All language subtitles for Blue-Spring-From-a-Distance.E19-E20

Subtitle by iQIYI
Ripped & Resynced == ANANG KASWANDI ==

Follow My IG
@Anang2196_sub_indo

Kenapa kau diam saja selama ini?

Karena

aku kakakmu.

Setidaknya kau tidak boleh
membuatku membencimu.

Setidaknya kau harus menjadi seseorang
yang bisa kuandalkan.

Maafkan aku.

Satu-satunya cara melindungimu darinya

adalah menjalani hidup yang dia inginkan.

Itu sebabnya aku tak sempat
memeriksa kondisimu

atau mengakui kesulitanmu.

Kenapa kau hidup seperti itu?

Untuk apa semua itu?

Kita semua diberi peran dalam hidup.

Aku mengabdikan diriku

pada kehidupan yang kupilih
dan akan terus melakukannya.

Ini panggilan hidupku

yang tidak ada hubungannya denganmu.

Silakan kau jalani hidupmu sendiri.

Dengan bebas.

Kebebasan yang merupakan buah
dari pengorbananmu.

Aku tidak keberatan.

Aku akan mengantarmu pulang.

Ayo.

Terima kasih

kau akhirnya berkata jujur.

[Vila Remaja]

[Ayah]

[Vila Remaja]

[Selamat malam.]

[Sekali lagi, aku merasa penuh harap.]

[Itu bisa menyebabkan sakit hati lainnya,]

[tapi hanya itu yang bisa kulakukan.]

Profesor,

kenapa kita jatuh cinta?

Aku lebih suka menghindari rasa sakit.

Menghabiskan emosimu pada cinta?

Kau akan bilang itu tidak berguna, bukan?

Tidak.

Lebih baik melakukan itu
di usia kalian sekarang.

Bahkan di usia ini,
sakit hati tetap terasa pedih.

Aku tahu itu.

Tapi saat kau lebih tua?

Hanya akan lebih buruk.

Kau tak bisa asal mengikuti hatimu

dan banyak yang harus dipertimbangkan.

Pasti melibatkan orang lain,
jadi, akan lebih buruk.

Tidak ada batasan usia untuk berkencan.

Bahkan nenekku punya pacar.

Dia wanita yang mengagumkan.

Semoga Jun tidak terlibat masalah.

Dia akan baik-baik saja.

Begini, Profesor...

Silakan, Soo-hyun.

Gukbap hari itu lezat.

Aku juga menghargai nasihatmu.

Itu sangat membantu.

Keadaanmu lebih baik sekarang?

Aku ingin bertanya,
tapi tidak ingin menekanmu.

Aku menerima bantuan

dari seorang teman.

Bagus.

Jadi, di mana Jun?

Ada urusan mendesak, jadi, dia pergi.

Dia pergi?

Tapi aku berniat mengundang Profesor Yeo.

Profesor Yeo Jun-wan?

Mencoba saling mengenal
pasti menyenangkan.

Kupikir dia akan datang
jika adiknya ada di sini.

Kenapa kau kembali?

Aku harus tidur di rumah, bukan?

Apa semua orang juga pulang?

Ya.

Kurasa aku mengacaukan acara itu.

Kita sudah cukup bersenang-senang.

Itu makin membuatku merasa bersalah.

Apa perbincangannya lancar?

Kau bertanya lebih dahulu?

Aku terharu.

Di sana.

Aku ingin melihatnya.

Tentu, ayo.

Saat kecil,
kuberi tahu semua orang aku anak tunggal.

Kenapa?

Karena aku membenci kakakku.

Tapi itu tidak ada gunanya.

Terlepas dari perbedaan usia yang jauh,

orang-orang masih mengenalku
sebagai adik Yeo Jun-wan.

Aku selalu dibandingkan
dengan murid teladan.

Aku melihat seorang kakak
yang dilihat orang lain,

tapi itu bukan dirinya yang asli.

Lalu suatu hari, dia mengatakan ini.

Bahwa aku tidak punya keluarga.

Tidak punya kakak dan orang tua.

Entah kenapa dia bilang begitu

atau apa yang dipikirkannya

selama dia hidup.

Aku tidak mengerti.

Awalnya,

aku juga tidak memahamimu.

Aku pun begitu.

Kenapa menghabiskan uang
begitu mudah bagimu?

Kenapa kau tersenyum palsu
kepada orang-orang?

Serta kenapa kau terus menggangguku?

Sementara itu, kau ketus,

selalu saja mengeluh tentang dunia,

dan terganggu olehku
padahal orang lain menyukaiku.

