All language subtitles for (Indonesian)The rise and fall of Pope Benedict XVI _ DW Documentary_video_id_aPaMPPIB9NU

Manusia bukanlah
malaikat atau orang kejam,

dan hal yang disayangkan adalah

bahwa dia yang akan bertindak
sebagai malaikat bertindak kejam.

Blaise Pascal,
Teolog Katolik (1623 - 1662)

Roma
2005

Kita punya
seorang Paus.

Kardinal Gereja
Roma Suci, Ratzinger.

Para kardinal telah memilih saya,

seorang pekerja yang sederhana dan
rendah hati di kebun anggur Tuhan.

PEMBELA IMAN

Sebuah Film oleh
Christoph Rohl

Idyll adalah rumah orang tua
yang penuh kasih.

Dari pagi hingga malam,
itu memberikan tatanan hidup

yang dibentuk oleh liturgi,
oleh doa, oleh lonceng

yang memanggil saya ke gereja setiap
Minggu pagi. Menjadi putra altar.

Untuk tenggelam
dalam dunia yang indah ini.

Musik yang indah, himne yang indah,
bahkan,

saya tahu yang mana di antara mereka
yang akan saya nyanyikan

di saat-saat terakhir saya
sebelum saya mati.

Setiap aspek kehidupan
bermandikan kegembiraan luar biasa

karena diizinkan untuk menjadi
bagian dan hidup dalam budaya ini.

Siapapun yang mengalami
semua ini sangat beruntung.

Itu seperti menerima
hadiah yang luar biasa.

Berbahagialah dia yang mengukir
pengalaman ini sepanjang hidupnya.

Seseorang melayani Tuhan,
dan Tuhan mengetahui segalanya.

Tuhan benar-benar baik dan
segala sesuatu yang Tuhan inginkan

dan minta dari
saya, benar,

Tuhan bisa meminta
apapun dari saya

karena jika Yesus mati untuk saya
di kayu salib,

saya tidak bisa mengatakan "tidak".

Ingatan saya sebagai seorang anak
ketika menyangkut hal agama

adalah ketakutan dan rasa bersalah.

Begini, hal besar dalam Katolik
tradisional, pastinya di Irlandia,

adalah bahwa
gereja mengendalikan

cara berpikir orang-orang.

Kehidupan dan pemikiran mereka
dikendalikan oleh gereja.

Oke, kami diberitahu
bahwa kami memiliki hati nurani.

Tapi kami hanya dapat
menggunakan hati nurani kami

jika kami mengikuti ajaran gereja.

1962

Berabad-abad setelah Pencerahan,
Gereja Katolik menghadapi dilema.

Itu dengan tegas
menolak dunia modern,

dunia yang menganut
prinsip-prinsip kebebasan,

demokrasi dan kebebasan beragama
sebagai hak-hak fundamental.

Tapi sebagai hasilnya,
semakin banyak orang percaya

menemukan diri mereka
menjalani kehidupan

yang bertentangan
dengan ajaran moral Gereja.

Konsili Vatikan II
bersidang dengan harapan

dapat mendamaikan
perbedaan-perbedaan ini

dan mengantarkan Gereja
ke zaman modern.

Mendampingi delegasi Jerman
adalah seorang profesor teologi muda

bernama Joseph Ratzinger.

Kemuliaan Allah adalah pribadi
manusia yang sepenuhnya hidup.

Gereja tua, ajaran lama tidak ingin
kita hidup sepenuhnya.

Itu ingin kita berhati-hati
jika kita jatuh ke dalam dosa.

Generasi kami, kami berpikir bahwa
kami akan membuat gereja baru,

bahwa masa lalu telah berlalu dan
masa depan penuh dengan janji cerah.

Joseph Ratzinger dipandang sebagai

salah satu teolog paling progresif
di Konsili.

Tulisan-tulisannya berperan penting
dalam mengukir jalur reformis.

Saya bertemu
Profesor Joseph Ratzinger

pada sesi pertama
Konsili Vatikan II di Roma.

Ratzinger tak diragukan lagi suka
citra Gereja yang penuh kemenangan.

Bagaimanapun juga, itu adalah
citra dari masa mudanya,

dan itu adalah
citra yang sangat mulia.

Di masa muda saya sebagai pastor,

wanita muda yang sudah menikah
datang kepada kami,

datang menemui saya
di usia akhir dua puluhan,

tidak pernah, tentu saja menikah,

tidak pernah memiliki pengalaman
dengan hubungan dengan wanita,

karena saya sudah di seminari
dari hari-hari muda saya,

meminta nasihat saya tentang
hubungan seksual mereka,

kekonyolan hal itu.

Tapi setidaknya saya memiliki
teologi dari ajaran baru

tentang hati nurani dan pentingnya
mampu membuat keputusan sendiri

dalam keadaan khusus Anda sendiri.

Dan dengan cara itu mungkin bisa
membebaskan mereka sedikit.

Teolog progresif lainnya
dalam Konsili adalah Hans Kung,

seorang profesor di Universitas
Tubingen di barat daya Jerman.

Dalam Ratzinger,
Kung melihat semangat yang sama

dan mengundangnya
untuk mengajar di Tubingen.

Ketika Ratzinger datang
untuk memberi kuliah,

ada semacam suatu
fase transisi.

Dia berhenti bicara dengan normal,
mungkin sedikit tidak yakin.

Kemudian suaranya
perlahan naik

sampai dia mencapai nada klasik,

dia sebenarnya memiliki
suara yang agak tinggi,

dan kemudian dia sepenuhnya
berada di dalam dirinya sendiri

dan tidak lagi
melakukan kontak mata.

Dia hanya menatap langit-langit
dan menyampaikan kuliahnya.

Dan kemudian
dia berada di elemennya.

Ratzinger membuat
doktrin gereja tradisional

ke dalam bahasa yang dapat diakses.

Para mahasiswa berbaris
untuk mendengarkan ceramahnya.

Tapi di luar ruang kuliah,
anak-anak muda turun ke jalan.

Mereka menyerukan lebih banyak
kebebasan dan memprotes status quo.

Di Tubingen, Ratzinger
tiba-tiba melihat dari dekat

tuntutan revolusioner
yang mengancam Gereja.

Joseph Ratzinger adalah
seorang pemikir yang sangat jernih,

seseorang yang telah dibentuk
oleh Ordo, artinya,

segala hal di dunia ini harus diatur
dan Tuhan telah mengatur segalanya

dan melipatnya ke dalam sistem,
bisa dikatakan demikian.

Jadi revolusi adalah hal terburuk
yang bisa terjadi

karena itu merusak ketertiban.

Jadi jika ada yang mulai berteriak,
dan maksud saya pada saat itu

dia adalah seorang profesor muda
yang tidak terbiasa dengan ini,

itu mungkin memberinya
trauma yang nyata.

Tampaknya itu telah memberinya
begitu banyak trauma

sehingga dia mengubah pandangannya
tentang hal-hal tertentu di Konsili.

Modernisme sekuler, semua anarki

sekuler yang
terjadi di tahun 60'an

ketika semuanya
bermunculan dan, Anda tahu,

dunia lama sedang sekarat dan
dunia baru sedang berusaha menjadi,

melahirkan dirinya sendiri.

Dan saya pikir Kardinal Ratzinger
mungkin melihatnya seperti itu.

Anda tahu, dia adalah
pembela kebenaran, kebenaran mutlak,

yang tidak berubah,
terhadap modernisme,

yang mengancamnya dari semua sisi.

Ratzinger meninggalkan Tubingen
ke kota Bavaria di Regensburg

di mana saudaranya konduktor paduan
suara anak laki-laki yang terkenal,

Regensburger Domspatzen
atau "Cathedral Sparrows."

Saudarinya Ratzinger,
yang mengabdikan hidupnya

untuk mengurus rumah tangganya,
menemaninya.

Rumah Joseph Ratzinger
di Regensburg

Ada satu hal yang harus dikatakan:

Jika Gereja mengarahkan
dirinya sendiri ke arah dunia,

yang berarti berpaling dari salib,
itu tidak akan mengarah

pada pembaruan Gereja,
melainkan kehancurannya.

Selama berada di Regensburg,
Ratzinger mengubah posisinya

tentang seberapa banyak reformasi
yang dapat dilakukan gereja.

Saat itu, Ratzinger dipengaruhi
oleh sekelompok anak muda

yang memiliki pandangan
yang cukup apokaliptik.

Mereka menimbun persediaan

dan bersembunyi di rumah mereka
selama empat minggu.

Mereka membeli lilin suci dan
selalu mengharapkan iblis datang.

