All language subtitles for Run on ep 3 NEXT

Sub by Netflix & Synced by skysoultan
♔ Follow @skysoultan on Instagram ♔

SEMUA LOKASI, TOKOH,
ORGANISASI, DAN INSIDEN

DALAM DRAMA INI SEPENUHNYA FIKTIF.

Dia pacarku.

Kau sudah gila?

Aku serius.

Kau sungguh gila.

Sungguh.

Astaga. Ya ampun.

Halo. Senang bertemu.
Ada yang memanggil layanan sopir?

- Siapa yang memanggilku?
- Pria itu.

- Sebelah sini.
- Baik.

Apa kau baik-baik saja?

Apa sudah difoto?

Pacarnya bukan selebritas.

Jadi, diam saja, atau kalian bisa digugat.

Aku tak peduli dengan Ki Seon-gyeom.

Dia bukan pacarku.

Dah.

Kau sudah bangun.

Kami tinggal bersama.
Kami teman, bukan pacar.

Jadi, jangan salah paham.

Astaga.
Aku yang hidup menumpang di sini, Bu.

Halo. Aku Ki Seon-gyeom.

Maaf karena pertemuan pertama kita
harus seperti ini.

Bolehkan aku memakai kamar mandi?

Kau suka kebersihan?

- Ya.
- Mau bersih-bersih apa?

Wajah? Rambut? Badan?

- Boleh sampai mana?
- Semuanya pun tak apa-apa.

Aku akan memberimu sikat gigi.
Tunggu sebentar.

Makan ini dulu.

- Apa ini?
- Untuk pengarmu.

Tak pernah lihat?
Kau harus sering mengonsumsinya.

Kau sangat lemah minum miras.

Ini. Makanlah.

Aku sudah sediakan baju baru. Kenakanlah.

- Ini?
- Ya?

Padahal kau tak perlu repot-repot.
Terima kasih.

Bajumu sedang dicuci.

Itu baju pria.

Kami sengaja beli dan gantung di balkon
agar aman, karena tinggal berdua.

Kau yang pertama mengenakannya.

Kenapa? Apa terlalu mencolok?

Aku tak terpikir sejauh itu,

tapi ternyata kau berpikir sejauh itu.

Terima kasih sudah meminjamiku baju.

Pinjam jika kau mau,
asal dikembalikan lagi.

Tak apa-apa. Aku segera kukembalikan.

Baiklah.

Maaf mengganggu,

tapi sepatumu juga berantakan.

Ada juga sepatu pria di depan.
Kau bisa memakainya untuk pulang.

- Entah pas atau tidak.
- Astaga. Kita kedatangan Cinderella.

Kau tahu Cinderella, bukan?

Kau tak tahu dongengnya?

Cinderella disiksa
Oleh para saudari dan ibu tiri

Rupanya kau tahu. Duduklah.
Aku tak akan menyiksamu.

Ayo.

Harusnya "ibu dan para saudari tiri"?
Kurasa dia masih mabuk.

Sekarang adalah saatnya

untuk "saat lapar, dor." Makanlah.

Kalau begitu,
aku akan cuci piring sebelum pergi.

- Baiklah.
- Selamat makan.

Galbitang buatan ibuku enak.

- Makan yang banyak.
- Baik.

Omong-omong,

bagaimana aku bisa ada di sini?

Di sejarah navigasinya,
tak ada alamat rumahnya.

Hanya ada Pusat Pelatihan dan Agensi.

- Ada Hotel Seoul.
- Hotel?

Bagaimana? Kuantar ke Hotel Seoul?

Astaga.

Hanya hotel pilihan terbaik.

Tolong antar
ke simpang lima Hannam Ogeori.

- Simpang lima Hannam Ogeori?
- Ya.

Baik.

Jika boleh, ingin kupukul dia.

Memulai navigasi.

Bagaimana perasaanmu?
Sudah merasa lebih baik?

Astaga, yang benar saja.

Sakit.

Aduh. Tunggu.

Tunggu sebentar.

Astaga, bagaimana ini!

Ada apa ini?

- Hei, May.
- Apa itu di belakangmu?

Kau bukan main.

Aku memungutnya di jalan. Tampan, ya?

Aduh. Dingin.

Aku ingin meninggalkanmu.