Aku memang terganggu olehmu.

Beberapa hal tentangmu
masih membuatku kesal.

Aku juga.

Mungkin akan datang hari

saat kau dan kakakmu
akan mengenang masa lalu kalian

seperti yang kita lakukan sekarang.

Akankah hari itu

datang semudah itu?

Ya.

Aku yakin begitu.

Jadi, hal apa dari diriku
yang membuatmu kesal?

Kau punya waktu semalaman?

Apa saja?

Kalau begitu, sebutkan tiga saja.

Kau juga membuatku kesal dalam banyak hal.

[Jun, bagaimana pembicaraanmu
dengan kakakmu?]

[Apa yang terjadi?]

Lipat jari jika kau suka salah satu wanita
yang ada di sini sekarang.

[Itu mungkin Mi-ju.]

[Mungkin Young-ran.]

[Vila Remaja]

Soo-hyun,

tunggu aku. Ayo pergi bersama.

Tapi beri aku lima menit.

Kau akan keluar berpenampilan begitu?

Kenapa?

Aku lihat kau kurang tidur semalam.

Sebenarnya, ya.

Kemarilah.

- Tapi aku terlambat.
- Ayo!

Sial, kau kuat sekali.

Ikut aku ke sini.

Mengerutkan kening seperti itu
hanya akan membuat keriput.

- Pakai saja sendiri.
- Aku sudah memakainya.

Percayalah kepadaku, ya?

Mau kubantu?

Biar aku saja.

- Bagaimana cara menggunakannya?
- Di bawah mata.

Bagus. Di atas bibir.

Lalu lehermu.

- Puas?
- Akhirnya, kau bersinar.

Aku pergi.

Selagi kau tinggal di sini,
aku akan menyetrika

wajah cemberut dan kepribadianmu.

Jangan berani menggunakan ini
tanpa seizinku!

Aku pasti membuatmu khawatir.

Tidak.

Kau kurang tidur?

Aku tidur sangat nyenyak.

Kenapa kau bersikap dingin?

Kau bahkan tidak mau menatapku.

Kau menyilaukan, itu alasannya.

Astaga, gombalan yang bagus.

Kau baik-baik saja?

Kalau begitu, sudah cukup.

Aku mendadak merasa seperti anak anjing.

Kau tak perlu bilang jika...

Aku menanyakan hal
yang sudah lama ingin kutanyakan

- dan kakakku memberiku jawaban.
- Bagus.

Kesalahpahamannya juga sudah diluruskan.

Itu bahkan lebih baik.

Benarkah? Aku masih tidak yakin.

Benar.

Saat kau menyebutkan Profesor Yeo,

tatapan matamu lebih lembut.

Sebelumnya sedingin es.

Aku yakin kalian tahu peran pemimpin
dalam sebuah organisasi.

Apa kualitas terpenting

yang harus dimiliki seseorang
untuk menjadi pemimpin yang baik?

Siapa yang ingin menjawab?

Di mana keberanian kalian?

Menjawab pertanyaan seperti ini
dengan yakin

akan membantu dalam wawancara kerja.

Sulit dipercaya.

Kau, pena merah.

- Apa?
- Bagaimana menurutmu?

Pemimpin yang baik

mengerti rekan setimnya dan...

Itu kualitas paling dasar.

Pemimpin sejati adalah orang
yang memberi hasil bagus.

Lalu apa persamaannya
dengan pemimpin sukses?

Manajemen diri yang baik.

Mereka yang sukses banyak berinvestasi
pada diri sendiri.

Kau, si pena merah.

Ya?

Apa yang kau lakukan untuk manajemen diri?

Manajemen diri?

Dalam kasusku,

terkadang aku bermain basket
dengan teman-temanku.

Basket. Jadi, untuk tetap sehat.

- Ya.
- Apa lagi?

- Hanya itu yang kau lakukan?
- Ya.

Aku bangun pukul 4.00 pagi,
melakukan Pilates,

membaca, bermeditasi,

dan merencanakan hariku
dalam hitungan menit.

Aku melakukannya
bahkan saat menjadi profesor,

jadi, aku yakin kalian juga melakukan itu.

Rekan-rekan, sulit menaklukkan dunia
jika kita hidup dengan lalai

tanpa manajemen diri.

Aku yakin ini sesuatu
yang bisa kalian jawab.

Siapa yang kalian jadikan panutan
dalam hal memimpin?

Jun, aku tak tahu kau di kelasku.

