All language subtitles for Seishun Buta Yaro wa Yumemiru Shoujo no Yume wo Minai 2019 WEB-DL.720p.1080p-Indonesian

~Dari Yuki Fansub, dengan penuh cinta~
"Aobuta - The Movie"

Tiga Tahun Lalu

Ayo!

Kasih sini!

Apa sudah selesai dibagikan?

Sudah!

Baiklah, sekarang mari tulis di situ mimpi
yang ingin kalian gapai di masa depan.

Bu Guru, sudah selesai!

Aku juga!

Sama!

Aku juga sudah!

Usap rambutnya pelan-pelan.

Sepertinya kamu sudah makin
terbiasa, Dik Makinohara.

Iya.

Tapi, aku benar-benar enggak enak.

Padahal bilang sendiri akan merawat Hayate, tapi aku belum berani bilang orang tuaku.

Memangnya orang tuamu galak?

Malah sebaliknya.

Kalau bilang ingin bawa pulang kucing,
mereka pasti enggak akan melarang.

Makanya aku belum berani bilang.

Lo?

Maaf.

Pasti terdengar sangat aneh, ya.

Aku juga!

Dik Shouko sudah lama
enggak mampir, bukan?

Iya.

Tapi dia bilang sementara
waktu enggak bisa mampir lagi.

Mungkin mau liburan buat tahun baru.

Kalau kamu sendiri?

Masih belum ada rencana.

Kemungkinan besar juga libur, sih.

Sebelum itu, masih ada Natal, bukan?

Aku jadi ingin makan kue buatanmu, Kak Mai.

Natal kali ini tolong temani Dik Kaede saja.

Natalan sama adik?

Kalau mau menurut, nanti kukasih hadiah, deh.

Hadiah yang mengundang syahwat?

Aduh, sakit-sakit.

Heh ....

Kamu kenapa, Sakuta?

Sampai nyengir-nyengir sendiri begitu.

Pasti habis diinjak atau diapakan begitu sama Kak Sakurajima.

Kalau begitu, mau aku injak juga?

Lagian, bukan berarti aku
senang saat diinjak Kak Mai, lo.

Azusagawa benar-benar jadi remaja bandel, ya.

Wah! Kotatsunya dipasang!

Kita mau makan rebusan, sih.

Kalau tanpa Kotatsu,
rasanya pasti kurang sedap.

Sakuta, bisa bantu aku sebentar?

Siap.

Siapa, ya?

Selamat malam. Ini aku.

Kak Shouko?

Maaf malah bertamu jam segini.
Malam ini kalau boleh aku ingin menginap.

Ka-Kakak ....

Ini maksudnya apa, Sakuta?

Ja-Jangan terbawa emosi dulu, Kak Mai.

Siapa juga yang emosi.

Bisa coba jelaskan?

Aku kurang tahu. Sebenarnya ini aku juga mau tanya.

Berarti cara satu-satunya cuma
tanya pada Kak Shouko langsung, ya.

Eh? Tunggu sebentar, Kak Mai!

Tarik napas dalam-dalam dulu!

Eng ....

Ah, lezatnya.

Betulan, maaf banget, lo.

Sampai diajak makan malam.

Besok biar aku yang memasak, ya.

Besok?

Menginapnya bukan cuma untuk hari ini?

Sudah enggak ada tempat lain, sih.

Mau sampai kapan rencananya?

Kalau bisa, sih, selamanya.

Selamanya?

Terima kasih makanannya.

Ya sudah, anggap saja rumah sendiri.

Sebenarnya kamu itu siapa?

Kamu siapanya Dik Shouko yang masih SD itu?

Dua-duanya diriku sendiri, kok.
Makinohara Shouko.

Aku kadang berubah jadi besar sendiri.

Hah?

Begitulah, aku kadang
berubah jadi besar.

Apa itu karena Sindrom Pubertas juga?

Sepertinya begitu.

Aku enggak bisa pulang kalau pas besar begini,
makanya aku enggak tahu harus ke mana lagi.

Kalau begitu, menginap saja di tempatku.

Sungkan rasanya kalau harus
sampai merepotkanmu, Kak Mai.

Jadi kamu enggak sungkan
kalau merepotkan Sakuta?

Sakuta, aku merepotkanmu, ya?

Ya-Yah, enggak merepotkan, sih, tapi ....

Kalau kamu sudah puas pacaran dengan Kak Mai,

kamu pasti enggak akan aneh-aneh, 'kan?

Kamu sudah puas, 'kan?

I-Iya. Tentu saja.

Kalau begitu, aku menginap di sini enggak akan jadi masalah, dong.

Pokoknya, kalau jangan, ya, jangan.

Katanya kan enggak merepotkan, jadi, ya, aman.

Jangan.

Lagian, kalau terjadi sesuatu sekalipun, aku enggak keberatan, kok.

Soalnya aku mencintai Sakuta.

Aduh, airnya ke mana-mana, lo.

Sini-sini, kamu enggak apa-apa, 'kan?

Baiklah, aku mengerti.

Kalau memang tetap bersikeras,
aku juga akan menginap.

Se-Sebentar dulu, Kak Mai!

Tahan, jangan buru-buru! Tarik napas!

Tolong bantu aku.

Apaan?

Aku bertemu Kak Shouko lagi.

Mau tanya cara selingkuh?

Saat ini, Kak Shouko yang itu
ada di tempatku. Sama Kak Mai.

Jangan melibatkan aku pada masalah rumah tanggamu.

Sakuta, cepat bangun.

Ayo, bangun!

Kalau enggak dikasih kecupan pagi,
aku ogah bangun, ah.

Oh, begitu. Ya sudah,
aku berangkat sendirian.

Berarti, biar aku saja
yang kasih kecupan pagi.

Ya, jangan!

Lo,

Siapa juga yang setuju.

Pagi-pagi sudah lesu begitu.

Kamu ini remaja bandel
atau suami takut istri, sih?

Jangan memanggilku dengan
sebutan aneh begitu.

Itu ... memangnya menarik?

Menarik, kok.

Pembahasan lengkap teori tali?

Mau mencari tahu tali apa yang
diinjak Kak Mai di masa depan?

Itu cuma "tali" biasa kali.

Sama-sama tali, ah.

Eh, Senior! Lagi-lagi hari
ini tatapanmu kosong, ya!

Biasa, lah.

Lo, sudah mau pulang?

Hari ini aku mau menemani
adikku periksa ke rumah sakit.

Ya sudah, aku periksa dulu, ya.

Iya, akan kutunggu di tempat tunggu.

Dik Makinohara?

A-Aku bukan ....

Dia sekarang sudah bertemu
denganku yang kecil atau belum, ya.

Sebenarnya, tubuhku ini lemah,

jadi sejak masuk SD aku sudah
sering keluar-masuk rumah sakit.

Begitu.

Makanya aku susah untuk bilang
ke orang tuaku soal Hayate.

Karena tubuhku seperti ini, semua permintaanku selalu diiyakan.

Memang itu menyenangkan, tapi di saat
yang sama juga membuatku sedih.

Rasanya, semua yang kulakukan
itu selalu dihantui rasa bersalah.

Orang tuamu sudah menyadarinya atau belum, ya?

Soal perasaanmu itu.

Eh?

Dik Makinohara, bagaimana
perasaanmu pada ayah atau ibumu?

Tentu saja, aku sangat menyayangi mereka!

Sudah pernah kamu ucapkan langsung?

Belum, sih.

Daripada mendengar kata "maaf",

aku pasti lebih senang kalau
mendengar kata "sayang".

Mereka pasti akan sangat senang
saat dengar kalimat sayang darimu.

Dulu ada yang pernah bilang padaku.

"Terima kasih," "Kamu sudah berjuang keras,
" dan "Aku menyukaimu."

Itu tiga ucapan yang paling membuatnya senang.

Makanya, kurasa enggak masalah
kalau kamu bersikap sedikit egois.

Aku ....

Sepulang dari rumah sakit, katanya dia akan membawa Hayate pulang.

Kabar bagus itu.

Saat aku bertemu dengan Dik Makinohara di rumah sakit,

kamu terus berada
di ruangan ini sendirian?

Yah, aku juga kurang tahu.

Karena enggak ada yang lihat,

jadi enggak ada yang bisa memastikan.