Dalam merek teologinya,
selalu ada gagasan

bahwa iblis sedang mencoba
untuk menyusup.

Paus Paulus VI
pernah berkata

bahwa iblis mencoba
menyelinap masuk

seperti asap melalui
celah-celah di dinding.

Beberapa tahun kemudian,
pada tahun 1977,

Paus Paulus VI
mengangkat Joseph Ratzinger

sebagai Uskup Agung Munich
dan Freising.

Apa Anda siap untuk tetap bersatu
dalam ketaatan dan kesetiaan

dengan penerus Rasul Petrus?

Saya siap.

Ratzinger bersumpah
untuk membela ajaran Gereja

dan mengadopsi
"Cooperatores Veritatis,"

berarti "rekan kerja kebenaran,"
sebagai moto episkopalnya.

Gereja sudah dikelilingi oleh musuh.

Yang paling buruk adalah para teolog
sekular, para pastor "modern",

Saya mengatakan "modern"
dengan tanda kutip,

yang mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kritis,

yang mempertanyakan
ajaran seksual Gereja

dan melipat pertanyaan modernitas
ke dalam wacana teologis.

Dan harus ada pendirian
yang jelas untuk menentangnya

melalui liturgi yang jelas
dan pengakuan yang jelas

terhadap pelayanan.

Ketika dunia terbagi sehingga
hanya ada satu kebenaran

dan yang lainnya salah, maka
bukan hanya pandangan pribadinya

yang merupakan pandangan
yang benar, tapi itu adalah

satu-satunya pandangan
yang benar.

Dan dia harus berjuang untuk itu
untuk menunjukkan pada orang-orang

bahwa semua yang lainnya salah.

Saya pikir itu adalah
persepsi dirinya sepanjang hidupnya.

Kardinal Ratzinger khawatir kalau
liturgi kehilangan makna sakral.

Karena itu
adalah bahasa

yang kita gunakan di bumi ini,

yang perlu membawa kita
ke pengalaman transenden.

Itu adalah pintu menuju surga
dalam pengalaman surga di bumi.

Dan itu harus memiliki bahasa
keindahan dan musik, investasi.

Sebuah liturgi harus berbicara
tentang keindahan

karena itu berbicara
tentang kebenaran.

Salah satu himne gereja
yang paling populer

adalah
"A House Full of Glory Looks."

Jadi bayangkan gereja
sebagai sebuah kastil,

di mana segala sesuatu
di dalamnya baik dan makmur,

tapi dunia luar penuh dengan musuh.

Pada akhirnya, iblis menyerbu
gereja, tapi dia tidak bisa masuk,

karena itu adalah rumah
yang penuh dengan kemuliaan,

yang dapat menahan semua badai.

Di tengah kritik yang terus-menerus
dan semakin keras

terhadap dunia modern ini,

Ratzinger sebenarnya tidak
mengatakan hal yang baik untuk itu.

Mungkin pidato paling khas
yang merangkum semuanya

adalah pidatonya yang terkenal,

pidato terakhir yang dia berikan
sebagai seorang kardinal.

Dan di sana
dia mengartikulasikan pemikirannya

dengan sangat jelas
dan sangat tajam,

tanpa sepatah katapun yang kosong.
Yang mungkin menjadi alasan

kenapa dia terpilih
untuk posisi itu.

Memiliki iman yang jelas
berdasarkan Pengakuan Iman Gereja

sering dicap
sebagai fundamentalisme.

Sedangkan relativisme, yaitu
membiarkan diri diombang-ambingkan

dan disapu oleh setiap doktrin,
tampaknya satu-satunya sikap

yang cocok untuk zaman modern ini.

Sebuah "kediktatoran relativisme"
sedang didirikan

yang tidak mengakui apapun sebagai
mutlak dan yang tujuan akhirnya

hanya terdiri dari ego
dan keinginan sendiri.

1980

Dalam perjalanan ke Jerman,
Paus Yohanes Paulus II

mengunjungi Ratzinger
di negara bagian Bavaria.

Salam, Bapa Suci.
Selamat datang di Bavaria.

Sekarang Anda berada
dalam negara bagian Katolik.

Paus mengundang Ratzinger
untuk bekerja untuknya di Vatikan,

tapi Ratzinger ingin fokus
pada menulis,

jadi pada awalnya dia menolak.

Anda bisa melihat
cahaya matahari terbenam.

Tuhan menyertai Anda
dan semua yang terbaik hari ini.

Sampai kita bertemu lagi.

Tapi tidak lama sebelum Ratzinger
menjawab panggilan ke Roma.

Diangkat sebagai prefek
Kongregasi untuk Ajaran Iman,

dia mengambil tanggung jawab
untuk menjaga doktrin Gereja

di seluruh dunia Katolik.

Kongregasi untuk
Ajaran Iman, Roma

Kongregasi untuk Ajaran Iman
memiliki tugas penting

untuk mempertahankan keindahan
dan keutuhan tradisi Kristen.

Pohon yang tidak dipangkas
akan bercabang.

Sama halnya dengan iman.
Itu adalah proses yang vital,

dan Kongregasi
untuk Ajaran Iman

dibebani tugas, atas nama Paus,

untuk mengenali perkembangan negatif
dan mengambil tindakan.

Itu berarti melindungi iman,
dalam istilah negatif.

Dan mempromosikan iman,
dalam arti positif.

Sementara itu, teologi pembebasan

telah mendapatkan momentum
di Amerika Latin:

Sebuah gerakan reformasi
untuk mengangkat

suara kaum miskin dan tertindas.

Kongregasi untuk Ajaran Iman
mengutuknya

sebagai hal yang bertentangan
dan berbahaya.

Kemana arah wacana
teologi pembebasan dari sini?

Apakah ada aspek untuk didiskusikan?

Tanyakan kepada Kardinal Ratzinger.

Ratzinger memastikan para uskup
progresif dicopot dari jabatannya,

menggantikan mereka dengan
orang yang setia kepada Vatikan.

Satu badan, yaitu
Kongregasi untuk Ajaran Iman,

memberikan penilaian, memutuskan
dan menjatuhkan hukuman.

Dan kemudian, jika Anda ingin
mengajukan banding

atas keputusan dan hukuman mereka,

satu-satunya badan
yang dapat Anda ajukan banding

adalah Kongregasi untuk Ajaran Iman,
badan yang sama

yang memberikan keputusan
dan menjatuhkan hukuman.

Saya tahu bahwa ketika saya
sedang menghadapi kasus saya,

saya berkonsultasi dengan
kelompok pengacara sipil di Dublin.

Dan ketika saya menjelaskan
kepada mereka cara kerja Vatikan,

mereka tercengang. Mereka berkata,
"Tak ada yang beroperasi seperti ini

di masyarakat terhormat manapun
sejak abad ke-16."

Bagaimana Anda menggambarkan
kantor Anda?

Apakah itu lebih kepada
memberi kebijakan atau membimbing?

Itu memiliki
banyak komponen untuk itu.

Ada tugas membimbing arah kita,
mengidentifikasi dan membatasi

kecenderungan yang mengganggu,
tapi juga membesarkan hati mereka.

Di atas segalanya, saya akan
mengatakan tugas yang paling penting

adalah entah bagaimana
menyatukan diri kita sendiri.

Lagipula, kita bisa lihat bagaimana
dunia tercerai-berai hari ini.

Menjaga lebih dari
800 juta orang bersama-sama

di dunia yang menjadi sangat
pluralistik adalah hal mendasar,

dan saya percaya itu juga
merupakan layanan bagi kemanusiaan.

Sulit untuk memisahkan ideologinya,

teologinya dalam tindakan
dari kepribadiannya sendiri.

Dia orang yang diberi perintah,
organisasi. Dia tak suka kekacauan.

Ketika dia menjalankan
Kongregasi untuk Ajaran Iman,

intinya di sana
adalah menjaga tatanan.

Dan mereka yang
tidak berpikir

benar, mengancam tatanan ini

sehingga mereka dibuang, dibungkam,

dan beberapa teolog
paling kreatif di Gereja Katolik

menjadi korban
Kongregasi untuk Ajaran Iman.

Selalu ada perasaan seperti
Anda melihat dari balik bahu Anda.

Apa yang akan atasan Anda pikirkan?
Apa yang akan uskup pikirkan?

Sepanjang periode Paus
Yohanes Paulus dan Benediktus itu,

ada orang-orang yang melihatnya
sebagai fungsi mereka

untuk melaporkan
segala sesuatu ke Vatikan,

yang mereka anggap sebagai
kata yang salah atau sesat

sebagaimana yang
mereka akan gunakan.

