sesuai urutan.

Jiro.

Aku dengar itu serangan panas ringan.

Kau baik-baik saja?

Itu…

Maaf, aku mendengarnya.

Kau memanggil seseorang
untuk memindahkan aku.

Lalu, banyak hal lainnya.

Aku sungguh minta maaf.

Bukankah aku sudah menyuruhmu
untuk jangan meminta maaf?

Aku akan malu jika seperti itu.

Jadi aku memintamu untuk tidak meminta maaf.

Selain itu,

"Bukankah kau memintaku untuk melihatnya?"

Ucapan apa itu?

Keterlaluan.

Karena kau terus mengintipnya di rumah.

Aku berbaik hati menunjukkan
karena melihatmu sangat menyedihkan.

Kau harusnya berterima kasih padaku, bodoh.

Pelankan suaramu, kau terlalu keras.

Bukan hanya hal-hal ini.

Bisa dikatakan, aku ingin
kau melihat sisi lain diriku.

Kita sudah menikah selama empat bulan,

tapi aku masih belum tahu apa-apa tentangmu.

Pikirkan itu.

Hidup akan lebih menyenangkan
jika kita saling memahami.

Aku juga ingin melihat
dan mengetahui sisi lainmu.

Tidak mudah kita masih jadi suami istri.

Bagaimana?

Baik.

Meski sambil memikirkannya,
sudah empat bulan.

Melihat wajah Akari yang tersenyum,

mengingatkanku pada banyak hal.

Namun, kata "masih" di depan suami istri,

masih menghantuiku.

Tok, tok, ayo main poker.

Ayo bermain.

Boleh masuk.

Mau main poker atau domino?

Jika kalah, harus menerima hukuman.

Baiklah.

Masker ini nyaman sekali.

Nyaman, 'kan?

Episode selanjutnya.
Lebih dari pengakuan, tapi bukan patah hati.

(Lebih dari Pengakuan, Tapi Bukan Patah Hati)