Bisa dibilang ini fenomena Shouko Schrödinger.

Sindrom Pubertas yang kamu alami,
ada hubungannya dengan penyakitmu?

Benar, sepertinya begitu.

Aku ini ... punya penyakit jantung.

Sejak SD, aku sudah diberi tahu kalau kemung-
kinannya kecil bisa bertahan sampai SMP.

Makanya, tumbuh dewasa
sudah jadi mimpiku sejak dulu.

"Aku ingin jadi anak SMP."

"Aku ingin jadi anak SMA."

"Aku ingin jadi dewasa."

Aku yang di sini, terlahir
karena keinginanku itu.

Aku yang kecil memang selalu memim-
pikan bisa menjadi seperti sekarang.

Mbak, mau sampai kapan menginap di situ?

Yah, mungkin agak sedikit lama lagi.

Sudah dulu, ya, nanti kutelepon lagi.

Setelah mendengar cerita semacam itu,
aku jadi bingung harus bersikap bagaimana.

Pokoknya, besok aku akan coba
jenguk ke rumah sakit lagi.

Tolong, ya, Sakuta.

Biar kuminta Futaba menemaniku.
Pokoknya enggak perlu cemas.

Aku ingin memastikan satu hal.

jadi Dik Shouko enggak tahu alasan
kenapa dia kadang berubah jadi besar?

Kak Shouko sama Dik Makinohara
bilang belum pernah ketemu, sih.

Jadi sepertinya enggak tahu, deh.

Iya?

Sudah baikan?

Kak Sakuta! Kamu betulan datang!

Hari ini aku ajak Futaba juga.

Selamat siang.

Siang juga.

Aku datangnya mendadak
begini enggak apa-apa?

Iya, bukan masalah.
Malah aku senang.

Syukurlah kalau begitu.

Kamu sedang belajar?

Enggak, kok.

Kebetulan banget.
Apa bisa aku minta sarannya?

Jadwal Masa Depan?

Memangnya mau minta saran soal apa?

Itu PR waktu aku masih kelas empat SD.

Tempo hari aku belum sempat cerita.

Sebenarnya, kalau aku enggak segera dapat donor jantung,

katanya mungkin akan sulit buatku
bisa bertahan sampai lulus SD dulu.

Donor jantung?

Makanya, ada banyak yang ingin
kutulis di Jadwal Masa Depan ini.

Tapi aku enggak tahu harus menulis apa
untuk jadwalku setelah lulus SD dulu.

Aku berharap suatu hari dapat menulis sesuatu,
tapi ternyata tetap enggak bisa.

Akhirnya PR-ku kubiarkan terus sampai lulus SD dulu.

Tapi ini kertas punyamu, 'kan?

Iya, tapi bukan aku yang menulis.

Apa jangan-jangan cuma lupa kalau kamu yang menulisnya?

Saat di rumah, aku yakin betul kalau enggak menulis apa-apa.

Kok aneh banget, ya.

Apa dulu ini yang ingin kamu tulis?

Agak beda, sih.

Kalau ditanya begitu, malah lebih tepat kalau itu yang ingin kutulis sekarang.

Nah, terus kalau sekarang,
lanjutannya ingin kamu tulis apa?

Pertama, aku ingin masuk kuliah dulu.

Kalau bisa, aku juga ingin
bertemu belahan jiwaku.

Setelah itu, kami bisa masuk kelas bareng,
terus habis itu menikah, deh.

Menikah saat masih kuliah?

Iya, orang tuaku juga
menikah saat masih kuliah.

Apa ini boleh kufoto?

Tentu saja.

Nanti biar kupikirkan lebih jauh.

Alasan Kak Shouko muncul saat ini,

Mungkin karena Dik Shouko ...

... enggak bisa menulis Jadwal
Masa Depan yang jadi PR-nya itu.

Atau mungkin, supaya bisa merasakan hal-hal
yang cuma jadi mimpinya di masa depan itu.

Selanjutnya yang bisa kulakukan sepertinya cuma ini, ya?

Terus, apa yang ingin kamu lakukan, Sakuta?

Soal apa?

Ya soal Kak Shouko yang ingin menikah.

Tunggu sebentar.

Jangan asal ceplos begitu, dong.

Di lembar itu, dia ingin bertemu belahan jiwanya,
yang pastinya itu kamu, Sakuta.

Bukannya itu dari Kak Shouko saat
SMA yang kamu temui dua tahun lalu?

Berarti, Kak Shouko anak
kuliahan yang sekarang ini,

muncul untuk menikah denganmu.

11 Desember

Aku boleh masuk?

Iya, silakan.

Apa aku mengganggu?

Tidak, aku senang kamu datang lagi.

Pohonnya kamu rias, ya.

Iya.

Tapi aku ingin pulang sebelum Natal.

Setelah itu, sepertinya bakal menyenangkan kalau aku bisa ke Kilau Enoshima lagi.

Kilau Enoshima, ya?

Indah banget, lo!

Kamu enggak ada rencana
ke sana bareng Kak Mai?

Dia belum tahu jadwal kerjanya nanti, sih.

Sibuk banget, ya.

Eng, kalau begitu, mau pergi bareng aku?

Sama Dik Makinohara?

Bu-Bukan saat Natal
juga enggak apa-apa.

Ajak Kak Rio sama Kak Kaede juga ....

Bareng semuanya ....

Itu akan jadi hadiahmu
setelah bisa pulang nanti.

Iya, akan kunantikan!

Ah, benar juga, Kak Sakuta.

Ini yang kemarin.

Jadi tambah banyak, ya?

Iya, tambah.

Soalnya aku mencintaimu, Sakuta.

Sepertinya aku memang harus "menikah", deh.

Demamnya bagaimana?

Lumayan tinggi.

Kak Mai di mana?

Pulang. Katanya hari ini ada kerjaan.

Hei, Kak Shouko.

Ada apa?

Kak Shouko yang sekarang ada di sini,

apa juga Kak Shouko yang kutemui
di Sichirigahama dua tahun lalu?

Waktu itu kamu juga sama lesunya.

Aku benar-benar berterima
kasih untuk yang waktu itu.

Ayo, kalau mau tidur, di kasur sana.

Aku sudah kamu selamatkan, Kak Shouko.

Yang terselamatkan itu ...
malah aku, lo, Sakuta.

Sakuta, kalimat apa yang paling mem-
buatmu senang saat mendengarkannya?

Kalau aku, "Terima kasih," "Kamu sudah berjuang keras," dan "Aku sangat menyukaimu."

Ketiga kalimat itu paling kusuka.

Sakuta, kamu sudah berjuang keras, ya.

Kak Shouko?

Sayangnya, ini aku.

E-Eng ....

Kamu tetap berbaring saja.

Sejak siang Kak Shouko yang sudah sangat direpotkan, sih.

Aku kamu sudah merasa sedikit baikan?

Lebih mendingan dari tadi pagi.

Enggak usah maksa mandi,
tapi seenggaknya ganti baju, deh.

Ayo, sini.

Enggak usah, aku bisa sendiri.

Bisa gawat kalau kamu tertular.

Seenggaknya biarkan aku bersikap
selayaknya seorang pacar!

Sakuta, ini ....

Sejak tempo hari Kak Shouko datang,
keadaannya sudah seperti ini.

Apa enggak sakit?

Sekarang enggak.

Berarti ini jelas karena
Sindrom Pubertas, bukan?

Kemungkinan begitu.

13 Desember

Kamu di sini, Futaba?

Iya, iya, kebetulan dia ke sini,
jadi langsung mengobrol saja.

Sudah kubilang jangan melibatkanku
sama urusan rumah tanggamu.

Hah?

Halo?

Sakuta, ya?

Ada apa, nih?

Hari ini, kencan, yuk.

Ogah, ah.

Apa kamu setakut itu sama Kak Mai?

Memang.

Padahal kencan ini juga demi Kak Mai, lo.

Setelah kencan, apa Sindrom Pubertas-mu akan hilang,

dan kamu bisa kembali dengan tenang?

Seratus!

Kalau sampai bohong, aku bisa marah, lo.

Jam satu siang kita bertemu di Sichirigama, ya.

Baiklah.

Ya sudah, sampai nanti.

Tolong jangan ceritakan ini pada Kak Mai.