Dan itu terus terjadi.
Dan hal yang menyedihkan adalah

bahwa Vatikan mendengarkan mereka.

Sebuah sistem kontrol,
ketakutan, kehati-hatian berakar.

Seseorang tidak lagi memiliki
keberanian untuk menyuarakan kritik

karena Anda tahu bahwa mata dan
telinga Vatikan ada di mana-mana.

Ketika saya berkhotbah di gereja,
ada orang-orang di bawah sana

yang mencatat apa yang saya katakan
untuk melaporkannya

kepada Kongregasi untuk Ajaran Iman.

Dan mereka tahu
bahwa mereka akan didengarkan.

Itu keseluruhan sistem di dalam
peralatan yang diminyaki dengan baik

di mana semuanya terkendali,

itulah yang Joseph Ratzinger
bantu bangun.

Kardinal Ratzinger tetap
di Kongregasi untuk Ajaran Iman

selama 23 tahun.

Bagi Joseph Ratzinger
dan bagi Paus Benediktus

keluarga bukan hanya merupakan

komponen kunci
dari teologinya,

tapi juga hidupnya sendiri.
Dan di dalam Kongregasi,

seseorang merasa bahwa
keluarganya lebih dari sekedar

orangtua dan saudara-saudarinya.

Dia menyambut pria
dan wanita yang bekerja di sana

menjadi sebuah keluarga besar.

Bavaria
Jerman

Dia selalu mendambakan
Traunstein kecil itu.

Itu bukan benar-benar
tanah air Bavaria,

itu adalah keluarga Ratzinger,
hanya mereka berlima.

Dan rumah adalah Mama,
Papa dan tiga anak,

bernama Joseph,
Maria, lalu ada Georg.

Dan kemudian ada Maria dan Joseph.
Itu adalah keluarga suci.

Semuanya selalu tertata dengan
sempurna di rumah orangtuanya.

Dia memiliki satu set
buku cerita orangtua,

dia memiliki saudara-saudari kandung
yang sempurna.

Mereka semua dibesarkan di Gereja.

Tidak ada yang jahat
di lingkaran dalamnya.

Di luar ya, tapi tidak di dalam.

Ini menghangatkan hati saya,

semua persahabatan,
keindahan negara kita,

berapa banyak orang baik yang ada,

dan bahwa Tuhan
sangat murah hati kepada saya.

Ulang Tahun Joseph
Ratzinger ke-75 Roma

Ratzinger juga mengembangkan
ikatan yang erat

dengan
"Keluarga Spiritual, The Work."

"The Work" adalah komunitas
pria dan wanita yang ditahbiskan.

Mereka saling mengunjungi
beberapa kali dalam setahun.

Ketika saya bergabung,
awalnya saya dikejutkan

dengan perasaan sukacita
dan kepuasan yang luar biasa:

Saya dekat dengan Tuhan,
saya bisa hidup di sini

dalam kesederhanaan terbesar
setiap harinya,

mengupas sayuran dan membersihkan,
sangat dekat dengan Tuhan.

Itu menyenangkan saya pada awalnya,
tapi kemudian seiring waktu,

saya tak mengakui pada diri sendiri
bahwa saya kehilangan sesuatu.

Saya tidak bisa membaca buku.
Saya tidak bisa lagi berjalan-jalan

tanpa bertanya terlebih dahulu.
Bahkan tidak ada lima menit

dalam satu hari
yang saya sendiri kendalikan.

Dan saya secara teratur melakukan
percakapan ini dengan atasan saya,

yang memberitahu saya
apa yang harus saya pikirkan,

apa yang harus saya rasakan.

Dan saya selalu mengatakan
pada diri sendiri,

karena itu adalah sesuatu yang
selalu diberitahukan pada saya,

bahwa atasan saya memimpin saya,
membimbing saya,

dia membawa saya lebih dekat
kepada Tuhan,

tapi dalam kenyataannya,
saya telah hancur.

Doris Wagner
Usia 22 tahun

Di komunitas saya, ada hal-hal yang
tidak diucapkan secara langsung

tapi dipahami sebagai kebenaran:

Misalnya, gagasan tentang
konspirasi Yahudi di seluruh dunia.

Islam sebagai ancaman
bagi Kristen Barat.

Pandangan yang sangat teguh
bahwa demokrasi

tidak memiliki tempat di Gereja.

Dan kerinduan
akan kekaisaran Jerman kuno.

Komunitas yang mirip
dengan "The Work," muncul,

berusaha untuk mempengaruhi
masyarakat sipil

dengan pengabdian mereka
kepada Gereja.

Sesuatu yang didorong oleh Gereja.

Gereja tampaknya berada dalam
keadaan menurun:

Jumlah orang percaya menurun, jumlah
pastor menurun, moral menurun.

Dan ketika Anda tenggelam,
Anda akan meraih apapun.

Dan dalam hal ini, hal itu
adalah komunitas spiritual baru ini

seperti "Opus Dei,"
"Communication and Liberation,"

"The Work" dan yang lainnya.
Dan komunitas-komunitas ini

menawarkan kesetiaan mutlak
kepada Paus,

pembelaan mutlak atas niatnya,
dan maksud saya,

jenderal apa yang tidak
menyambut sekutu?

Di bawah Yohanes Paulus II,

komunitas-komunitas spiritual
baru ini tumbuh besar.

Tujuan mereka adalah
untuk menginjili kembali

masyarakat yang semakin sekuler.

"Legionaries of Christ" termasuk
di antara yang paling penting

dari kelompok-kelompok ini.

Xavier Leger
Mantan Anggota Legionaries of Christ

Pada saat masyarakat
berada dalam gejolak,

ketika seminari-seminari
kosong satu demi satu,

ketika paroki-paroki menua
dan beberapa bahkan harus tutup

karena tidak ada orang baru.

Gereja senang melihat kedatangan
orang-orang muda Kristen ini.

"Legionaries of Christ"
segera memahami hal ini,

dan karenanya mereka mulai
membuat sistem daya pikat.

Sebagai anggota Ordo, kami
didorong untuk menyatakan cinta kami

kepada Gereja dan Paus.

Kami menyatu dalam kerumunan
di mana Bapa Suci muncul.

Selalu ada beberapa Legionaries
yang meneriakkan,

"Bapa Suci, kami mencintaimu!"

Begitulah cara kami membuat
kehadiran kami diketahui

dan menyampaikan pesan kami
kepada Paus:

"Kami tahu hal-hal sedang buruk
bagi Gereja. Tapi kami di sini.

Kami sedang menyelamatkan Gereja."

Legionaries of Christ
Perayaan Hari Jadi

Ratzinger tidak bisa berpikir
melewati ilusi itu.

Bahkan mungkin lebih dari itu,
indikasinya adalah bahwa

Ratzinger mungkin melihat
bahwa ada masa depan gereja

karena khususnya
pada masanya sebagai Paus,

dia semakin memproyeksikan
citra gereja yang lebih kecil,

lebih murni, dan lebih setia ini.

Aspek yang sangat penting dalam
spiritualitas para Legionaries

adalah jenis dualisme antara
masyarakat yang sudah gila,

apa yang Benediktus XVI sebut
sebagai "kediktatoran relativisme"

dan Gereja, yang merupakan
semacam "benteng perlawanan"

di mana nilai-nilai dan
doktrin yang benar dilindungi.

Malaikat kegelapan kadang muncul
dalam wujud malaikat terang.

Artinya, saya harus selalu
bertanya pada diri sendiri:

Saat saya melihat malaikat, pastor
muda yang hebat dan antusias ini,

apakah itu benar-benar
malaikat terang,

atau hanya malaikat kegelapan
yang menyelimutinya?

Saya bergabung dengan "Legionaries
of Christ" pada tahun 1974

ketika saya berusia 18 tahun,
setelah saya menyelesaikan sekolah.

Saya bekerja di gedung utama
di Via Aurelia 677.

Itu adalah rumah induk di Eropa,
kantor pusat,

dan tempat kepemimpinan berada.

Pendiri "Legionaries of Christ"
adalah Marcial Maciel.

Kemampuannya yang luar biasa
untuk mengumpulkan pengikut

membuat Ordo itu menjadi favorit
di antara para Paus.

Paus Yohanes Paulus II melihat
Legionaries itu sebagai penyelamat

yang mungkin dapat memulihkan Gereja
kembali ke kejayaannya.

Anda dapat melihat dan
merasakan kehadiran Legionaries,

Pastor Marcial Maciel juga.

Setelah mendirikan
komunitas keagamaannya di Meksiko

pada tahun 1941, Maciel membangun
jaringan sekolah dan universitas

di 22 negara
senilai sekitar 25 milyar euro.