Reputasi Anda sudah jelas,

jadi, aku menyelinap masuk
meski aku mahasiswa baru.

Tidak apa-apa?

Itu patut dipuji.

Beri tahu aku. Siapa panutanmu?

Dalam kasusku,

Soo-hyun.

Nam Soo-hyun?

Kenapa dia membuatmu berpikir seperti itu?

Dia tidak mengandalkan orang lain

atau peduli soal menjadi populer.

Dia tidak memedulikan

pendapat orang lain tentangnya.

Bagaimana itu bisa membuatnya
menjadi pemimpin yang baik?

Dia sama di dalam dan di luar

dan selalu berusaha menepati janjinya,

serta dia bertanggung jawab.

Kualitasnya membuat orang lain

ingin bergantung kepadanya.

Kukira kau hanya bisa dapat nilai bagus.

Soo-hyun.

Aku melihatmu dengan cara baru.

Kalian berdua.
Apa yang kalian inginkan dariku?

- Aku hanya menyukaimu.
- Aku juga.

Bisa jangan libatkan aku
dalam hubungan kalian?

Hei, Ibu. Ibu ingat aku pernah membahas

soal ingin pindah kampus?

Haruskah kucoba selagi bisa?

Aku sudah lama membahasnya.

Kupikir sudah terlambat,

tapi setidaknya aku harus berusaha
agar tidak menyesal.

- Lakukanlah.
- Tidak mau. Aku tak bisa!

Tidak mungkin aku melakukannya.

Jun.

Hubungan kita baik, bukan?

Oh Chun-guk, dasar berengsek!
Ada apa dengannya?

Dia sudah keterlaluan!

Aku menentangnya menelepon pacarmu.

Jangan berpikir kami sama buruknya.

Kau memutuskan hubungan dengannya?

- Kalian dekat.
- Aku tidak dekat dengannya.

Lagi pula,
kamilah yang memberi tahu Young-ran.

- Selain itu, dia...
- Dia lebih muda darimu, ingat?

Dia mentraktir kami makgeolli.

Selain itu, harus ada imbalan
karena memberi tahu pihak berwenang.

Minumannya pasti enak.

Kita hampir seri dengan Chun-guk.

- Pengkhianat.
- Memangnya kau bukan?

Bukankah kita terlalu kentara?

Itulah yang kuinginkan.

Agar semua orang tahu kita pasangan.

Baiklah.
Sebelum kita mulai kelas hari ini,

aku ingin bertanya kepada kalian.

Menurut kalian, tugas apa
yang paling sulit dikerjakan?

Aku berniat

mempertimbangkan jawaban kalian
untuk tugas semester depan.

- Tugas kelompok!
- Tugas kelompok!

Kenapa kalian benci tugas kelompok?

Bukankah lebih baik bekerja
dalam kelompok?

Aku membencinya.

Setelah tugas kelompok,
aku mendapati diriku lebih membenci orang.

Kini aku percaya kita terlahir jahat.

Benar. Sayang sekali.

Kalau begitu,
biar kuberikan tugas sederhana lainnya.

Tulis bagaimana perasaan kalian
setelah tugas kelompok terakhir.

Isi seluruh halaman A4
dengan ukuran huruf 10.

Kalian tidak bisa hidup
di dunia ini sendirian.

Kalian pasti belajar sesuatu
dengan bekerja dalam kelompok

dan bekerja sama.

Mari kita mulai kelas hari ini.

Mi-ju?

Soo-hyun,

bisa luangkan waktu untukku?

Itu...

Tentu.

- Jadi...
- Ya?

Apa Young-ran yang kau sukai?

Kalau begitu, aku akan merelakanmu.

Kurasa lucu mengatakan itu

karena aku sudah ditolak olehmu,

tapi kupikir kau akan lebih tenang

jika aku menegaskannya.

- Benar.
- Omong-omong,

kau tidak penasaran kenapa aku tertarik

kepadamu?

Ya.

Aku tidak bisa bertanya
karena tidak berhak.

Aku kali pertama melihatmu di toserba

[persis saat]

aku mengalami hari buruk.

[Aku menjatuhkan kaleng bir
dan isinya tumpah.]

[Aku harus mengambilnya kembali,]

membersihkan, dan membayarnya,

tapi aku sangat linglung
hingga terdiam di tempat

seperti orang bodoh.

Tapi kemudian kau mendatangiku
dan mulai membersihkan

seolah-olah itu sudah biasa bagimu.

Kau akan minum itu?

[Kapan pun,
jika ada orang sepertimu di sisiku,]

aku tahu aku pasti bisa

melewati apa pun.