Namun, kalau kau mati,
aku bisa dipanggil ke kantor polisi.

Jadi, aku menggendongmu.

Menggendong tak seperti itu.

Lebih tepatnya, dia menyeretmu.

Benar, deskripsi harus tepat.

Jadi, sampai mana ingatanmu kemarin malam?

Aku hanya ingat membayar.
Aku tak ingat apa pun

setelah itu.

Kau tak ingat setelah itu?

Kau harus dipukul.
Kita sudah janji kemarin.

Kemarin… jadi…

Jadi, itu bukan mimpi?

Rupanya bukan.

Silakan pukul aku. Aku seharusnya
dipukul setelah menciummu.

Itu bukan ciuman, hanya kecupan.

Kau pakai pelembap bibir apa?
Lembap dan enak.

- Kau mesum?
- Harus kuperiksa dulu.

Aku pakai pelembap bibir apa saja.

Mustahil orang aneh
berpacaran dengan orang normal.

Rupanya itu bukan mimpi.

Cukup diantar sampai sini saja.

Aku pamit.

Kau terlihat cocok dengan baju itu.

Terima kasih atas pujianmu.

Aku ingin beli mobil setelah beli rumah,

tapi belum bisa beli keduanya.

Waktu itu aku lihat berita.
Ada mobil berkecepatan 200 km per jam

menabrak mobil ini,

tapi pengemudi mobil ini
hanya luka memar ringan.

Aku juga lihat berita itu.
Bukan mobil ini.

Rupanya ini mobil mesin V8
yang bisa melaju dengan cepat.

Sebelum mati, aku sangat ingin
mengendarai mobil seperti ini,

dan kini mobil V8 ini
ada di depan mataku sekarang.

Mesinnya V6, bukan V8.

Maksudku, aku mau
coba mengendarai. Kau tak mau?

Bukankah pasangan
biasanya naik mobil bersama?

Kau bilang sendiri aku pacarmu.

Maka aku sungguh gila.

Aku harus menemui Bu Seo. Kau tak apa?

Tak apa. Aku akan diam di mobil saja.

- Kau ada rapat?
- Bukan. Aku harus minta maaf.

- "Minta maaf"?
- Kemarin aku sempat marah kepadanya.

Tak baik jika terlalu emosional.

Apa kau biasanya emosional padanya?

Biasanya tidak, tapi kemarin ya.

Ayo naik. Ayo berkendara.

Pak Ki, ada apa tiba-tiba datang?

Bu Seo ada?

Dia ke kantor pusat. Kau mau titip pesan?

Aku akan bicara langsung padanya.

Pak Ki.

Bu Seo sangat memperhatikanmu.

Kuharap kau tahu itu.

Aku tahu.

Silakan naik.

Kau sudah bicara dengan Bu Seo?

Tampaknya dia sibuk.

Mau ke mana sekarang?

- Rumah sakit.
- Kenapa?

- Aku mau jenguk.
- Baiklah.

Aku harus membeli boneka sebelum ke sana.

Aku tahu harus beli di mana.

- Biar kuantar.
- Ya. Terima kasih.

- Astaga!
- Astaga?

Sejak kapan kau menyetir?

Kau tak sadar?

Kau berencana mencuri mobilku?

Kau pikir aku hanya akan mencurinya?

Astaga, kenapa dia? Apa masalahnya?

Ini salahmu.

- Aku tak salah.
- Astaga.

Kau tak bisa menyangkalnya.

Kau punya SIM, bukan?

Sempurna.

Luar biasa.

Hei.

Orang yang hendak kau jenguk
masih kecil, 'kan?

Kurasa, ya.

Bukankah biasanya bawa buah
atau minuman saat menjenguk?

Aku hanya mau dia punya teman.

Sangat bosan jika kau sendirian.

Jika kau bicara pada boneka,
ia akan terasuk.

Kenapa tak membeli saja?

Karena lebih menyenangkan.

Tunggu sebentar.

Ini daftar pertanyaan
wawancara pemotretan Pak Ki.

Tolong diperiksa.

Aku harus pergi
karena Pak Jeong mengirimiku pekerjaan.

Terima kasih untuk boneka
dan mengemudi untukku.

Namun, jangan sampai kau membeli mobil.

Kau pengemudi yang payah.