Cara Kak Shouko bisa menyadari
keberadaannya sendiri itu bagaimana, ya?

Apa lewat mimpi masa depan Dik Makinohara
yang masih SMP saja enggak cukup?

Kak Shouko yang sekarang itu
seumuran anak kuliahan, bukan?

Terus bagaimana dengan ingatan enam
sampai tujuh tahun yang enggak ada itu?

Kosong, begitu?

Kalau hipotesisku benar,

sepertinya Kak Shouko menyem-
bunyikan rahasia besar darimu.

Dia ....

Kak Shouko, apa tubuhmu baik-baik saja?

Tubuhku sangat kuat, kok.

Intinya, baik-baik saja.

Sekarang aku lagi enggak butuh lelucon, deh.

Padahal biar kencannya lebih asyik.

Tapi, terima kasih sudah mencemaskanku, ya.

Kak Shouko, kamu tahu daerah sekitar sini?

Iya, begitulah.

Serius, kamu ingin mengajakku ke mana, sih?

Ke sini!

Aku sama sekali enggak paham.

Terima kasih sudah berkenan untuk berkunjung.

Kalau begitu, mari.

Wah!

Silakan masuk.

Anda ingin memakai gaun seperti apa?

Perlu gaun atau enggak, ya?

Lo, pakai saja, biar tambah cantik.

Tapi ....

Bisa kami minta tolong soal itu?

Tentu. Kalau begitu, silakan ke sini.

Maaf membuatmu menunggu lama.

Wah!

Nanti kemasukan lalat, lo.

Kamu cantik banget,
aku sampai pangling.

Karena kamu yang lihat, jadi aku beru-
saha keras memilih gaun yang cocok.

Silakan dinikmati waktunya.

Apa berjalan dari sini sampai sana saja sudah cukup?

Soal itu, yang penting jangan cerita sama diriku yang kecil.

Enggak cerita pun,
dia sudah tahu soal kamu, 'kan?

Bekas luka di dadamu itu.

Berarti transplantasi jantungnya berhasil, ya.

Iya.

Kak Shouko, kamu datang
dari masa depan, bukan?

Apa kamu marah?

Enggak juga.

Aku hanya lega saja.

Ternyata operasi Dik Makinohara berjalan lancar, ya.

Iya.

Diriku yang kecil sebentar lagi akan
mulai operasi transplantasi jantung.

Soal Sindrom Pubertas juga,

setelah Natal pasti semua
akan kembali seperti semula.

Kalau begitu ....

Aku hanya bisa menghabiskan
waktu bersamamu sampai Natal.

Makanya, apa kamu enggak ingin mem-
buat kenangan terakhir yang berharga?

Kenangan seperti apa?

Kenangan soal cinta pertama.

Aku enggak mengerti kenapa
kamu masih punya tenaga.

Kalau aku jadi kamu,
pasti sudah enggak kuat jalan.

Yang membuatku bisa merawat
Hayate itu kamu, Sakuta.

Itu kan cuma ....

Daripada selalu bilang,
"Maaf," pada orang tuaku,

lebih baik aku bilang, "Terima kasih,"
dan, "Aku sayang kalian,"

itu juga kamu yang memberitahuku, Sakuta.

Saat aku terbaring di kasur rumah sakit penuh keresahan waktu itu,

yang tiap hari selalu datang
menjenguk, juga kamu, Sakuta.

Kamu juga cinta pertamaku yang enggak
pernah kuceritakan sama siapa pun.

Makanya, aku ingin kamu bertanggung jawab.

Terus apa yang harus kulakukan?

Saat malam Natal, tolong
temani aku ke Kilau Enoshima.

Tapi ....

Mulai tanggal 23, Dik Kaede akan berkunjung ke rumah kakekmu.

Aku baru dengar, selain itu juga ....

Kalau Kak Mai, dia luang di waktu itu.

Tolong putuskan.

Mau menghabiskan waktu denganku, atau Kak Mai?

Kak Shouko, aku ....

Enggak perlu dijawab, kok.

Aku akan tetap menunggumu.

Tanggal 24, pukul enam sore.

Akan kutunggu di depan
pintu masuk Lentera Naga.

Bagaimana kencanmu?

Sama seperti hipotesismu,
di dadanya ada bekas luka.

Kamu sampai bisa lihat
dadanya Kak Shouko, ya?

Bukan berarti aku main nyelonong
dan bilang ingin lihat juga, sih.

Tapi, bagaimana caranya Kak Shouko
bisa kembali dari masa depan, ya?

Dia bukannya kembali dari masa depan, tapi lebih
tepat kalau dibilang "datang dari masa depan".

Datang dari masa depan?

Sebelum ke sini aku kan menjenguknya,

dan Dik Shouko sempat
bilang hal yang sangat aneh.

Dia bilang, "Andai aku bisa tetap kecil seperti begini."

Kalau padaku dia bilang, "Aku ingin orang
tuaku melihatku tumbuh dewasa," lo.

Dik Shouko yang ingin menjadi dewasa itu,

dan Dik Shouko yang sudah enggak ingin jadi dewasa,

mungkin dua kontradiksi itu yang
me-mantik terjadinya Sindrom Pubertas-nya.

Artinya bagaimana?

Dik Shouko yang enggak ingin jadi dewasa itu,

punya kehendak yang kuat untuk
menghentikan waktu di sekitarnya.

Hasilnya, dunia yang dia lihat pun melambat,

dan setelah semuanya benar-
benar nyaris enggak bergerak,

di dunia itu, Dik Shouko
yang ingin menjadi dewasa,

melihat kita yang ada
di dunia ini dari sana.

Menurutmu bagaimana
dengan kemungkinan itu?

Teori Mekanika Kuantum favoritku, nih.

Bukan.

Ini Teori Relativitas.

Ini mirip cerita "kembali dari Istana Naga setelah 100 tahun lamanya".

Jadi Kak Shouko itu seperti Urashima Tarou, ya.

Benar.

Dik Shouko yang ingin segera dewasa,

akhirnya bisa mencapai masa depan lebih dulu dari kita.

Aku pulang.

Oh, Mas, selamat datang.

Iya, kebetulan Mas baru pulang juga.

Iya, baiklah. Sampai nanti.

Telepon dari siapa?

Dari Ayah.

Katanya Kakek sama Nenek kangen sama aku.

Tadi juga ada telepon dari Kak Mai.

Katanya kalau bisa tolong
jemput pukul sembilan malam.

Sepertinya ada yang mau dia obrolkan.

Obrolkan?

Tolong obrolan kita hari ini dirahasiakan, ya.

Akan runyam kalau sampai masa
depan berubah gara-gara itu.

Proses syutingnya berjalan lancar,

jadi kalau terus begini,
mungkin nanti aku akan luang.

Soal tanggal 24.

Buat kencan.

Bagaimana kalau kita ke Kilau Enoshima?

Sepertinya asyik kalau
bisa ke Akuarium, deh.

Yang belakangan ini iklannya
sering muncul di kereta?

Iya, itu.

Karena tiap hari lihat, aku jadi penasaran.

Kamu suka ubur-ubur?

Yang kusuka itu melihat ubur-
ubur "bareng" kamu, Kak Mai.

Begitu.

Ya sudah, nanti aku akan berangkat
langsung dari tempat kerja saja.

Bagaimana kalau kita ketemuan
di depan Akuarium pukul enam sore?

Tentu.

Heheh ....

Senior, baru dapat kabar baik, ya?

Hah?

Kamu nyengir-nyengir sendiri begitu.

Kamu sendiri, baru mengalami sesuatu?

Eh, kok tanya begitu?

Lenganmu kelihatan gempal begitu.

Senior, jahat banget.

Enggak tahu malu.

Heh.

Maaf aku lama.

Tidak apa-apa.

Aku ingin besok segera datang.

Tambah lagi, ya?

Iya.

Eng, Kak Sakuta.

Keadaan tubuhku makin memburuk.

Sekarang aku bisa bertahan karena obat,

tapi ini cuma untuk sementara.

Begitu.

Iya.

Makanya,

kamu enggak usah datang menjenguk lagi.

Ogah, ah.

Besok aku akan tetap datang,
lusa pun sama.

Yah, mungkin kalau ada sif kerja aku juga enggak bisa jenguk, sih.

Pokoknya selama kamu dirawat, aku akan jenguk tiap hari.