Ketika Gereja mengalami kesulitan
karena kekurangan pastor,

"Legionaries of Christ"
secara teratur mengadakan

penahbisan massal, dengan sebanyak
60 orang ditahbiskan sekaligus.

Marcial Maciel adalah
seorang pemikat yang brilian,

seorang penipu yang brilian.
Dia tahu bagaimana menjual citranya

dan mengkomunikasikan
apa yang ingin dilihat,

didengar, dan dirasakan orang-orang.

Anggota kongregasi menghormati

Maciel seperti orang
suci yang hidup.

Kardinal tertentu adalah
teman dari Legionaries.

Dan mereka adalah Kardinal
dan Uskup Agung di Kuria Vatikan

yang mendukung Legionaries
dan melindungi Legionaries.

Tapi sejumlah Kardinal ini,

terutama Kardinal Sodano,
Kardinal Sekretaris Negara,

diberi, Anda tahu, sejumlah besar
uang oleh orang-orang di Legionaries

untuk amalnya.
Yah, itu eufemisme. Itu untuk dia.

Peresmian Universitas
Legionaries of Christ - Roma, 2000

Ratzinger menolak.
Dia menolak menerima suap.

Dia menolak untuk menerima
hadiah apapun.

Kardinal Tarcisio Bertone,
yang kemudian ditunjuk Ratzinger

sebagai sekretaris negaranya, juga
termasuk di antara pendukung Maciel.

Bertone nantinya akan terlibat
dalam berbagai skandal korupsi.

Salah satunya melibatkan
rumah sakit anak milik Vatikan.

"Bambino Gesu" adalah
rumah sakit yang sangat penting.

Itu menerima 270 juta euro per tahun
dari negara bagian Italia.

Itu berada di bawah otoritas Vatikan
dan di tanahnya.

Kardinal Tarcisio Bertone memakai
200.000 euro dari rumah sakit ini

untuk merenovasi
apartemennya di Vatikan.

Apartemen semua kardinal berukuran
300 hingga 500 meter persegi.

Beberapa bahkan 600 meter persegi.

Untuk membenarkan hal ini,
mereka berkata,

"Apartemen ini
bukan hanya untuk kami,

lagi pula, para biarawati
juga tinggal bersama kami."

Pada tahun 1997, delapan pria
menuduh Maciel melecehkan mereka

ketika mereka masih anak-anak.

Dua dari korban melaporkan
kasus mereka secara pribadi

ke kantor Ratzinger, tapi tidak ada
penyelidikan yang dilakukan.

Tuduhan pertama muncul
di media Meksiko pada tahun 1997.

Legionaries of Christ menanggapinya
dengan membuka sekolah,

universitas, dan seminari
di seluruh dunia untuk menunjukkan

bahwa kongregasi dan Maciel
mendapat berkat Tuhan.

Kenapa Maciel dilindungi oleh
para kardinal seperti Angelo Sodano,

Stanislaw Dziwisz, Franc Rode
dan Dario Castrillon?

Untuk satu hal,
mereka adalah mitra bisnis,

seperti dalam kasus
Kardinal Sodano dan Maciel.

Di sisi lain, mereka percaya
bahwa semua yang dilakukan Maciel

adalah demi kebaikan Gereja.
Tujuan membenarkan caranya.

Kardinal lain takut
akan skandal besar dan berpikir

lebih baik delapan korban difitnah
daripada mengambil risiko

jutaan umat Katolik menjadi murtad.

Menjadi jelas bahwa "Legionaries
of Christ" telah memperoleh

kekuasaan yang sangat besar
atas Vatikan.

Pada saat yang sama,
tuduhan itu menjadi semakin serius.

Semua ini mengancam
akan meledak di wajahnya.

Dalam periode ketidakpastian ini,

Paus Yohanes Paulus II
meninggal setelah lama sakit.

Bapa Suci Yohanes Paulus II
telah kembali ke Rumah Bapa.

Selama 26 tahun, Yohanes Paulus II
telah melayani Gereja Katolik

sebagai paus tertinggi.

Sekarang para kardinal dihadapkan
pada pertanyaan

siapa yang harus menggantikannya.

Joseph Ratzinger memimpin pemakaman
dan misa requiem.

Dia memiliki
posisi paling kuat di Kuria,

bahkan mungkin lebih kuat
dalam beberapa hal

daripada sekretaris negara.

Dia adalah satu-satunya kardinal
di sana yang mengenal yang lainnya

dan dia tahu sistemnya lebih baik
daripada yang lainnya.

Dan dia tahu semua orang yang
akan masuk ke sana untuk memilih.

Dalam minggu-minggu berikutnya,
sebuah konklaf kepausan diadakan

untuk memilih seorang paus baru.

Mimpinya adalah menulis buku
tentang Yesus dari Nazaret.

Dan tentu saja
dia ingin melakukan itu

dengan bebas dari beban jabatan
dan tugas jabatan.

Setelah konklaf singkat,
Ratzinger yang berusia 78 tahun

terpilih sebagai Paus.
Dia memilih nama Benediktus XVI,

secara resmi
menjadi Wakil Kristus di bumi.

Ketika penghitungan surat suara
perlahan menjelaskan

bahwa guillotine ini, bisa dibilang,
akan jatuh pada saya,

saya merasa cukup pusing.

Saya berpikir bahwa saya telah
melakukan pekerjaan hidup saya

dan sekarang dapat berharap
untuk mengakhiri

hari-hari saya dengan damai.

Sampai saat itu, Ratzinger
berdiri di bawah bayang-bayang

Yohanes Paulus II. Tapi sekarang
dia adalah "penggembala tertinggi"

atas kawanan yang terpecah-pecah

tentang cara
menafsirkan doktrin Gereja.

Hari berikutnya
kami pergi bekerja seperti biasa

dan kemudian
kami mendapat pengumuman

bahwa Paus ingin datang
untuk menyapa.

Jadi, kunjungan pertamanya
adalah kembali ke Kongregasi,

menyapa kami semua dan
berterima kasih kepada kami

karena telah menjadi apa yang
biasa dia sebut "keluarganya".

Jika ada yang bertanya, siapa
orang yang tepat untuk jabatan ini,

maka Ratzinger tentu bukanlah
jawaban yang tepat.

Tapi ketika seseorang bertanya,

kantor mana yang tepat
untuk Joseph Ratzinger?

Di mana dia paling terlindung
dari kenyataan?

Maka jabatan kepausan
benar-benar tepat,

karena sebagai Paus, dia sekaligus
pembuat undang-undang tertinggi

dan penafsir hukum tertinggi.

Dia memiliki semua kantor
dan tidak seorangpun,

tidak peduli apa yang dia lakukan,

tidak ada yang benar-benar
bisa mengganggu.

Saya bisa melihat Gereja sebagai
penerus Kristus yang disalibkan,

berjalan di atas bumi,
di dalam debu, di dalam pasir.

Paus Fransiskus berbicara
tentang Gereja

sebagai "rumah sakit lapangan",
misalnya.

Tapi saya juga dapat melihat Gereja
sebagai pos terdepan

dari Kristus yang dimuliakan dalam
segala kemegahan dan kemuliaannya.

Jadi tentu saja, gaya hidup saya
dan cara saya menganggap kantor

berkisar di sekitar
interpretasi itu.

Bukannya dia tertarik
pada kemegahan,

tapi dia ingin menunjukkan
"saya adalah Paus"

dan setiap pakaian,
bisa dikatakan,

adalah cara untuk menganonimkan,

untuk memudar sebagai individu
dan mengambil peran ini.

Dan terlihat bahwa
dia jatuh kembali pada elemen

yang sebenarnya
dianggap ketinggalan zaman

atau dihentikan
oleh Yohanes Paulus II.

Jadi dia mengurung
dirinya di dalam

dunia Kantor
Perwakilan Kristus ini.

Tapi masalah yang akan
dihadapi Ratzinger sebagai Paus

adalah masalah yang sudah
dia perjuangkan sebagai Kardinal.

Saya kebetulan tiba di Kongregasi
pada bulan Oktober 2002

dan pada bulan
November kasus-kasus

mulai berdatangan dari AS.

Dan itu benar-benar
longsoran kasus.

Kita berbicara tentang

puluhan kasus setiap harinya.

Pada 1980'an, pelecehan anak
oleh pastor di Gereja Katolik

bukan lagi sebuah rahasia.

Pada tahun 2002,
wartawan dari Boston Globe

memenangkan perintah pengadilan,
memaksa Keuskupan Agung Boston

untuk menyerahkan
harta karun dokumen yang disegel.