Ini berarti kita tak akan membahas

kejadian kemarin?

Aku terus menunggu penjelasanmu.
Makanya beri boneka dan menyetir.

Kau mau memukulku sekarang?

Aku akan minta maaf jika itu maumu.

Jangan terima
permintaan maafku jika tak mau.

Kau juga boleh menggugatku.
Aku akan menghalangi tim hukum Bu Seo.

Kau bisa melakukan semuanya.

Hal paling penting lupa kau sebutkan.

Alasannya.

Kenapa melakukan itu padaku?

Aku ingin menghindari situasi,

- dan kebetulan kau di sampingku.
- Kebetulan?

Kau bicara serasa akan mencium
siapa pun yang ada di sana.

Aku mabuk kemarin.

Siapa pun yang di sampingku
akan kena imbasnya.

Jika tak masalah siapa pun,

kenapa tak mencium ayahnya Tae-ri?

Apa?

Tak peduli siapa pun itu, tapi kenapa aku?
Apa karena kau heteroseksual?

Jangan salah paham…

Memukulmu sepertinya pilihan menarik.

Namun, nanti saja.

Di sini terlalu ramai,
dan aku wanita beradab.

Selamat menjenguk.

Mengesankan. Pukulanmu ganas.

Halo.

Apa kau teman Woo-sik?

Kami berlatih bersama.

Namaku Ki Seon-gyeom.

Kau cantik sekali.

Astaga. Aku pikir kau wanita.

- Aku pria.
- Masuklah.

Aku harus pergi bekerja.

- Kau bekerja?
- Ya.

Bukan pekerjaan hebat.
Aku bekerja sebagai pembersih gedung.

Hampir lupa,

apakah Woo-sik
sungguh terluka saat berlatih?

Aku sudah tanya, tapi dia tak jawab.

Aku tanya padamu karena mencemaskannya.

Maafkan aku.

Kenapa minta maaf?

Aku sangat berterima kasih
kau sudah datang menjenguk Woo-sik.

Terima kasih.

Seon-gyeom.

Kau senang karena tak berlatih?

Kau ceria sekali.

Pakaian apa itu,

- dan kenapa kau membawa boneka?
- Ini punyamu.

Kau yang membelikan ini?

Supaya kau punya teman bicara.

- Duduklah. Kakimu pasti sakit.
- Baik.

Aku tak tahu nenekmu ada di sini.

Kami tadi bertemu di depan.

- Kau tak bilang apa-apa, bukan?
- Tidak.

Bagaimana keadaanmu?
Pasti masih belum baik.

Kurasa akan memakan waktu cukup lama
untuk bisa kembali berlatih.

Kurasa kau tak akan bisa berlatih di Jeju.

Bukan itu kekhawatiranku sekarang.

Bagaimana dengan dirimu?

Mereka bisa menghukum,

atau menskorsku.

Itu terjadi karena aku.
Jika kau bilang ini karena aku…

Yang benar saja.

Orang-orang bisa mencurigai hubungan kita.

- Kau masih bisa bercanda?
- Aku tak bercanda.

Aku sungguh khawatir.

Kau ingin jadi pahlawan?

Kau bicara serasa aku menyelamatkan dunia,
padahal hanya memukul orang.

Aku bahkan tak bisa menyelamatkanmu.

Kau sudah tahu,

- tapi kenapa melakukannya?
- Karena kau akan terus menerimanya.

Kau jadi atlet nasional
dan bawa nama negara,

makanya tak mau buat keributan.

Kau takut terkena dampaknya
secara personal maupun politik.

Sedangkan aku akan pensiun sebentar lagi.

Tak masalah jika dikeluarkan.

Aku punya banyak uang.

Kau menyebalkan.

- Bagus. Kau harus bercanda.
- Aku serius.

Aku pamit.

Seon-gyeom.

Aku belum sempat bilang kepadamu
karena keadaan kacau.

Terima kasih banyak.

Baju ini sungguh aneh?

Terlepas dari bajumu, terima kasih banyak.

Istirahatlah. Kau masih sakit,
jadi, harus banyak istirahat.

ACARA KELUARGA
BESOK PUKUL 15.OO

Mereka bercanda?

Ini namanya wawancara eksklusif.

Halo, Pak Jeong.