Tapi aku ....

Aku ....

Dik Makinohara,
kamu sudah berjuang keras.

Sangat-sangat keras.

Kak Sakuta, aku ....

Aku sendiri ....

Aku sendiri juga enggak ingin sakit!

Kenapa harus aku?

Aku ingin hidup layaknya orang biasa!

Terus hidup! Sampai nanti!

Aku ....

Sampai hari ini, kamu sudah berjuang
jauh lebih keras dari siapa pun.

Makanya, kamu enggak perlu
berjuang sendiri lagi.

Besok aku akan datang.

Lusa aku juga akan datang.

Aku janji.

Benarkah?

Dik Makinohara?

Dik Makinohara!

Kondisi Dik Makinohara tiba-tiba memburuk.

Dik Shouko.

Cepat tanyakan ketersediaan ruang.

Dik Shouko, semua akan baik-baik saja.

ICU sudah dipastikan kosong.

Jantungnya?

Sakit!

Kenapa ini?

Kenapa malah kambuh di saat seperti ini!

Jangan bilang kalau ... aku ....

Sekarang, hatimu pasti cenat-cenut.

Tolong jangan meledekku begitu.

Aku tahu, kok.

Kalau saat bersamamu,
hatiku juga cenat-cenut.

Hentikan, nanti kamu kena lukaku.

Enggak perlu cemas,
nanti pasti sembuh.

Luka di hatimu, juga luka di dadamu.

Aku yang akan menyembuhkannya.

Pasti akan kulakukan.

Sakuta.

Kak Shouko.

Tiba-tiba dapat telepon kalau
kamu pingsan, aku kaget banget.

Aku bermimpi.

Mimpi soal pertemuan
pertamaku denganmu.

Begitu, ya.

Waktu itu juga sama.

Saat luka di dadaku ini muncul ....

Hei, Kak Shouko.

Di dadamu, yang berdetak
adalah jantung, bukan?

Sudah kuduga kalau
kamu akan menyadarinya.

Aku punya masa depan berkat kamu.

Maksud perkataanmu barusan ... apa?

Kejadiannya sepuluh hari dari
sekarang, malam tanggal 24.

Di tanggal 24, akan turun salju lebat.

Kamu sedang menuju tempat
janjianmu dengan Kak Mai.

Saat itu kamu terlibat kecelakaan lalu lintas.

Kenapa kamu bisa tahu sejauh itu?

Soalnya aku datang dari masa depan.

Itu benar.

Meski setelah dibawa ke rumah sakit,
Sakuta tetap enggak sadarkan diri.

Akhirnya dia divonis mati otak.

Setelah itu, ditemukan kartu donor
dalam barang-barang milik Sakuta,

dan secara ajaib operasiku berhasil.

Begitu.

Aku tahu semuanya setelah operasi.

Setelahnya aku ingin memberi kabar
pada Sakuta kalau operasinya berhasil,

tapi saat itu Kak Mai menceritakan semuanya.

Makanya,

Natal ini kencannya di rumah saja, ya.

Mana bi—

Enggak perlu cemas.

Aku yang kecil masih punya waktu, kok.

Tolong percayalah sama perkem- bangan ilmu medis saat ini.

Ya sudah, bahaya kalau terlalu lama di sini,
jadi aku pulang duluan, ya.

Kak Mai, tolong jaga Sakuta.

Andai saja itu semua bohong.

Begini, Kak Mai.

Aku enggak akan minta putus, kok.

Berarti kita perlu ganti jadwal
buat malam Natal nanti, ya.

Nodoka sibuk karena ada konser,

jadi kita bisa habiskan
waktu berdua di tempatku.

Saat tahun baru,
kita pergi bareng ke kuil, ya.

Kalau pas tahun barunya
pasti ramai banget,

jadi kita bisa ke sana setelah
libur musim dingin saja.

Benar.

Saat Valentine, akan kubuatkan cokelat.

Di Musim Semi aku memang sudah lulus,

tapi aku akan tetap membantumu belajar.

Setahun setelah itu,
kita bisa masuk kuliah bareng.

Jadi,

aku ingin kamu memilih
masa depan bersamaku.

Itu permintaanku padamu.

Hari ini aku enggak akan menginap.

Iya.

Ya sudah, selamat malam.

Malam juga.

18 Desember

Lo, enggak ada kegiatan ekskul?

Setelah melihatmu pulang, aku memu-
tuskan untuk enggak ikut ekskul hari ini.

Ungkapan cinta, nih?

Azusagawa, belakangan ini kamu menghindariku.

Cuma perasaanmu saja, deh.

Aku tahu kalau hari
Minggu lalu kamu pingsan.

Aku juga tahu kalau
Dik Shouko masuk ICU.

Soalnya kemarin aku ke rumah sakit.

Begitu.

Berarti kamu juga sudah menyadarinya, ya.

Aku sudah mempertimbangkan kemungkinan itu.

Lukamu itu selalu kambuh
saat Kak Shouko muncul, sih.

Kece.

kemungkinan besar Dik Shouko dan Kak
Shouko itu enggak boleh bertemu langsung.

Tapi kamu bertemu dengan Kak Shouko.

Sedikit-banyak pasti ada efeknya.

Karena jantungmu enggak boleh
ada di saat yang bersamaan.

Makanya luka di dadamu jadi muncul.

Katanya tanggal 24 aku
akan ditabrak mobil.

Apa Kak Sakurajima sudah tahu soal itu?

Sudah.

Kami dengar bareng soalnya.

Aku kurang pantas bilang begini,

tapi sepertinya kamu bicarakan
baik-baik dulu, deh.

Iya, benar.

Azusagawa, aku ...

... enggak mau.

Sudah belajar buat ujiannya?

Kalau enggak diajari sama Kak Mai yang
pakai kostum gadis kelinci, malas, ah.

Kalau aku pakai kostum gadis kelinci,
kamu mana bisa fokus.

Aku memang enggak ingin fokus, sih.

Dasar.

Begini, Kak Mai.

Iya juga, aku ingin mengobrol soal Dik Kaede.

Eh?

Sebelum ke rumah kakeknya, dia sempat bilang ingin potong rambut, 'kan?

Iya.

Aku punya kenalan tukang
potong rambut dari Chigasaki.

Kalau boleh, mau coba ke sana?

Serius?

Hari Minggu aku pulang dan bisa mengantar,
jadi tanyakan sama Dik Kaede, ya.

Baiklah.

Eng, begini ....

Ah, jam istirahatku sudah mau habis.

besok biar kutelepon lagi.

Sudah dulu, ya.

Mungkin kalau di sini sedikit
dipendekkan akan lebih bagus.

Iya, sepertinya cocok, tuh.

Kenapa kamu juga ikut, Toyohama?

Hari ini aku juga ada janji. Masalah?

Iya juga, sebentar lagi tanggal 24.

Oh ....

Setelah konser, aku akan langsung pulang.

Enggak perlu cemas.

Aku pasti sisakan kuenya, kok.

Aku bukan mencemaskan soal itu.

Ayamnya?

Hidupmu benar-benar bahagia, ya, Sakuta.

Kenapa tiba-tiba bilang begitu?

Soalnya, mbakku sampai
sebegitu menantikan Natal.

Bilang besok masak apa,

beli kue di mana,

terus sampai pakai baju apa.

Membayangkannya saja sudah bikin senang.

Kalau sampai membuat
Mbak menangis, awas saja.

Sudah selesai.

Ba-Bagaimana?

Cocok banget, kok.

Apa enggak kelihatan terlalu berlebihan?

Kalau yang berlebihan itu, contohnya ini.

Apanya yang berlebihan!

Nodoka, maaf, tapi apa kamu bisa
antar Dik Kaede pulang duluan?

Eh, terus Mbak sendiri?

Aku ada janji sama Sakuta setelah ini.

Kaede, apa kamu bisa
pulang sendiri tanpa aku?

Mas, kamu pikir aku ini umur berapa?

Aku cuma takut ada apa-apa.

Aku malah senang karena kamu sudah bisa mandiri, Kaede.

Menyindir aku, nih?

Kamu tetaplah jadi idol
yang selalu sayang mbaknya.

Tolong jaga Kak Mai, ya.

Hah, maksudnya apa coba?

Jadi, kamu ingin mengajakku ke mana, Kak Mai?