Santai, tapi penuh kasih sayang.
Kau tampak seperti pohon kokoh

yang akan memegang tanganku
dan menuntunku.

Kau juga pohon yang tampan.

Tapi aku tidak menyesalinya.

Untuk kali pertama dalam hidupku,
aku berusaha sebaik mungkin.

Bahkan jika kembali ke masa lalu,

aku tetap akan jatuh cinta kepadamu,

menyukaimu,

dan memberitahumu perasaanku.

Maafkan aku

karena tidak bisa

memberimu apa pun.

Tolong terima ini.

Aku tidak bisa menyimpan atau membuangnya.

Ini gambarmu yang kubuat.
Aku hebat, bukan?

Terima kasih sudah hadir dalam hidupku

dan memberiku kesempatan

untuk menyukaimu.

Kubilang aku akan mengantarmu.

Entah kenapa,
aku ingin mengantarmu pulang hari ini.

Tapi aku baik-baik saja.

Aku sudah lama salah paham
tentang kakakku.

Kupikir dia memukuliku.

Bahwa dia membenciku.

Aku selalu mendambakan cinta.

Dari orang tua dan kakakku.

Aku meyakinkan diriku untuk menyerah.

Untuk menderita dan melanjutkan hidup.

Tapi harapan menghampiriku.

Jadi, itu alasannya.

Apa maksudmu?

Ucapanmu tempo hari

tentang aku dan Chan-ki.

Kukira kau juga menaksir seseorang.

Kurasa tidak ada pilihan lain.

Karena tak mudah menemukan seseorang

yang akan mengeluarkan kita dari neraka

di mana kita mendambakan cinta.

Itu memang cinta sepihak.

Kau pasti merasa kasihan kepadaku

karena situasi kita mirip.

Itu juga,

tapi aku paling tidak suka
kau terluka karena dia.

Aku penasaran kenapa
padahal aku hanya seniormu saat itu.

Entahlah. Kenapa aku sangat membencinya

padahal kita bahkan bukan teman?

Astaga, sudah berapa lama kau menyukaiku?

Tunggu sebentar.

Siapa dia?

- Ada urusan apa?
- Aku tidak boleh kemari?

Ikuti aku.

Aku harus masuk.

Apa dia ibumu?

Kau tidak masuk?

Ini bukan milikmu.

Dari mana kau mendapatkan kain-kain ini?

Biarkan saja.

Jangan bilang gadis itu pacarmu.

Sudah kubilang, jangan asal berteman.

- Jangan temui sembarang orang.
- Kenapa Anda di sini?

Haruskah aku punya alasan
untuk berada di sini?

Bukan kau yang membayar tempat ini!

Anda hanya mendatangiku
saat situasi Anda buruk.

- Apa?
- Untuk meneriaki

dan mengumpatiku.

Kulihat kau menjadi lebih cerewet.

Benar. Aku sudah berubah, Ibu.

Jadi, jangan datang
tanpa kabar seperti ini.

Kau pikir aku kemari untuk menemuimu?

Jun-wan tak bisa dihubungi.

Tumben sekali dia begini.

Dia selalu menjawab saat kutelepon.

Mau kubantu menghubunginya?

Dia menjawab teleponmu? Kau menemuinya?

Apa yang kau katakan
sampai dia mengabaikan teleponku?

Ibu, sadarlah.

Biarkan saja dia!

Ibu?

Ibu, apa ini?

Bukan apa-apa.

Langsung hubungi aku
setelah ada kabar dari Jun-wan.

Ayah juga memukuli Ibu?

Apa Ibu juga disiksa?

Apa? Apa maksudmu?

Ibu?

Orang lain bisa mendengarmu.
Pelankan suaramu.

Orang lain siapa?

Bagaimana Ibu bisa menyembunyikan ini?

Padahal kita pernah tinggal serumah?

Minggir.

[Yeo Jun-wan]

[Yeo Jun-wan]

Hei, Jun.

Ibu tadi datang.

[Ibu? Kenapa?]

Kakak akan meninggalkannya di sana?

Kakak sudah tahu, bukan?

Sudah bertahun-tahun kakak menyuruhnya

untuk meninggalkan Ayah.

[Ini kehidupan yang dia pilih.]

Jika Ibu tidak terlalu menderita,

apa aku akan lebih bahagia?

[- Kak Jun-wan.]
- Ya, Jun?

Tapi kurasa

aku belum bisa memaafkan Ibu.

Kau mau tidur?