Dokumen-dokumen itu mengungkapkan
bahwa praktik internal Gereja

adalah secara
diam-diam memindahkan

para pastor yang
melakukan pelecehan

dari satu paroki
ke paroki berikutnya.

Boston mengungkapkan
kepada dunia

masalah utamanya
adalah duplikasi,

ketidakjujuran hierarki Uskup,
yang menutupi ini

dan kemudian berbohong
tentang hal itu.

Tim surat kabar dengan Boston Globe
bukan hanya melaporkan berita

tentang masing-masing pastor, tapi
mereka mengejar sistem tersebut.

Dan itulah yang penting di sana.

Dia memiliki kebiasaan menepuk
di atas meja dengan tangannya,

yang mengungkapkan
rasa frustrasinya pada bagaimana

orang-orang bisa mengkhianati imamat
dan kekudusan panggilan.

Dan Anda juga bisa merasakan
penderitaan ini

dalam cara dia bereaksi
terhadap narasi-narasi

dan Anda juga bisa melihatnya
di matanya.

Saya ingin mengajukan
pertanyaan tentang Pastor Maciel.

Tidak, saya, Anda tahu,
saya tidak begitu terinformasi

untuk berbicara pada saat ini.
Ini bahkan, saya pikir,

pada saat ini tidak nyaman
untuk datang kepada saya

dengan pertanyaan-pertanyaan ini.

Saya bisa mengerti,
tapi pertanyaannya apakah Anda...

Lain kali!
-Tapi ada pertanyaan apakah Anda...

Anda datang pada saya
saat momen ini. Belum.

Yah, kami mencoba
mengajukan pertanyaan...

Itu keterlaluan.

Pada saat itu, Ratzinger mengetahui
semua laporan tentang Maciel.

Pelecehan seksual
dan tuduhan lainnya,

kesalahannya dalam hal uang,
alkohol dan obat-obatan,

dan semua jenis kejahatan lainnya.

Tapi dia tidak bisa
mengatakan apa-apa

karena dia tidak memiliki izin
Paus Yohanes Paulus II.

Saya pikir analisis bahwa
itu tidak begitu peduli

tentang anak-anak
yang telah dia lecehkan.

Itu tidak pernah
menjadi perhatian utama.

Perhatian utamanya adalah
rasa malu bagi Keuskupan.

Rasa malu pada sistem.
Itulah masalahnya.

Pada tahun 2004, terlepas
dari hal yang diketahui,

Vatikan memperingati
perayaan ke-60 Maciel

dari penahbisannya menjadi pastor.

Ratzinger tidak menghadiri perayaan
di Lapangan Santo Petrus

maupun acara Legionaries
yang mengikuti setelah itu.

Ini adalah acara besar dengan
semua Legionaries yang ada di sana,

dengan banyak Kardinal
dan Uskup Agung di sana.

Dan inilah Nostre Padre,
orang suci yang hidup,

dengan gadis muda ini
yang duduk di pangkuannya

dan kemudian diketahui
bahwa dia adalah putrinya.

Dan dia memiliki keberanian
untuk membawa gundik dan putrinya

ke perayaan ini.

Kenapa dia melakukan itu?
Karena dia bisa.

Dia tahu tidak akan
terjadi apa-apa padanya.

Dia berpikir,
"Jika mereka menyentuh saya,

Vatikan dan seluruh Gereja Katolik
juga terlibat".

Tidak ada yang berani
menyerang Maciel karena dia adalah

"santo yang hidup"
yang dilindungi oleh Gereja.

Mengingat peristiwa ini,

Ratzinger memerintahkan penyelidikan
terhadap Maciel.

Setahun setelah diangkat
menjadi Paus,

Ratzinger mencopot Maciel
dari jabatannya

dalam kepemimpinan Legionaries
dan memerintahkannya

untuk hidup berdoa dan penebusan
dosa, yang tidak dia patuhi.

Vatikan menerbitkan keputusannya
dalam pernyataan satu halaman.

Pada dasarnya,
satu-satunya hukuman Maciel

adalah menjalani kehidupan
yang terpencil.

Ketika Benediktus XVI
akhirnya mengambil tindakan,

itu jelas merupakan
operasi pembedahan.

Dia menorpedo Pastor Maciel

sementara pada saat yang sama

melindungi Legionaries.

Seolah-olah dia ingin memindahkan
satu kartu dari rumah kartu

tanpa membuat semuanya runtuh.

Vatikan tidak pernah mengungkapkan
pelanggaran Maciel secara rinci.

Maciel menghabiskan sisa harinya
hidup dalam kemewahan,

tanpa tersentuh.

Saya percaya bahwa Ratzinger
sangat jauh dari kenyataan.

Dia berpikir dalam
prinsip-prinsip abstrak.

Dia menyebut dirinya:
"Augustinist" yaitu,

dia berpikir dengan cara
yang terkait dengan Plato.

Kebenaran hanya terjadi di surga.
Ada nilai-nilai abadi.

Semua yang kita miliki
hanyalah perkiraan.

Itulah sebabnya dia pada umumnya
tidak berurusan secara konkret

dengan keseharian,
dengan yang dibedakan,

dengan apa yang tidak dapat
dijabarkan dengan tepat,

dengan apa yang
harus selalu dikatakan,

"Ada aspek lain di dalamnya." Dia
tidak berurusan dengan semua itu.

Dia menginginkan prinsip.

Kristus sangat jelas,
bahkan mengingatkannya dua kali,

bahwa tidak ada alternatif:
Jika pohon itu buruk,

tidak mungkin itu menghasilkan
buah yang baik.

Saya menyampaikan
sambutan yang sangat khusus

kepada Legionaries of Christ.

Saya takut
ketika saya meninggalkan Ordo itu.

Itu adalah hari terburuk
dalam hidup saya. Sungguh.

Saya memeluk ibu saya
dan menangis dan menangis.

Saya sangat terpukul.
Semuanya hilang.

Tapi itu aneh, hal yang sama terjadi
pada banyak mantan Legionaries.

Pada hari terungkap bahwa
Pastor Maciel adalah bajingan

yang telah menjalani kehidupan
ganda ini, saya tertawa keras.

Saya tidak bisa menahan diri.

Itu mengerikan,
tapi saya harus tertawa

karena semua ketegangan
yang menumpuk,

semua rasa bersalah,
dilepaskan sekaligus.

Marcial Maciel meninggal
pada bulan Januari 2008.

Setahun kemudian, terungkap
bahwa Maciel telah menjadi ayah

bagi dua orang putra
dengan wanita lain.

Mereka juga melaporkan bahwa mereka
dilecehkan secara seksual olehnya.

Tidak mengherankan
bagi saya,

bahwa seorang pastor
akan melecehkan seorang anak

karena saya tahu bahwa

orang dewasa
melecehkan anak-anak.

Saya sendiri dilecehkan
sebagai seorang anak.

Jadi seperti
kenyataan dari semua itu

dan saya tidak pernah
mengharapkan seorang pastor

pada akhirnya menjadi berbeda
dari orang lain

hanya karena mereka ditahbiskan.

Apakah Joseph Ratzinger berpikir
bahwa mereka berbeda?

Pastor terpanggil pada panggilan
yang sangat tinggi,

namun dia juga membutuhkan pembinaan
manusia yang baik dan kokoh.

Dia perlu mengenal dirinya sendiri.

Dia perlu menerima kelemahan
yang tidak bisa dia ubah,

tapi dia juga
perlu menjalani gaya hidup

yang sesuai dengan panggilannya.

Pada saat reputasi para pastor
anjlok di seluruh dunia,

Paus Benediktus XVI
mengumumkan pada tahun 2009

bahwa akan ada
"Tahun Pastor" khusus.

Tujuannya adalah untuk menghormati
dan menghidupkan kembali

kesucian dari imamat.

Penahbisan Pastor Joseph
Ratzinger 1951

Dan kemudian tibalah saat
penumpangan tangan dan akhirnya,

ketika Kardinal Faulhaber
menyampaikan pada kita sabda Yesus:

"Aku tidak lagi menyebutmu pelayan,
tapi teman."

Penahbisan pastor sebagai inisiasi
ke dalam komunitas sahabat Yesus,

dipanggil untuk bersama-Nya
dan untuk menyebarkan pesan-Nya.

Anda tahu, ada kepercayaan ini, ada
ajaran bahwa saat Anda ditahbiskan,

Anda secara ontologis berubah.
Saya tidak yakin apa artinya itu.

Itu tidak pernah
berarti apa-apa bagi saya.

Tapi saya pikir di beberapa kalangan
ada perasaan bahwa ini menegaskan

beberapa anugerah khusus
atau hak istimewa pada Anda

yang membuat Anda
menjadi orang yang berbeda.