Rasanya jadi inget yang dulu.

Kita pernah pergi berdua begini juga, bukan?

Sudah setengah tahun sejak saat itu, ya?

Rute kereta paling jauh yang mana?

Kamu mau pergi ke mana, sih?

Pokoknya sejauh mungkin.

Yang penting pergi naik kereta,
lebih jauh dari yang waktu itu.

Kalau sekarang, sepertinya
paling jauh sampai Oogaki, deh.

Kalau enggak ada kereta,
berhenti di kota pelosok juga bisa.

Terus tidur bareng?

Boleh kalau kamu maunya begitu.

Obrolan ini seperti mimpi saja.

Kalau sudah pagi, kita pergi lagi.

Aku ingin terus pergi jauh.

Sejauh yang kita bisa.

Bakal asyik banget, tuh.

Tapi, kamu sedang bercanda, 'kan, Kak Mai?

Kamu sendiri ....

Kamu sendiri berhenti bercanda!

Jangan mengatakan salam perpisahan
pada Dik Kaede dan Nodoka semudah itu!

Bukannya yang bercanda itu kamu!

Jangan semudah itu menyerah!

Jangan memutuskannya sendirian!

Bagimu aku ini siapa?

Pacar.

Kalau begitu, ayo kita pergi bersama!

Makanya, kita harus pergi
supaya kamu tetap hidup!

Kumohon, tetaplah bersamaku!

Tetaplah berada di sampingku
sampai Natal usai!

Ikutlah bersamaku pergi
sejauh mungkin naik kereta!

Pasti bakal asyik, tuh.

Tapi aku enggak bisa.

Kenapa!

besok aku harus sekolah.

Bolos saja.

Besok kamu kan juga ada jadwal kerja.

Aku enggak peduli soal
kerja atau apa pun itu.

Selama bisa bersamamu,
aku enggak peduli dengan yang lain!

Aku mencintaimu.

Karena sibuk,

memang sayang kita enggak
bisa sering pergi kencan.

Tapi seseorang yang kuinginkan tetap
berada di sampingku, adalah kamu.

Secinta itu aku sama kamu.

Baiklah.

Terserah.

Selama kamu bisa hidup,
aku rela kamu benci!

Sementara tetaplah bersamaku dulu!

Sampai Natal usai, setelah itu kamu bebas membenciku!

Aku enggak bisa melakukan itu.

Kenapa!

Mustahil aku bisa membencimu.

Kenapa? Kenapa?

Aku akan selalu mencintaimu.

Pembohong.

Aku janji akan selalu mencintaimu.

Kamu pembohong.

Tapi aku juga pembohong.

Mustahil juga aku sanggup dibenci olehmu.

Mustahil aku sanggup!

Selamat datang, Sakuta.

Apa hari ini Kak Mai enggak menginap lagi?

Iya.

Kaede mana?

Sudah tidur.

Kak Shouko, aku ....

Aku enggak mau membuat Kak
Mai menangis seperti tadi lagi.

Aku enggak mau lagi.

Makanya, makanya Kak Shouko ....

Iya, bagaimana?

Maafkan aku, Kak Shouko.

Aku ingin terus hidup.

Aku ingin terus hidup bersama Kak Mai.

Sampai tua nanti.

Yang harusnya minta maaf itu aku.

Maaf harus menghadapkanmu
pada pilihan sesulit ini.

Kalau saja aku enggak payah,

mungkin kamu enggak
akan seperti sekarang.

Mana mungkin ....

Kamu enggak salah apa-apa, Sakuta.

Kamu sudah berjuang keras.

Aku ....

Kamu mengatakan hal yang benar.

Makanya, kamu harus membuat Kak Mai bahagia.

24 Desember

Ini hari terakhir kita bisa tinggal seatap, ya.

Kak Shouko.

Selamat jalan.

Aku berangkat dulu.

Anak-anak sekalian, bagaimana pengalaman
kalian setelah satu tahun belajar di sini?

Panas banget enggak, sih?

Banget.

Ada kipas enggak, sih?

Sakuta.

Ibunya Dik Shouko bilang ingin meng-
ajakmu melihat keadaan Dik Shouko.

Maaf selalu merepotkan.

Bukan apa-apa.

Kamu sudah berjuang keras, ya.

Kamu sudah berjuang keras.

Kamu memang luar biasa.

Bahkan Dik Makinohara saat ini masih berjuang.

Ini aku.

Kak Mai, aku ....

Semalam aku bermimpi.

Mimpi ke kuil saat
tahun baru bareng kamu.

Kamu janji sama Dewa kalau
akan terus membahagiakan aku.

Itu seperti aku banget, sih.

Betulan. Di mimpi saja tukang
bohong, kamu banget, deh.

Mustahil aku bisa melupakanmu.

Aku ingin hidup bersamamu.

Kak Mai, aku ....

Kok begini?

Apa mobil setelah ini?

Lilin Laut-nya kelihatan, tuh!

indahnya!

Bagaimana kalau kita
ke Kilau Enoshima?

Saat malam Natal, tolong
temani aku ke Kilau Enoshima.

Jangan-jangan, sejak awal Kak Shouko ....

Kenapa begini?

kenapa kamu melakukan ini, Kak Shouko?

Apa karena sejak awal kamu tahu
kalau aku ingin hidup bersama Kak Mai?

Karena itu ....

Tanggal 24, pukul enam sore.

Akan kutunggu di depan
pintu masuk Lentera Naga.

Dia tahu kalau aku enggak akan ke sana!

setelah Natal pasti semua
akan kembali seperti semula.

Kalau saja aku enggak sepayah ini.

Selamat jalan.

Apa maksudnya ini!

Kenapa kamu harus melakukan ini, Kak Shouko!

kalau terus begini,
aku enggak akan sempat!

Kumohon, sempatlah!

Sakuta!

Sakuta!

Anakku, Mai, apa benar-benar sudah ....

Kami sudah melakukan yang kami bisa, tapi ....

Mai ....

Kembalikan Mai!

Kembalikan!

Kenapa! kenapa!

Kenapa kamu enggak melindungi mbakku!

Kenapa! Kenapa! Kenapa!

Maaf.

Maaf, andai saja aku yang mati ....

Ah, benar juga.

Benar.

Kak Shouko memilih menyelamatkanku ....

Aku gagal menyelamatkan mereka berdua.

25 Desember

Enggak dikunci.

Kamu di dalam, Sakuta? Aku masuk.

Sakuta.

Aku baru melihat beritanya.

Aku meneleponmu berkali-kali, lo.

Maaf membuat kalian cemas.

Ada empat pesan diterima.

Pesan pertama, diterima pukul 7.30.

Mas, ini bohong, 'kan?
Enggak betulan, 'kan?

Mustahil Kak Mai sekarang sudah ....

Maaf. Sakuta, kalau nanti baca pesan ini, tolong telepon balik.

Pokoknya, kamu telepon balik, akan kutunggu.

Kamu bisa hubungi keluargamu saat di jalan nanti.

Ke mana?

Foto dan video kecelakaannya sudah tersebar di sosial media.

Ada foto wajahmu juga.

Begitu.

Sementara waktu, kamu tinggal di tempatku saja.

Sebentar lagi rumahmu pasti dikerubungi awak media.

Saya melaporkan dari rumah duka.

Meski hujan turun sejak pagi tadi,

pemakaman Sakurajima Mai
akan tetap dilangsungkan.

Mungkin sudah banyak yang
mendengar berita duka ini.

Empat hari lalu, tanggal 24 Desember,

Aktris Sakurajima Mai ...

... terlibat dalam insiden kecelakaan lalu lintas.

Ini bukan mimpi, ya.

Sebenarnya aku masih belum bisa menerima—

Ini pertama kalinya buatku, jadi masih banyak yang harus kupelajari.

Tapi, kamu pastinya selalu
ada di benak pacarmu, 'kan?

Aduh, seperti apa saja.

Yah, tapi aku enggak keberatan, sih.

Sudah kuduga.

Tapi sepertinya aku yang
lebih menyukainya, deh.

Eh, enggak apa-apa, tuh?

Sekarang, mungkin pacarmu
itu sedang nonton, lo.

Selamatkan.

Kumohon.

Siapa pun selamatkan Kak Mai.

Siapa saja terserah!