Kenapa?

- Aku ingin konsultasi dahulu.
- Kau mau bayar berapa?

Ini tidak akan menyebabkan
gangguan pencernaan.

Berapa harganya?

Lebih mahal dari 10.000 won.

Tapi kurang dari satu juta won, 'kan?

Tidak?

Benar. 999.000 won.

Kau mengejekku?

Kau mau saran tentang apa?

Tentang ayah.

Aku ingin dengar ceritamu.

Tapi kau yang ingin bicara.

Ayahku pahlawan.

Pahlawan yang gagal
melindungi keluarganya sendiri.

Mungkinkah pahlawan bagi banyak orang

gagal menjadi pahlawan
bagi keluarganya sendiri?

Dia pria berbudi
yang dihormati banyak orang,

tapi itu hanya membuatku menjadi miskin.

Tidak.

- Apa maksudmu?
- Tidak mudah menjadi sekuat dirimu.

Aku yakin kau mendapatkannya dari ayahmu.

Begitukah?

Aku tidak keberatan
jika harus menanggungnya sendiri,

tapi adikku juga

tidak bebas melakukan semuanya.

Itu yang paling menyakitkan.

[Kajian Kasus Hukum Pidana]

Ibu sudah tahu.

Terserah Kakak mau bilang apa,
tapi aku sudah memutuskan.

Aku pindah ke gosiwon bulan depan.

- Ayo.
- Aku berhenti dari akademi polisi.

Aku datang untuk mengatakan itu.

Mana bisa aku hanya duduk dan belajar

padahal tahu Kakak hidup seperti ini?

Bagaimana dengan ayahmu?

Ayahku

menyiksa keluarganya secara fisik.

Anggota keluargaku mati-matian
berusaha menutupi fakta itu,

tapi aku memberi tahu orang lain.

Itu pasti sulit bagimu.

Bukan aku.

Tapi kakakku.

Dia pasti lebih menderita.

Tapi aku benar-benar tidak tahu

dan hanya mengeluh tentang rasa sakitku.

Soo-hyun.

Ya?

Aku harus bagaimana?

Putra ketiga Grup Kisung
membuat keributan.

Lihat? Mereka gagal mengawasi putra mereka

dan kini citra perusahaan mereka buruk.

Bagaimana bisa seseorang
mengelola perusahaan

jika mengurus putranya saja tidak bisa?

Pak.

- Aku ragu memberi tahu Anda.
- Apa?

Video putra kedua Anda diunggah
di situs web universitas

dan tampaknya sudah menyebar.

Apa? Video apa?

Kenapa baru bilang sekarang?
Tunjukkan kepadaku sekarang!

Baik, Pak.

Ini saja?

Itu mustahil.

[Awasi terus Jun.]

[Laporkan kembali kepadaku
jika terjadi sesuatu.]

Kita mau ke mana?

Hei.

- Hei.
- Aku salah mengatakannya.

Aku tidak akan pernah bosan.

- Benar, bukan?
- Mari kita buat.

Tidak! Tidak boleh!

Mimpi yang menyeramkan.

Itu tempatku.

Profesor Song.

Kau bermimpi buruk?

Terima kasih.

Profesor.

Boleh aku bertanya?

Kepadaku?

Aku bukan Profesor Park.

Sepertinya pria yang sudah lama kusukai

menyukai temanku.

Jadi, sedang apa kau di sini?

Bukan waktunya tidur siang.

Beri tahu dia perasaanmu.

Aku tidak yakin akan berhasil.

Mereka menjalani hidup mereka

dan kau harus menjalani hidupmu.

Kau ingin tetap menjadi orang
yang menyembunyikan perasaan

atau menjadi seseorang
yang mengakui perasaannya dengan berani?

Kau harus mengurus hidupmu sendiri.

Kau pernah mengaku kepada seseorang?

Tidak.

- Jika kau bisa kembali ke masa lalu...
- Aku tidak bisa.

Itu sebabnya aku mengatakan ini.

Hidup itu soal waktu.

[Kau ingin tetap menjadi orang
yang menyembunyikan perasaan]

[atau menjadi seseorang
yang mengakui perasaannya dengan berani?]

[Kau harus mengurus hidupmu sendiri.]

Hei, Nam Soo-hyun!

Wang Young-ran.

Kau sedang balapan?

Aku merindukanmu.

- Apa?
- Aku berlari karena merindukanmu.

- Begitu rupanya...
- Begini...

Apa aku tidak boleh merindukanmu?

Boleh.