Sejumlah korban menawarkan
untuk membantu menasihati Gereja

tentang bagaimana menangani
kasus-kasus pelecehan seksual.

Saya ingat dari
berbicara pada para

Uskup di Gregorian
pada tahun 2012

dan berbicara tentang bagaimana
pelaku kekerasan saya, satu,

di malam hari dia
akan melecehkan

saya secara fisik, seksual.

Dan kemudian keesokan paginya
dia akan datang

dan dia akan memberi saya Ekaristi
dengan tangan yang sama

yang dia gunakan
untuk melecehkan saya.

Dan setelah saya selesai berbicara,
ada seorang Uskup berdiri

dan dia benar-benar ngeri bahwa
dia tidak pernah benar-benar...

dia berkata dia tidak pernah melihat

seorang pelaku kekerasan
seperti itu sebelumnya

karena imamatnyalah
yang terlibat selama ini.

Dan dia berkata, "Kenapa kita tidak
usir semua orang ini dari gereja?"

Tapi apa yang membuatnya berdiri
hanyalah deskripsi saya

tentang sesuatu yang melibatkan
sesuatu yang sangat sakral.

Tapi, Anda tahu, tubuh saya
seharusnya sama sakralnya.

Pertama-tama, saya harus mengatakan

bahwa pengungkapan ini
mengejutkan saya.

Mereka membawa
kesedihan yang mendalam.

Sulit untuk memahami bagaimana

penyimpangan pelayanan imamat ini
mungkin terjadi.

Upacara penutupan "Tahun Pastor"
pada tahun 2010

menandai pertemuan pastor terbesar
dalam sejarah.

Terlepas dari laporan pelecehan
oleh pastor di seluruh dunia,

Paus Benediktus XVI berpegang teguh
pada citranya sebagai pastor.

Dia menaruh kepercayaannya pada
pembaruan dan pertobatan komunitas.

Dia merumuskan
sesuatu dengan cara

yang telah
saya pikirkan sejak saat itu.

Yaitu: "Iblis
melemparkan kotoran

ke wajah kita selama
Tahun Pastor."

Saya harus bertanya pada diri
sendiri: "Siapa yang dia maksud?

Apakah yang dia maksud
adalah para korban?

Apakah yang dia maksud
adalah pers yang memberitakannya?

Siapa yang melempar kotoran di sini?
Siapa iblisnya?"

Sebenarnya, sangat kejam bahwa
sosok di pusat "Tahun Pastor" itu

terkait dengan penemuan
yang paling memalukan,

paling dalam dan paling menjijikkan,

yaitu pelecehan terhadap anak-anak.

Saya tahu bahwa
Kardinal Ratzinger, Paus Benediktus,

merasa bahwa imamat
adalah panggilan yang luar biasa.

Pertama-tama,
panggilan untuk kekudusan.

Jadi kehidupan yang penuh dosa
dan pelecehan

terhadap anak di bawah umur
tak sesuai dengan panggilan imamat.

Di sisi lain, harus diakui
bahwa Kardinal Ratzinger

menyadari kenyataan ini
selama bertahun-tahun.

Hanya banyaknya kasus yang baru.

Pada awalnya diyakini bahwa ada
beberapa insiden yang terisolasi,

tapi penyelidikan dan pencarian
menunjukkan bahwa itu tidak benar.

Dan kemudian,
pada tahun 2010 khususnya,

ada tsunami dari kasus-kasus
di Irlandia.

Bayangan gelap kecurigaan
telah dilemparkan

ke atas begitu banyak pastor
dan orang religius

yang melakukan pelayanan mereka
dengan kejujuran dan integritas

dan seringkali dengan
pengorbanan diri yang heroik.

Kami memohon ampunan Tuhan
dan kesembuhan-Nya.

Kami meminta ini
untuk diri kami sendiri

dan kami meminta kesembuhan
bagi para korban,

yang sangat dilecehkan oleh mereka
yang adalah saudara-saudara kami.

Dalam kasus saya sendiri, saya pergi
untuk melaporkan peleceh saya

25 tahun setelah pelecehan terjadi
kepada pendeta lokal saya

dan sikapnya adalah bahwa
pelecehan itu pasti kesalahan saya

dan saya dimaafkan untuk itu.

Dia tidak akan menyebut
nama pastor itu karena dia berkata,

"Jika dia melakukannya, dia harus
melakukan sesuatu tentang itu."

Dan saya meninggalkan diskusi itu
dengan perasaan hancur,

dan saya butuh 10 tahun lagi
untuk pernah membicarakannya lagi.

Tapi apa yang saya temukan
dalam laporan Murphy adalah...

dan apa yang dia katakan pada polisi
ketika dia diwawancarai adalah

bahwa dia diberitahu di seminari
dalam kasus seperti itu

untuk tidak pernah menyebut
nama pastornya.

Selama era Yohanes Paulus
dan Benediktus,

orang-orang diangkat
sebagai Uskup di gereja di dunia

dan banyak di Irlandia bukan karena
kemampuan kepemimpinan mereka

tapi karena ortodoksi mereka.

Jadi apa yang kami dapatkan
sebagai tim kepemimpinan di gereja,

adalah orang-orang
yang ultra-ortodoks,

tapi hampir secara definisi tidak
memiliki kemampuan kepemimpinan

dan tidak mampu berpikir jernih
untuk diri mereka sendiri.

Sehingga ketika krisis melanda,
mereka kewalahan.

Kenapa Anda tidak pergi sendiri,
Uskup? Pergi ke korban sendiri.

Dan mendorong mereka
untuk pergi ke polisi.

Saya pikir mungkin
saya harus melakukan itu,

mungkin saya harus melakukan itu,
tapi banyak yang harus saya lakukan.

Fakta bahwa pimpinan gereja
tampaknya cukup nyaman

berbohong kepada orang-orang
untuk melindungi para pelakunya.

Dengan meningkatnya bukti
pelecehan anak secara sistemik

di lembaga-lembaga gereja,
pemerintah Irlandia menugaskan

tiga laporan investigasi. Laporan
tersebut mengkonfirmasi temuan AS

bahwa setidaknya tujuh persen
dari semua pastor

dituduh sebagai pelanggar.

Sebagai tanda keprihatinan saya
yang mendalam,

saya telah menulis surat pastoral
tentang situasi menyakitkan ini.

Saya minta Anda semua membacanya
sendiri dengan hati terbuka

dan dalam semangat iman.

Harapan saya semoga bisa membantu
dalam proses pertobatan,

penyembuhan dan pembaharuan.

Kepada kita para Uskup, katanya,
kita harus mengakui

bahwa kesalahan besar
dalam penilaian telah dibuat

dan kegagalan
kepemimpinan terjadi,

yang secara serius telah merusak
kredibilitas dan efektivitas kita.

Vatikan memiliki banyak
pengetahuan tentang masalah ini,

dan hal itu ditangani
secara internal di dalam gereja.

Vatikan tidak pernah mengambil
tanggung jawab politik

atas penolakannya untuk mendengarkan
dan untuk menolak klaim.

Dan mudah sebagai seorang paus
atau sebagai kardinal di Vatikan

untuk memarahi para uskup atas
apa yang telah mereka tutup-tutupi,

dengan demikian mengalihkan
kesalahan dari diri sendiri.

Dan sangat jelas sekarang bahwa
apa yang ingin mereka lakukan

adalah mengubur cerita ini.

Dan sikap yang sama itu
berlaku di seluruh gereja,

sampai ke Vatikan.
Tidak diragukan lagi.

Kemudian laporan keempat diterbitkan
di Irlandia, Laporan Cloyne.

Diungkapkan bahwa Vatikan telah
memblokir para uskup Irlandia

untuk menyerahkan kasus-kasus
pelecehan kepada otoritas sipil.

Bersikeras bahwa hukum perdata
tidak berlaku untuk Gereja,

Vatikan menolak untuk
mengambil bagian dalam penyelidikan.

Dalam sidang parlemen, Perdana
Menteri Irlandia, Enda Kenny,

mengambil sikap.

Kardinal Joseph
Ratzinger berkata:

Standar perilaku yang sesuai
dengan masyarakat sipil

atau cara kerja demokrasi
tidak dapat diterapkan

secara murni dan sederhana
pada gereja.

Wajar untuk mengatakan bahwa
setelah Laporan Ryan dan Murphy,

Irlandia mungkin tidak terkejut
dalam hal pelecehan anak-anak,

tapi Cloyne telah terbukti
memiliki susunan yang berbeda.