Selamatkan Kak Mai!

Kumohon! Kumohon!

Aku benar-benar mohon!

Angkat kepalamu, Sakuta.

Menyelamatkan Kak Mai adalah tugasmu.

Apa aku salah?

Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa kamu ada di sini?

Benar juga, kamu belum tahu.

Saat ini, yang ada di dalam
dadaku adalah jantung Kak Mai.

Memang belum diumumkan,

tapi di hari kecelakaan itu, Kak Mai ...

... kebetulan juga yang
menjadi pendonor untukku.

Ada kartu donor Kak Mai?

Iya.

Tapi, berarti masa depan sudah berubah ....

Ayo kita selamatkan Kak Mai.

Ayo? Memangnya ke mana?

Tentu saja, ke masa lalu.

Yang seperti itu ...

... bisa dilakukan, kok.

Serahkan saja padaku.

Kamu enggak perlu cemas.

Hari ini ada upacara pemakaman Kak Mai,
jadi enggak akan ada siapa-siapa.

Kenapa ke UKS?

Untuk kembali ke masa lalu, kita butuh tempat tidur.

Kak Shouko, ini kan ....

Itu soda plum khas orang dewasa.

Kamu sekarang pasti
sudah menyadarinya, 'kan?

Semua yang terjadi saat ini,

juga alasan aku bisa
datang dari masa depan.

Itu karena Sindrom Pubertas
yang kamu alami, bukan?

Iya.

Saat masih kecil, aku mengalami Sindrom Pubertas karena kekhawatiranku dengan masa depan.

Tapi momen aku bisa mengobrol
denganmu seperti sekarang,

enggak ada di masa apa pun.

Ini pasti karena kamu.

Apa sekarang kamu tahu artinya?

Sama seperti aku yang masih kecil,

apa kamu juga khawatir dengan
masa depan yang menantimu?

Aku ingin kamu memlih masa depan bersamaku.

Kenapa!

Aku ingin terus hidup.

Sepertinya kamu mulai mengerti.

Kalau itu ....

Kamu harus benar-benar menerimanya dulu.

Menerima kenyataan bahwa kamu khawatir dengan masa depanmu.

Dengan percaya kalau
kamu memang khawatir,

itu akan jadi langkah pertamamu mene- rima kalau saat ini adalah "masa depan".

Dan karena ini "masa depan",

kamu bisa ke "masa sekarang",

juga bisa menyelamatkan Kak Mai.

Kak Shouko?

Ada apa?

Aku ingin hidup bahagia bersama Kak Mai.

Bisa, kok.

Makanya, ada hal yang
harus kukatakan padamu.

Aku ingin kamu terus hidup.

Iya.

Akan terus kumintakan.

Terus kudoakan.

Aku mengerti.

Tapi aku bukan dokter.

Kekuatan khusus juga enggak punya.

Membahagiakan Kak Mai saja
sudah sangat sulit buatku.

Tapi melakukan satu hal itu saja aku gagal.

Makanya, makanya Kak Shouko ....

Iya?

Aku enggak bisa membantumu.

Begitu saja enggak apa-apa, kok.

Aku ini kenapa?

Padahal keputusanku sudah bulat, lo.

Kak Shouko ....

Lo?

Obat tidurnya mulai bekerja, ya.

Untuk bisa ke "masa sekarang", kalau kita
lihat semua keanehan yang saat ini terjadi,

yang perlu kamu lakukan cuma tidur.

Karena hanya dalam mimpi, hal-hal aneh yang enggak bisa diterima akal sehat bisa terjadi.

Kak Shouko?

Kamu enggak perlu mencemaskanku.

Saat kembali ke "masa sekarang", kamu harus men-
cari seseorang yang bisa menemukanmu dulu.

Selamat tidur, Sakuta.

Aku betulan kembali.

Bu, tangannya terkilir.

Kunimi!

Akan sakit, jadi coba duduk dulu.

Sakit, sakit, sakit!

Hei, Kunimi.

Lo?

Ada apa ini?

Kamu harus mencari seseorang yang bisa menemukanmu dulu.

Soal Teori Kuantum, nih?

Saat ini, aku setengahnya berasal dari masa depan dan masa sekarang.

Sampai mereka bisa menyadari keberadaanku, aku enggak akan bisa mengubah masa lalu.

Futaba!

Hei, Futaba! Tolong sadari keberadaanku!

Futaba!

Terima kasih, ya.

Aku pinjam ponselmu, ya.

Hah, sial! Enggak bisa kupakai, ya.

Tiba-tiba keadaanya jadi gawat begini.

Aku harus coba pakai caranya Kak Mai, ya.

Siapa pun! Apa ada yang bisa melihatku!

Siapa saja! Apa enggak ada yang bisa melihat atau mendengarku!

Permisi, apa Anda bisa melihatku?

Lihat aku di sini!

Aku harus menyelamatkan Kak Mai!

Sadari keberadaanku!

Siapa pun, tolong sadari keberadaanku!

Tolong sadari aku di sini!

Senior, kamu sedang apa?

Koga? Kamu bisa melihatku?

Tentu saja bisa.
Kamu baik-baik saja, Senior?

Sentuh aku! Tolong sentuh aku!

Apaan!

Sebenarnya, aku kemarin
mimpi soal kamu, Senior.

Mimpi?

Dalam mimpiku kamu sedang kesulitan.

Makanya aku sendiri juga agak penasaran.

Keterkaitan Kuantum, ya?

Apaan itu?

Keterkaitan yang muncul setelah bokongmu
ditendang sama juniormu yang manis.

Ah, tolong lupakan soal itu.

Koga, aku ingin minta tolong padamu.

Enggak, enggak, enggak, enggak!

Tolong temui diriku yang satunya.

Heh?

Di sini betulan ada kamu, lo.

Biar aku bicara dengan diriku yang di sana.

Nanti jelaskan padaku, ya!

Kamu betulan aku?

Iya.

Aku datang dari masa
depan empat hari lagi.

Empat hari?

Berarti aku ....

Iya.

Aku tahu kalau hari ini
akan terjadi sesuatu.

Jadi, aku datang dari masa
depan untuk mengubahnya.

Sebentar, bukannya aku bakal kecelakaan?

Sebelum ditabrak, Kak Mai mendorongku
dan membuat dirinya sendiri yang tertabrak.

Berkat itu, aku masih hidup.

Jadi, jangan pergi ke Akuarium.

Tapi ....

Kalau kamu datang, gantinya
Kak Mai yang akan meninggal.

Tapi, kalau aku enggak datang,
nasib Dik Makinohara bagaimana?

Aku sudah memutuskannya.

Kamu ini juga aku!
Apa yang kamu pikirkan!

Kamu enggak peduli
dengan Dik Makinohara?

Aku ingin membahagiakan Kak Mai.

Aku enggak bisa melakukan
apa-apa untuk Dik Makinohara.

Apa kamu benar-benar aku?

Kenapa keputusanmu begini?

Aku akan tetap pergi!

Selama bisa hidup dan membahagiakan
Kak Mai, itu sudah cukup.

Aku ....

Daripada membunuh Dik Makinohara,
lebih baik aku kecelakaan.

Apa kamu mau membuat Kak Mai menangis?

Pokoknya kamu harus
menghentikan Kak Mai!

Dasar aku keras kepala banget.

Ini aku sedang istirahat.

Ada apa?

Apa kamu tahu Kak Mai
sekarang ada di mana?

Di studio TV, 'kan?

Studio yang mana?

Sekarang aku ingin menemuinya.

Hah, mana bisa kalau mendadak begini.

Makanya aku minta bantuan padamu, Nona Nodoka.

Kumohon, aku benar-benar minta tolong!

Aku ingin memberinya kejutan.

Kamu lagi melawak?

Habis serius memikirkannya,
aku putuskan untuk pakai ini.

Yah, mungkin dengan begitu
lebih hemat di kantong, ya.

Cepat masuk.

Kita masuk dibantu staf TV-nya.

Maaf.

Kali ini kalian harus baikan, ya.

Permisi.

Kamu ada tamu, Nona Mai.

Nodoka?

Ini hadiah Natal dariku.

Terima kasih, Nodoka.

Maaf lagi-lagi merepotkanmu, Kak Ryouko.

Bisa tinggalkan kami berdua sebentar?