Baik, aku akan merindukanmu sepuasku.

Apa terjadi sesuatu?

Tidak. Mau balapan?

Yang kalah beli kopi.

Hei, tunggu! Berapa harga kopi?

Berapa harganya?

Kenapa kita balapan?

[Saat cintamu bertepuk sebelah tangan,]

[kau tak boleh mencintai orang itu
dengan sepenuh hati,]

[apalagi dicintai oleh orang itu.]

[Berapa lama aku harus
melanjutkan balapan ini?]

[Apa ada garis finis?]

Hei! Beri tahu aku berapa...

Apa terjadi sesuatu?

Kau mengawasiku?

Kenapa kau terus muncul
saat aku merasa sedih?

Firasatku tidak pernah salah.

Yeo Jun membuatmu menangis lagi?

Tidak, bukan begitu.

Lalu?

Sepertinya

ibuku meneleponku.

Benarkah?

Kau yakin itu nomornya?

Ya.

Kukira aku sudah melupakannya.

Kau mencoba melupakannya,
tapi otakmu ingat.

Sama seperti aku sulit melupakanmu.

Apa?

Bukan apa-apa.
Kenapa tidak menjawab teleponnya?

Untuk apa?

Dia yang tidak pernah menjawab teleponku.

Kenapa aku harus melakukannya?

Kau kesal, bukan?

Jika marah, artinya kau
masih peduli kepadanya.

Dan dia tampak agak marah.

Aku pergi.

Aku juga marah.

Kubilang aku ingin mengenalmu,

tapi aku tak pernah sempat
menceritakan kisahku.

Saat usiaku delapan tahun,

orang tuaku bercerai

dan ibuku pergi.

Begitu rupanya.

Aku ditelepon hari ini.

Aku langsung

mengenali nomornya.

Aku yakin dia punya alasan.

Tapi aku tidak mau bicara dengannya.

Kurasa aku ingin dia terluka sepertiku.

Aku jahat, bukan?

Aku pasti akan lebih buruk.

Bahkan saat aku bahagia,
aku bilang ke diriku sendiri

itu tidak akan bertahan.

Sebagian dari hatiku
tidak akan pernah terisi.

Meskipun aku menerimanya,

terkadang aku sedih.

Kita tidak bisa memaafkan

atau memahami orang tua kita.

Mari lupakan saja mereka dan berbahagia.

Karena kini aku bahagia memilikimu,

itu membuatku melihat ibuku
secara berbeda.

Bagaimana bisa?

Aku merasa kasihan kepadanya.

Aku memilikimu,

tapi ibuku tidak punya siapa pun.

Dia pasti sedih dan kesepian.

Aku ingin menunjukkan kepadanya

bahwa aku menjalani
hidup sempurna tanpa dia.

Tapi

aku selalu merasa ada yang kurang.

Kau bodoh.

- Bodoh?
- Kau sudah sempurna.

Hanya kau yang tidak tahu.

Ayo ke tempatku.

Apa?

Kenapa kau sangat terkejut?

Aku sama sekali tidak terkejut!

Aku akan membelikanmu daging.

Aku harus berhati-hati dengan orang
yang membelikanku daging.

Kau akan mentraktirku daging sapi?

Ya.

Daging sapi agak berbahaya.

Katamu itu berbahaya.

Tunggu aku!

Selamat datang.

Silakan duduk.

Ya, ayo makan.

Tunggu sebentar.

Aku mengundang tamu istimewa untukmu.

"Tamu istimewa"?

Ya.

Baiklah...

Ini dia!

Mari kita...

Tunggu!

Bukankah ini daging iga unggul?

Berapa harganya?

Tidak apa-apa.
Dia bilang sudah lama membelinya.

Aku membeli ini dan membumbuinya
beberapa hari lalu.

Jangan khawatir.

Ini hanya seharga setengah truffle.

Setengah harga truffle? Kalau begitu...

150.000 won?

Perutku sudah sakit.

Duduklah.

[Universitas Myungil]

Profesor Park.

Nona Seol, kenapa kau

ke ruanganku?

Apa Profesor Song menyulitkanmu?

Sama sekali tidak.

Apa ada yang mengganggumu?

Bagaimana kau tahu aku selalu punya
nasihat terbaik untuk anak muda?

Bisakah kita keluar

dan pergi makan?

Makin banyak mahasiswa
yang ingin makan denganku.

Nona Seol, apa yang kau suka?

Aku yang traktir.

Tidak, biarkan aku mentraktirmu.

Kurasa situasi Ibu sudah lebih baik.