Karena untuk pertama kalinya
di negara ini

sebuah laporan tentang
pelecehan seksual terhadap anak

mengungkap upaya Keuskupan
untuk menggagalkan penyelidikan

di republik demokrasi yang
berdaulat hanya tiga tahun lalu,

bukan tiga dekade lalu.
Dan dengan melakukan itu,

Laporan Cloyne menggali disfungsi,
keterputusan,

elitisme yang mendominasi
budaya Vatikan saat ini.

Saya mendengarkan pidato itu
secara langsung,

karena saya akan berada
di acara radio Irlandia

tepat setelah dia menyelesaikannya
dan mengomentarinya,

dan itu membuat saya meneteskan
air mata karena saya berkata:

"Syukurlah, orang ini mengatakan
apa yang seharusnya

dikatakan sejak lama."

Seorang pria Katolik tradisional.
Penonton massal biasa.

Terlihat cukup konservatif
dalam banyak hal.

Tidak ada yang
mengharapkan itu darinya,

tapi itu menangkap
suasana hati bangsa

dengan cara yang jarang
saya lihat dalam pidato politik

dalam hidup saya.

Dan tiba-tiba dia mengalihkan
seluruh fokus Irlandia ke Vatikan.

Klerikalisme adalah intinya. Melihat
segala sesuatu dari sudut pandang

bahwa "Kami tahu lebih baik daripada
Anda dan kami dapat melakukan

hal-hal lebih baik daripada yang
Anda bisa karena kami Gereja."

Masih ada jalan panjang untuk
menempuh perjalanan dalam kejujuran

sebelum kita benar-benar layak
mendapatkan pengampunan.

Uskup Agung Martin memahaminya.

Dia mengerti betapa buruknya ini.

Dan dia bekerja sama
dengan pemerintah

ketika mereka menyelidiki
Keuskupan Agung Dublin.

Dia menyerahkan berkas-berkasnya
secara sukarela.

Begini, pelecehan bukan hanya
tindakan seksual yang sebenarnya,

di mana itu mengerikan.

Tapi pelecehan seksual
terhadap seorang anak

adalah penyalahgunaan kekuasaan
secara total.

Itu sebenarnya mengatakan kepada
seorang anak "Aku mengendalikanmu."

Dan itu mengatakan kepada
anak itu: "Kau tidak berharga."

Dia sebenarnya melakukan sesuatu
di negaranya, di keuskupan agungnya

untuk melindungi
para korban pelecehan seksual,

untuk mewujudkan keadilan.

Jika Anda menghadiri pada hari
pembukaan sekolah baru,

di mana mungkin Uskup Agung
dan Menteri akan datang,

dan anak-anak berusia 8 tahun
semuanya berdandan

dan rambut mereka disisir
dan seterusnya...

itu menghancurkan.

Pada tahun 2010,
skandal pelecehan itu

mencapai tanah air
Paus Benediktus di Bavaria.

Paduan suara anak laki-laki
Regensburg Domspatzen

Sebuah Investigasi Independen
menemukan antara 1945 dan 1992,

setidaknya 500 anggota Paduan Suara
Anak Lak-laki Regensburg Domspatzen

menjadi korban kekerasan fisik.
67 anak dilecehkan secara seksual.

Georg Ratzinger adalah konduktor
paduan suara itu dari 1964 - 1994.

Dia menyangkal mengetahui
tentang pelecehan seksual.

Dia pasti merasakannya. Maksud saya,
dia jelas tahu Domspatzen.

Dia adalah pria Regensburg
untuk sebagian besar hidupnya.

Tidak.

Maksud saya, itu memilukan.

Salah satu kasus pelecehan terburuk.

Saya tidak ingat
ada komentar sama sekali.

Semakin banyak artikel keluar,
merinci cerita para korban.

Vatikan berada di bawah tekanan
untuk menanggapinya.

Pada 2010, Kardinal Sodano melanggar
protokol pada Misa Minggu Paskah

untuk menyatakan dukungannya
kepada Paus.

Bapa Suci, umat Allah menyertai Anda
dan takkan membiarkan diri mereka

dipengaruhi
oleh gosip kecil saat ini,

oleh pencobaan yang terkadang
menyerang komunitas orang percaya.

Yesus berkata: "Di dunia kau akan
mengalami kesusahan."

Tapi dia segera menambahkan:
"Tapi bergembiralah,

Aku telah mengalahkan dunia."

Beberapa minggu kemudian,
gerakan spiritual baru

menjawab panggilan untuk
mengekspresikan solidaritas mereka

dengan Bapa Suci.

Terima kasih semuanya
untuk berada di sini!

Ini adalah akar masalahnya.
Perlindungan yang diminta

dan perlindungan yang diberikan
itu merugikan gereja.

Itu bukan melindunginya,
malah merusaknya.

Dan karena hal itu membuat gereja
menjauh dari mengakui kebenarannya.

Mungkin itu komunitas yang mirip
dengan komunitas yang saya ikuti,

dan mungkin itu adalah saya
pada saat dia mengunjungi kami

dan kami semua berdiri
di sana dan tersenyum

dan menjabat tangannya dan
mendengarkannya dengan hormat

dan tidak ada
yang bertanya.

Sebaliknya,
kami menyampaikan dengan tepat

apa yang ingin dia lihat
pada saat itu.

Dan fakta bahwa biarawati
yang berdiri di depannya

diperkosa beberapa bulan yang lalu
oleh salah satu pastor

yang juga berdiri di depannya,
itu tidak ada di ruangan itu.

Anda bisa mengatakan bahwa kami
melindunginya dari itu di saat itu.

Sayangnya, ketika Anda
memiliki sistem monarki,

bagian terpenting dari sistem itu
adalah raja.

Para Uskup,
yang menjalankan gereja Katolik,

melindungi diri mereka sendiri
dan sistem mereka dengan segala cara

dan tentu saja korban utama adalah
para korban pelecehan seksualnya.

Mereka dikorbankan demi keamanan
dan citra sistem pemerintahan,

sistem hierarki.

Namun terlepas dari semua tekanan,
terlepas dari ukuran gereja,

kekuasaannya dan uangnya,

para korban masih memiliki sesuatu
yang tidak mereka miliki.

Dan itu kebenaran mutlak tentang
apa yang terjadi pada mereka.

Sejak 2010, Paus Benediktus
melakukan perjalanan keliling dunia

lebih dari sebelumnya.
Dia berkhotbah tentang kontrasepsi,

aborsi, pendidikan dan pentingnya
unit keluarga tradisional.

Perjalanan Paus Benediktus
ke Meksiko pada 2012

bertepatan dengan penerbitan
212 dokumen,

yang bocor dari arsip Vatikan.

Mereka berisi bukti bahwa Vatikan
telah menyadari

pelanggaran Maciel sejak 1950'an.

Beberapa korban pelecehan
mengundang Paus Benediktus

untuk bertemu dengan mereka,
tapi dia tidak pergi.

Dan saya tidak melakukan apa-apa
kecuali mencoba membuktikan

bahwa mereka tahu pria ini
adalah seorang pelaku pelecehan

dan mereka bersedia
meninggalkannya di parokinya,

di mana dia
membimbing anak-anak.

Dan mereka bersedia
berbohong kepada saya

dan berbohong dan pergi ke pers
dan berkata, saya berbohong.

Mereka tidak peduli sama sekali
tentang menghancurkan reputasi saya,

menghancurkan saya dan merasa
dibenarkan melakukan itu,

karena dalam pikiran mereka
saya menyerang gereja

dan saya membuat mereka
terlihat buruk.

Gereja ada untuk keselamatan dunia
dan karena itu harus dilindungi,

dan reputasinya harus dilindungi.

Dan siapapun
yang mempertanyakan hal itu

dengan demikian
menyerang misi keselamatan gereja.

Dan ketika orang luar datang
mengajukan pertanyaan tertentu,

itu selalu dianggap
sebagai sebuah serangan.

Itu adalah sebuah serangan
karena menghancurkan citra ini,

yang merupakan tujuan itu sendiri.

Saat berada di Meksiko, Paus
Benediktus mengalami cedera kepala

setelah tersandung di tengah malam.

Cedera itu awalnya dirahasiakan,
tapi dokternya menyarankan dia

untuk menghentikan
perjalanan antarbenuanya.

Perjalanan ke Meksiko
sangat melelahkan.

Dia sangat lelah.

Dan dia pulih
agak lambat,

dan saya perhatikan,
ada yang tidak beres.

Jadi, dalam doa,
dia bahkan lebih sungguh-sungguh,

bahkan lebih khusyuk,
bahkan lebih eksistensial.