Mau sampai kapan kamu berdiri di situ?

Kamu datang dari masa depan
bukan cuma untuk berdiri, 'kan?

Kak Mai.

Kak Mai betulan masih di sini.

Kakak masih hidup.

Syukurlah.

Berarti aku berhasil melindungimu, ya.

Akhirnya aku bisa melindungimu
dengan kekuatanku sendiri.

Kak Mai, sejak awal kamu
sudah berniat menyelamatkanku?

Aku kan pernah bilang.

Cintaku padamu itu lebih besar
daripada yang kamu bayangkan.

Kak Mai.

Sini biar kulihat wajahmu baik-baik.

Seperti enggak ada bedanya, deh.

Memang masa depan, tapi cuma
empat hari dari sekarang, lo.

Lo, tadi aku dapat pesan dari Sakuta,

katanya ada Sakuta yang datang dari
masa depan, jadi aku penasaran, deh.

Lama-lama aku pasti berubah, kok,

jadi tolong sabar dulu, ya.

Aku harus segera pergi.

Soalnya aku ada janji kencan sama Sakuta.

Tunggu dulu, Kak Mai!

Lepaskan!

Semua akan baik-baik saja.

Apanya yang baik-baik saja!

Kalau aku enggak terlibat kecelakaan itu,

sudah jelas kalau kamu akan
mengorbankan dirimu sendiri!

Satu-satunya cara hanya dengan
mengorbankan diriku sendiri.

Mana bisa aku mengambil masa depan Dik Shouko!

Mana bisa aku hidup sambil
menginjak masa depan orang lain!

Kalau aku enggak pergi, Sakuta yang akan mati!

Kumohon banget, tetaplah di sini!

Kumohon.

Aku sudah enggak mau
kehilangan kamu lagi.

Semua akan baik-baik saja.

Aku pasti akan cari jalan keluarnya.

Apa kamu yakin?

Ini keputusanku,
jadi tolong tunggu aku.

Kamu benar-benar yakin?

Karena ini aku,

jadi pasti aku akan pulang sambil babak belur.

Saat itu, tolong peluk aku seperti sekarang ini.

Setelah itu, aku akan
terus membuatmu bahagia.

Baiklah.

Terima kasih, Kak Mai.

Tapi ada satu hal yang kamu salah.

Bukan berarti aku menuntutmu
untuk membuatku bahagia.

Kita harus bahagia bersama.

Aku dan kamu, bersama.

Betulan, aku memang
enggak bisa menang darimu.

Aku akan menunggumu, Sakuta.

Maaf membuatmu menunggu.

Menunggu? Waktu janjian kita kan masih agak nanti.

Omong-omong, baju yang
kamu pilih unik banget, ya.

Seharian aku memakainya,
jadi sudah malas mau lepas.

Maaf, sepertinya aku gagal, ya.

Kamu enggak gagal, kok.

Berkat kamu, aku bisa ada di sini.

Aku yang dari masa depan.

Sakuta, ayo pegangan tangan.

Aku jadi agak malu, nih.

Kak Shouko.

Aku akan membawa pergi semuanya.

Masa yang kuhabiskan bersamamu,

kenangan bersamamu,

semua akan kubawa.

Sakuta, menurutmu kenapa manusia itu
sering melupakan banyak kenangannya?

Aku enggak akan lupa, kok.

Alasannya karena membawa kenangan yang
menyakitkan untuk selamanya itu terlalu berat.

Makanya orang memilih melupakan.

Berarti, aku enggak punya alasan untuk melupakanmu, dong.

Bagiku, kamu itu ibarat kenangan cinta pertama.

Jadi mustahil aku bisa lupa.

Kamu ini benar-benar beda, ya.

Sudah waktunya aku pergi.

Iya.

Selamat tinggal, Kak Shouko.

Selamat tinggal, Sakuta.

Aku enggak bisa bertemu
dengan diriku dari masa ini.

Kalau memanfaatkan celahnya,

berarti selama enggak ketahuan,
kami bisa berada di tempat yang sama.

Sakuta!

Aku ....

Begitu rupanya.

Apa kamu baik-baik saja?

Hei ....

Aku baik-baik saja.

Aku telah merenggutnya.

Merenggut masa depan Dik Makinohara.

Tapi aku enggak punya pilihan lain lagi.

Aku pulang.

Selamat datang.

25 Desember

Matahari sudah terik, ayo bangun.

Aku sudah bangun.

Sarapannya dimakan sebelum dingin, ya.

Aku mau berangkat sekolah dulu.

Kita masih libur musim dingin, lo.

Tempo hari aku belum sempat masuk,

jadi hari ini aku mau ambil rapor.

Kalau begitu, aku juga, deh.

Futaba.

Azusagawa.

He-Hei, kamu baik-baik saja?

Malah aku!

Futaba?

Jangan malah tanya aku!

Maaf sudah membuatmu cemas.

Jangan malah tanya aku begitu.

Kukira kita enggak akan bisa bertemu lagi.

Syukurlah. Syukurlah
kamu masih hidup.

Semalam, apa yang terjadi?

Saking banyaknya, aku jadi bingung
harus mulai cerita dari mana.

intinya, aku sudah melakukan sebisaku.

Senior, kamu senior yang mana?

Bukan yang mana-mana.
Kami sudah bergabung.

Aku sama sekali enggak mengerti.

Maaf sudah membuatmu cemas.

Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu.

Ini, oleh-oleh dari Nenek.

Beliau juga titip salam buat pacarnya Mas.

Ah, aku tahu itu! Enak banget, lo, Mbak!

Toyohama, hari ini kamu lebih "nempel" dari biasanya sama Kak Mai, ya?

Penyakitmu makin parah, nih?

Tadi pagi katanya dia mimpi buruk.

Dalam mimpinya, katanya aku kecelakaan.

Begitu ternyata.

Apa boleh buat, deh.

Cuma untuk hari ini saja,
Kak Mai-ku boleh buatmu.

Sejak awal aku enggak
butuh izin darimu, Sakuta!

Nodoka, kamu boleh injak kakinya Sakuta, lo.

Semoga Dik Shouko baik-baik saja.

Ada apa?

Ini.

Futaba, saat ini Dik Makinohara masih
mengalami Sindrom Pubertas, bukan?

Alasan lembaran itu ada tulisannya lalu terhapus ...

... karena Dik Makinohara yang masih SD, bukan?

Tiga tahun lalu, Dik Makinohara
khawatir dengan masa depannya,

lantas dia pun mengalami Sindrom
Pubertas. Benar begitu, 'kan?

Aku mengerti maksud pembicaraanmu ke mana.

Dia bilang, saat ini kita bukan berada
di "masa sekarang", tapi "masa depan".

Berarti, kalau aku bisa menyelamatkan
Dik Makinohara yang masih kelas empat SD,

bukankah berarti Dik Makinohara yang saat ini kelas satu SMP akan selamat?

Tapi ini enggak ada bedanya dengan
menghindar dari kecelakaan itu.

Penyakitnya enggak bisa disembuhkan
hanya dengan kembali ke masa lalu.

Toyohama tadi bilang, lo.

Dia mimpi kalau Kak Mai kecelakaan.

Bukannya berarti ada kemungkinan
kalau ingatanku bisa tetap ada?

Kalau soal mimpi, aku juga mimpi.

Mimpi mengajakmu tinggal di rumahku
supaya kamu enggak dikerubungi media.

Nah ....

Tapi, meski kamu yang tiga tahun lalu,

dan kamu yang sekarang ingatannya menyatu,

tetap saja hasilnya sama.

Enggak akan bisa diubah.

Selain itu ....

Selain itu?

Kalau masa lalu benar-benar berubah,

dan Dik Shouko bisa sembuh,

apa kamu bisa menerima itu, Azusagawa?

Kalau Dik Shouko enggak mengalami
Sindrom Pubertas saat kelas empat SD,

meski kamu pergi ke Pantai Sichirigahama,

kamu enggak akan bertemu dengan Kak Shouko, lo.

Kalau kamu enggak bertemu Kak Shouko,

kamu enggak akan masuk SMA Minegahara,

dan kamu enggak akan bertemu denganku atau Kunimi.

Kamu juga enggak akan
bertemu Kak Sakurajima.

Apa kamu bisa menerima
itu semua, Azusagawa?