Ya.

Keadaan akan terus membaik.

Lalu jika keadaan menjadi sulit lagi,

Ibu akan berhenti menghubungiku.

Itu tidak benar, So-bin.

Tidak ada yang bisa ibu lakukan untukmu,

jadi, ibu merasa tidak enak.

Sepertinya kondisi Ibu tidak sebaik itu.
Kenapa Ibu meneleponku?

Ibu merindukanmu. Itulah alasannya.

Aku tahu Ibu tidak meninggalkanku.

Aku tahu Ibu tidak punya pilihan
selain pergi.

Aku juga tahu Ayah bersalah

dan Ibulah yang terluka.

Tapi setiap bulan,

aku menunggu satu telepon dari Ibu.
Tak bisakah Ibu lebih perhatian?

Aku takut Ibu akan membenciku

karena aku tidak ikut dengan Ibu.

"Bagaimana jika dia melupakanku?"

Setiap hari,
aku sangat gelisah dan khawatir.

Maafkan ibu, So-bin.

Tadinya ibu mau mendatangimu, tapi...

Tidak, maafkan aku.

Kurasa aku lebih memedulikan diriku
daripada Ibu.

Karena aku kasihan kepada So-bin kecil

yang merindukan Ibu dan menangis
dalam diam setiap malam,

aku tidak sanggup memegang tangan Ibu.

Bagaimana dengan ibumu?

Tidak baik.

Ini tidak mudah.

Aku tidak ingin mempermasalahkannya

agar bisa melupakan
dan berbaikan dengannya.

Tapi saat melihatnya,
aku tidak bisa melakukannya.

Sejujurnya, aku sangat senang melihatnya.

Tapi sebenarnya itu
membuatku lebih menderita.

Aku bisa merasakan semua emosi
yang telah kupendam.

Kau hebat.

Seharusnya aku yang bilang begitu.

Aku meniru kalimatmu.

Saat kau mengatakan itu kepadaku,
semua stresku hilang.

- So-bin.
- Ya?

Tidak perlu terburu-buru.

Luka lama butuh waktu untuk sembuh.

Akan kuberi mereka cinta
dan perhatian yang mereka butuhkan.

jadi, mari tunggu
sampai mereka sembuh sendiri.

[Administrasi Bisnis 2021]

Suasana hatimu tampak baik hari ini.

Ya, Profesor.

Kau butuh sesuatu?

Tidak, aku melihatmu dan Profesor Park
makan siang bersama tadi.

Ada apa?

Kenapa kau bertanya?

Apa?

Aku melihatmu saat Profesor Park
dan aku hendak kembali usai makan siang.

Wajahmu tiba-tiba bersinar.

Apa maksudmu?

Aku makan siang dengannya
karena ingin meminta bantuan.

Kau tidak perlu khawatir.

Aku tidak khawatir.

Menurutku kau harus berhati-hati
karena orang-orang melihat.

Aku tahu kau selalu
memikirkan Profesor Park.

Kau cemburu, bukan?

Apa maksudmu?

Berhenti bicara omong kosong.

Cari saja materi yang kuminta tadi
dan taruh di mejaku.

- Baik.
- Ada apa denganmu?

Nona Seol, sepertinya kau
punya banyak waktu luang.

Di mana materi yang kuminta?

Kau memintaku mencarinya hari ini.

- Lalu kenapa?
- Apa?

Tidak bisakah kau memberikannya
di hari yang sama?

Aku akan butuh setidaknya dua hari.

Aku sungguh tidak bisa
menyelesaikannya hari ini.

Maafkan aku.

Bagaimana dengan materi
yang kuminta waktu itu? Di mana?

Aku sudah mengirimkannya pagi ini.

Benarkah?

Seharusnya kau memberitahuku!

Kenapa membuatku menagihnya kemari?
Kau tahu betapa sibuknya aku!

Astaga.

Aku benci membuang waktu. Aku bisa
menyelesaikan banyak hal dalam lima menit

daripada para pemalas dalam lima hari.

Kau menyadari itu?

Maaf, Profesor.

Astaga.

Kau "minta maaf"?

Kenapa melakukan sesuatu
yang akan kau sesali?

Cari sekarang.

Baiklah.

Dia butuh seseorang untuk melampiaskannya.

Lampiaskan kepadaku sesukamu.

Aku tidak akan lama di sini.

- Ayah Anda mengutusku.
- Ayahku?

Mustahil kau menyisir seluruh kampus
untuk menemukanku.

Kau membuntutiku?