Seperti apa tahun-tahun itu bagi
Benediktus, bagi Joseph Ratzinger?

Untuk menyadari secara bertahap
bahwa semua institusi ini,

yang telah dia berikan hidupnya,

bahwa ada begitu banyak
di dalamnya yang korup

dan tidak berfungsi secara serius.

Saya menghadapi
bagian terakhir dari hidup saya

dan saya tidak tahu apa yang
akan dikenakan pada saya.

Tapi saya tahu bahwa
cahaya Allah ada di sana,

bahwa Ia telah bangkit,

bahwa terang-Nya
lebih kuat dari segala kegelapan,

bahwa kebaikan Allah lebih kuat
dari segala kejahatan di dunia ini.

Pada tahun 2012, juga muncul bahwa
kepala pelayan Paus Benediktus,

Paolo Gabriele, telah mencuri
dokumen rahasia sejak lama

dan menyerahkannya
kepada seorang jurnalis.

Untuk pertama kalinya,
publik memiliki jendela

ke dalam cara kerja
bagian dalam Vatikan.

Bagaimana kebocoran
seperti itu terjadi?

Bagaimana seorang jurnalis dapat
mempublikasikan surat, dokumen,

atau bagian dari dokumen
atau transaksi bisnis internal

dalam sebuah buku?

Seseorang pasti telah membocorkannya
dari dalam,

dari lingkaran paling dalam.

Kelemahan yang jelas dari Ratzinger,
yang telah dicatat berkali-kali,

saya tidak mengatakan
sesuatu yang baru di sini,

adalah bahwa dia bukan penilai
karakter terbaik di luar sana.

Skandal "Vatileaks"
mengungkap pertikaian,

pencucian uang dan korupsi di Kuria,
administrasi pusat Vatikan.

Situasinya telah menjadi
di luar kendali.

Ada lima atau enam kemungkinan
teori tentang sumber kebocoran itu.

Tapi kemudian ada dua hal yang
saya lihat dan saya menyadari

itu kemungkinan hanya satu orang.

Entah Bapa Suci sendiri
atau saya sebagai sekretaris

atau orang lain
yang sangat dekat dengannya.

Kami bersamanya setelah Vatileaks,

dan dia datang untuk berbicara
tentang Paolo,

itu adalah kepala pelayan yang
mencuri dokumen-dokumen itu.

Dan menjadi sangat jelas bagi saya

bahwa dia bukan hanya
seorang karyawan,

tapi dia lebih seperti seorang putra
baginya, orang kepercayaannya.

Dan dia sekarang telah merusak
kepercayaan ayahnya.

Itu bukan hanya kekecewaan objektif,

itu adalah kekecewaan
yang sangat manusiawi,

keluarga, bisa dibilang,
kekecewaan baginya.

Cinta saya dikecewakan lagi.

Sekali lagi, saya mencari cinta
dan saya tidak menemukannya.

Dan Anda tidak dapat menanggung itu
dalam jangka panjang.

Paus Benediktus ingin memastikan
tidak ada kebocoran lebih lanjut,

jadi dia memerintahkan penyelidikan
terhadap perebutan kekuasaan

dan berbagai jaringan
yang bermain di Vatikan.

Hasilnya adalah berkas 300 halaman.

Setelah Dewan Kardinal memilih
seorang paus baru, Paus Fransiskus,

Paus Benediktus memberitahu
Paus Fransiskus tentang masalah itu

dalam percakapan rahasia selama
pertemuan pertama mereka.

Dia kemudian juga memberinya
berkas itu

karena dia seharusnya
mengetahui isinya

dan dapat melakukan
apa yang menurutnya benar.

Ini secara objektif
menutup masalah Vatileaks.

Bahwa dia pikir mungkin ini akan
membuatnya sedikit lebih baik

jika dia secara resmi menyerahkannya
kepada Paus berikutnya.

Apa Anda mengerti
apa yang saya maksud?

Menyelamatkan citranya atau apa,
karena maksud saya... kenapa?

Tidak bisa dimengerti.
Maksud saya, selesaikan itu berdua

dan selesaikan ini dengan bijaksana.

Keduanya punya posisi utama
di dunia. Ini semua tentang apa?

Saya masih bertanya-tanya:
"Apa yang tertulis?

Apa yang ada di dalam ini?
Lagipula, ini tentang Kuria."

Coba renungkan kembali
ke awal abad ke-20.

Anda memiliki tiga keluarga kerajaan
di benua Eropa

yang memerintah.

Romanov di Rusia,
Hohenzollern di Jerman

dan Habsburg
di kekaisaran Austria-Hungaria.

Di mana kepemimpinan
ketiganya itu nyata.

Mereka adalah kaisar
dan raja sejati dan tsar sejati

dan mereka benar-benar
memiliki kekuasaan.

Namun, apa yang gagal
mereka lihat adalah bahwa

kekuasaan ini tidak berguna
dan mereka tidak menanggapi

kebutuhan nyata rakyat mereka
yang tidak lagi akan tinggal diam.

Dan dalam beberapa hal, ada analogi
dengan Gereja Katolik institusional

yang merupakan
monarki absolut lainnya.

Benediktus melambangkan
Gereja Katolik sebagai monarki

dan dia berharap itu akan
menjadi bentuk pemerintahan

yang sukses dan efektif.
Tapi itu tidak.

Pada Konsili Vatikan Kedua
pada 1960'an,

Joseph Ratzinger berangkat untuk
menghidupkan kembali Gereja

dan memulihkan posisinya
dalam kehidupan masyarakat.

Pada akhir masanya sebagai Paus,

dia dihadapkan dengan Gereja
dalam krisis moral yang parah.

Dia tidak mampu menindaklanjuti
dengan niatnya yang sebenarnya,

yang berorientasi pada kebaikan,
keselamatan, Tuhan,

kasih Allah bagi umat manusia.

Dia gagal berkali-kali.
Dan dalam hal itu,

seseorang dapat berbicara
tentang sebuah tragedi.

Dia tidak benar-benar mencapai
apa yang ingin dia lakukan.

2013

Ketika dia memberitahu saya
apa yang dia rencanakan,

saya tercengang.

Saya secara naluriah berkata,

"Bapa Suci,
Anda tidak bisa melakukan itu.

Anda tidak bisa mengundurkan diri."
Dan dia membalas:

"Tidak, saya telah memikirkannya
untuk waktu yang lama.

Lebih baik untuk kebaikan Gereja
kalau saya meninggalkan jabatan."

Jika Anda menyimpulkan dari
pemahamannya tentang kepausan

serta teologi pribadinya
dan pemahamannya

tentang dunia dan Gereja, ini adalah
keberangkatan yang luar biasa.

Tidak seorangpun
dapat mengundurkan diri

dari fungsi yang lebih tinggi
daripada yang dia lakukan.

Saya percaya bahwa kegagalannya juga
merupakan kegagalan suatu zaman.

Itu bukan hanya
kegagalan pribadinya.

Sebaliknya, ini adalah kegagalan
zaman di mana Gereja sekali lagi

berusaha mempertahankan identitas
"teman lawan musuh" yang kuat,

"kita melawan mereka."

Bagaimana sebuah lembaga otoriter
berubah menjadi lembaga

yang dapat menangani orang-orang
pada tingkat kesetaraan

dan belajar untuk mendengarkan
daripada hanya memerintah?

Satu-satunya negara,
di mana referendum populer

menyetujui pernikahan sesama jenis,
adalah Irlandia

yang dulunya adalah Negara Katolik.

Dan itu pasti mengatakan sesuatu
dengan sangat jelas dan lantang

kepada struktur
penguasa gereja Katolik.

Bukan hanya di Irlandia
tapi juga di Roma.

Ketika saya tumbuh
sebagai seorang pemuda

orang Irlandia menyembah Paus.

Dan itu adalah contoh sempurna
ketika Yohanes Paulus datang.

Responnya sangat luar biasa.

Irlandia
1979

Orang-orang Irlandia,
bahkan orang-orang Katolik,

jauh lebih menantang
dan lebih banyak bertanya

sekarang daripada sebelumnya.

Dan pujian otomatis
terhadap Paus ini hilang.

Dan itu adalah perubahan besar
dalam satu generasi.

Irlandia
2018

Paus Benediktus XVI, yang
mengundurkan diri pada tahun 2013,

akhirnya menyatakan
penyesalannya bahwa

dia tidak cukup tegas dalam
mengejar tuduhan pelecehan seksual

oleh para pastor
selama masa jabatannya.

Dengan begini dia bukan hanya
merusak reputasi pribadinya,

tapi juga seluruh Gereja Katolik
dan pemimpinnya.