Mana mungkin.

Tapi ....

Demi keberhasilan yang belum pasti,

apa kamu rela mengorbankan semua kenangan berhargamu?

31 Desember

Iya, ini Kediaman Azusagawa.

Saya Makinohara.

Ibunya Dik Makinohara?

Eng, apa kamu ada waktu untuk bertemu Shouko?

Apa terjadi sesuatu?

Menurut Dokter, Shouko sudah
tidak punya banyak waktu lagi.

Begini, Kak Mai.

Sepertinya aku memang ingin
menyelamatkan Dik Makinohara.

Iya, aku tahu.

Kalau kamu inginnya begitu,
aku bisa terima, kok.

Kamu ubah masa lalu
pun aku bisa terima.

Meski semua yang sudah kita jalani
selama ini hilang, aku bisa terima.

Kak Mai.

Di hari itu, aku pernah janji, 'kan?

Kalau aku ingin kita bahagia bersama.

Untuk memenuhi janji itu,

aku hanya perlu menunggu sebentar, kok.

Iya, sebentar.

Aku cuma akan lupa, dan harus mengulang semuanya lagi.

Iya.

Cuma itu.

Nanti aku akan bertemu denganmu lagi.

Iya.

Jatuh cinta denganmu lagi.

Iya.

Dan mengungkapkan perasaanku padamu lagi.

Aku pasti akan menemukanmu lagi.

Setelah itu, kita harus bahagia bersama, lo.

Aku janji.

Shouko, Nak Azusagawa datang, nih.

Dik Makinohara.

Kamu masih memegang janjimu.

Kamu betulan menjengukku tiap hari.

Ibuku yang cerita.

Kadang kalau harus kerja,
aku enggak bisa jenguk juga, sih.

Terima kasih banyak.

Begini, aku ingin membicarakan soal Jadwal Masa
Depan yang kamu tunjukkan padaku tempo hari.

Kak Sakuta, aku selalu bermimpi.

Ini mimpi yang aneh, lo.

Setelah lulus SMP, aku masuk SMA Sichirigahama,

bertemu denganmu, dan tertawa bersamamu.

Dalam mimpi itu, saat sudah kuliah,

aku sempat tinggal di rumahmu,

memasak untukmu,

juga bersih-bersih.

Eh?

Dalam mimpi, aku juga ke pantai dan ke kapel.

Saat aku memakai gaun pengantin,
kamu tertegun, lalu memujiku.

Meski mimpi, bisa menghabiskan
waktu bersamamu saja sudah ...

... benar-benar menyenangkan.

Itu bukan mimpi, Dik Makinohara.

Sungguh menyenangkan.

Enggak, semua itu terjadi sungguhan.

Aku tahu, kok, "Sakuta".

Aku tahu semuanya.

Tahu kalau itu dari masa depan, dan se-
karang ini juga masa depan setelahnya.

Aku sudah tahu.

Iya, benar begitu.

Makanya, aku akan kembali ke masa lalu,

dan mungkin aku bisa cari
cara untuk menyelamatkanmu.

Meski bisa ke masa lalu, rasanya akan
sangat sulit untuk menyembuhkan penyakitku.

Tapi,

saat ini kamu yang begitu tersakiti,

itu karena aku gagal menyelamatkanmu.

Kamu ini bilang apa?

Aku tahu semuanya, kok.

Akulah yang selalu membuatmu tersakiti.

Enggak, itu bukan karena kamu.

Andai aku enggak mengalami Sindrom Pubertas,

aku juga enggak akan bertemu denganmu.

Sedetk pun, aku enggak pernah
menyesal pernah bertemu denganmu!

Kamu sudah berjuang sangat keras.

Makanya, semua sudah baik-baik saja, kok.

Aku pasti akan memperbaiki semuanya.

Supaya aku bisa menciptakan
masa depan tanpa pertemuan kita.

Supaya aku bisa menciptakan masa
depan tanpa kamu yang tersakiti.

Enggak, kamu salah.

Bukan itu yang ingin kukatakan.

Kamu harus sembuh demi dirimu sendiri.

Tolong serahkan saja semuanya padaku.

Aku pasti akan membuatmu bahagia, jadi ....

Dik Makinohara? Dik Makinohara?

Dik Shouko bagaimana?

Sekarang sedang tidur.

Begitu.

Sakuta, ini.

Apaan coba ini ....

Kenapa?

Tadi aku dengar dari ibunya Dik Shouko,

katanya tiba-tiba kemarin dia
ingin melihat PR-nya ini.

Aku harus bagaimana?

Bagaimana caraku
menyelamatkan Dik Makinohara?

Dik Makinohara ternyata
sudah tahu semuanya.

Soal Kak Shouko, aku, ataupun
masa depan yang enggak bisa diubah.

Maaf, Sakuta.

Aku hanya bisa memikirkan cara ini.

Dik Shouko sudah berjuang sangat keras, lo.

Makanya, kamu harus memberi PR-nya nilai.

Pujilah Dik Shouko yang sudah berjuang keras itu.

Aku ....

Aku sudah enggak kuat.

Bu Guru, sudah selesai!

Aku juga!

Sama!

Aku juga sudah selesai!

6 Januari

Mas, sudah pagi, lo.

Kita kan masih libur musim dingin.

Bukannya hari ini Mas bilang ada sif kerja?

Kamu mau latihan ke sekolah?

Tadi sudah, kok.

Meski gugup banget, tapi aku
berhasil sampai depan gerbang sekolah.

Pagi.

Pagi juga.

Kamu mau pulang, Toyohama?

Aku menetap di sini.

Hari ini aku ada konser kecil
di Tempat Perbelanjaan Saitama.

Sakuta, jarang-jarang kamu ambil sif pagi.

Kamu sendiri, apa enggak ada kegiatan ekskul?

Hari ini jadwalnya siang.

Koga, kamu orang yang suka telat, ya?

Sifku memang jam segini.

Hah, kenapa?

Yah, bagaimana bilangnya, ya.

Bajumu seperti enggak muat.

Kamu kebanyakan makan
moci saat tahun baru, ya?

Se-Senior, kamu selalu bikin kesal!

Enggak tahu diri!

Selamat datang.

Aku mau pesan carbonara ini.

Ah, maaf, yang ini saja.

Meski enggak diet pun, sepertinya bajumu masih akan tetap muat—

Ah, begitu.

Akan kulaporkan pada Kak Sakurajima kalau matamu jelalatan.

Setelah ini, kami mau berkunjung ke kuil,
jadi tolong jangan bikin suasananya suram.

Jadi kamu minta aku biarkan begitu saja?

Iya.

Azusagawa, kamu memang remaja bandel, ya.

Aduh.

Kenapa?

Kak Mai, bisa pinjam uang receh?

Tadi di Stasiun Fujisawa aku donasi,
jadinya enggak punya receh.

kalau begitu pakai uang kertas saja.

Sudah minta yang sepadan dengan seribu yenmu?

Aku minta supaya tahun ini enggak
mengalami terlau banyak kejadian aneh.

Kejadian aneh, ya?

Tapi bukannya berkat itu kita bisa bertemu?

Tapi sekarang kan aku sudah mene-
mukan gadis kelinci liarku sendiri.

Sakuta, kamu suka banget sama laut, ya?

Yang paling kusuka itu kamu, sih.

Andai saja gadis SMA seperti begitu betulan ada, ya.

Kita sudah sering banget kencan di sini, 'kan?

Semua cuma dalam mimpi, sih.

Tapi, kamu sendiri juga suka tempat ini, 'kan?

Kalau aku, suka tempat ini karena punya
banyak kenangan saat syuting film itu.

"Gadis yang Menanti Donor Jantung".

Saat OVA-nya diumumkan,
aku langsung ingin memerankannya.

Aku sampai menangis tersedu-sedu, lo.

Semua yang ada di bioskop menangis.

Aku sendiri kurang tahu kenapa
ingin banget memerankannya.

Masih jadi misteri.

Sama seperti alasanmu berdonasi.

Jangan lari, nanti jatuh, lo!

Awas kepeleset!

Tenang saja!

Ayah sama Ibu ayo!

Sini! sini!

Sakuta?

Dia ....

Cepat!

Kamu mengenalnya?

Enggak.

Dik Makinohara!

Iya, Kak Sakuta!