- Ayo.
- Aku masih ada kelas.

Ayo.

Kau kemari untuk menangkap
ahli waris yang kabur atau apa?

Dia mencari Anda.

Anda tahu dia seperti apa.

Aku tidak punya pilihan.

Aku harus pulang.

Apa terjadi sesuatu?

Tidak, kurasa ayahku merindukanku.

Baik, pergilah.

Aku tidak perlu khawatir, bukan?

Profesor,
kau punya rencana menarik hari ini?

Aku mau bertemu seseorang. Itu saja.

Aku penasaran siapa dia.

Kenapa dia tidak menjawab?

- Omong-omong...
- Ya, Profesor.

Kau bisa menghubungi Jun?

Kau akan menemui Jun, ya?

Ya, dahulu dia mengabaikan teleponku,

tapi entah kenapa
dia tidak menjawab sekarang.

- Jun sudah pulang.
- "Pulang"?

Terjadi begitu saja, dia mungkin
tidak sempat meneleponmu.

Kami seharusnya bertemu
di gerbang setelah kelas.

Sepertinya dia akan pulang
untuk menemui ayahnya.

Jun bilang akan pulang
untuk menemui ayahnya?

Tidak, bukan begitu.

Ada yang membawanya?

Ya. Dia bilang ayah Jun yang mengutusnya.

- Ibu di mana?
[- Hai, Jun-wan.]

- Ibu sudah pulang?
[- Kenapa tak menjawab telepon ibu?]

Ayah menyuruh Jun pulang?

[- Jun?]
- Ibu tidak tahu?

[Ibu tidak tahu apa-apa soal itu.
Ibu keluar untuk mengurus sesuatu.]

Segera pulang. Aku juga menuju ke sana.

[Baiklah, Jun-wan.]

Cepat.

Dengar baik-baik.

Jika melukai Jun lagi,

aku akan membunuh kalian semua.

Jun-wan.

Apa maksudmu?

Kau tahu aku bisa nekat
jika sudah bertekad.

Aku akan menuruti semua perkataanmu,
jadi, jangan membuat Jun melalui

semua hal yang kau lakukan kepadaku.

Semua yang kau lakukan terekam di sini.

- Bisa-bisanya kau...
- Mulai saat ini,

aku putramu satu-satunya
dan akan seperti ini sampai kau mati.

Jun...

Mulai hari ini, dia tidak punya keluarga.

Sibuk apa kau belakangan ini?

Ayah, ada apa ini?

Sudah kubilang, jangan cari masalah.

Apa aku membuat masalah?

Kakakmu mengajar di kampusmu,

jadi, aku menyuruhmu berhati-hati.

Aku tak akan mempermalukannya.
Aku bahkan tidak menyapanya.

Salahku karena memercayaimu.

Hei.

Kau mau mempermalukanku?
Jun-wan saja tidak cukup?

Jun-wan menolak tawaran
dari universitas terbaik

dan memilih kampusmu karena dirimu.

Kau seharusnya tidak dilahirkan.

Kau sangat tidak kompeten,
penuh kekurangan...

- Ayah.
- Aku tidak mau mendengarnya.

Kembalilah ke rumah.

Aku tidak mau.

Tidak mau?

Tidak, aku tidak mau.

Aku tidak mau kembali ke sini.

Kulihat kau sudah belajar
membalas perkataan ayahmu.

Apa? Kau tak mau kembali ke sini?

Katakan lagi.

Kau tidak mau?

Kenapa kau hanya berdiri di sana?
Masuklah.

Ayo.

Subtitle by iQIYI
Ripped & Resynced == ANANG KASWANDI ==

Follow My IG
@Anang2196_sub_indo

[At a Distance, Spring is Green]

Memang uang siapa ini?

Kau mencari uang agar punya alasan
untuk memukuli kami?

[Kakak kira semua akan baik-baik saja]

[jika menjauhkanmu dari keluarga
dan mengurus Ayah sendirian.]

[Maafkan kakak,
karena itu malah lebih menyakitimu.]

[Sesekali, aku menyadari]

menempelimu adalah hal terbaik
yang pernah kulakukan.

Ada yang harus kukatakan
di depan semua orang.

[Kita akan menjadi cadangan
untuk satu sama lain?]

[- Kau harus berkencan.]
[- Bagaimana caranya?]

[Urus urusanmu sendiri.
Kudoakan yang terbaik untukmu dan So-bin.]

Kenapa kau tak menanyakan kabar Jun?

[Aku akan lebih merindukannya
jika mulai membahasnya.]