Ya. Ada masalah mengenai daftar pertanyaan
wawancara yang kau kirim padaku.

Apa masalah terjemahan?

Kau hanya perlu fokus pada bagian Pak Ki.

Seon-gyeom tak menjawab apa pun,
jadi, tak ada bisa aku periksa.

Ya.

Baik, akan kusimpulkan isunya
dan mengirimimu surel.

Baik. Selamat malam.

Aku terlalu bekerja keras,
padahal Seon-gyeom menyebalkan.

Pak Ki ingin bertemu langsung,

tapi rapatnya masih berlangsung.
Jadi, aku menggantikannya.

Dia pasti punya alasan
bahkan saat dia mati.

Kau akan gunakan mobil yang sama
setelah rapatnya berakhir.

Aku tahu. Kami harus turun
dari mobil yang sama, bukan?

Aku mau mampir ke salon dulu.

Kami pasti akan difoto nanti.
Aku harus memperhatikan penampilanku.

Ini dia atlet penggemar kekerasan.
Kau menginap di sini juga?

- Aku tinggal di sini.
- Masih di sini?

Kalau begitu, aku ikut mobilmu.

Aku tak mau naik mobil kiriman Ayah.

Kau dengar ceritaku dari siapa?

Aku tahu segalanya.

Kau dan Choi Tae-ri benar berpacaran?

Kenapa tak mempertemukanku dengannya?

Kami tak berpacaran. Sungguh memuakkan.

Aku juga sungguh muak.

Semua orang terus menanyakan hal itu.

Kukira kau tahu segalanya.

Benar juga.

Sampai kapan kau di Korea?

Sampai iklan yang tertunda
dan pekerjaan lainnya selesai.

Sampai bedebah itu tertangkap.

Bedebah itu? Ryan? Dia kabur lagi?

Kabur? Lagi? Orang bisa salah paham.

Kalian sungguh sedang berpacaran?

Kami berpacaran, jika aku bilang begitu.

Peringkat pertama di dunia
memberiku kuasa.

ADMINISTRASI BERSIH
BERSAMA KI JEONG-DO

Aku muak dengan periode pemilu.

Kita semua dipamerkan
bak hewan kebun binatang.

Ayah seharusnya berhenti
menjual nama kita. Apa dia tak tahu malu?

Ayah tak punya alasan untuk berhenti.

Keluarga ini dibuat untuk itu.

Selamat datang.

Ayah!

- Kenapa kau selalu keren tiap bertemu?
- Ibu hanya melihatku pada saat keren.

Ibu tak tahu keberadaanmu,
jadi, kirim baju ke rumah.

Akhirnya sampai di tanganmu.

Meski manajer yang kirim,
tapi ibu yang memilihnya.

Ya. Terlihat jelas ini selera Ibu.

Halo.

Astaga, Seon-gyeom!

Kenapa kau terlihat kurus sekali.

Berat badanku tak turun.

Kurasa itu tak benar.

Aroma japchae.

Kubuat ini karena dengar kau akan datang.

Kau suka japchae, bukan?

Mau coba?

Hukuman membawa tamu
tanpa persetujuan adalah…

membaca transkrip?

Ini tak layak disebut hukuman.

Film ini akan setenar La La Land.

Aku benci film musikal!

Siapa yang menyuruhmu?

Aku hanya memintamu membacanya.

Tak boleh pulang sebelum selesai baca.

La La Land itu film laris.

La La Land.

LA LA LAND

TOPIK PALING DICARI
ANGGOTA MAJELIS KI JEONG-DO

PERAYAAN HARI PERNIKAHAN
YOOK JI-WOO DAN KI JEONG-DO

WARGANET ANTUSIAS
KARENA PASANGAN BERPENGARUH

Aku tak apa-apa karena sudah terbiasa.

Dia tak apa-apa karena sudah terbiasa…

Apa berarti dia terganggu sebelumnya?

Pak Ki, kau tak keberatan soal ini?

Kenapa kau selalu terlihat begitu
di foto? Tolong jawab.

Kenapa ini merayu?

Padahal kau tersenyum lebar waktu mabuk.

Terima kasih, Tuhan,

telah memberi kami makanan hari ini.

Sudah lama keluarga kami
tak berkumpul seperti ini.

Tolong bimbing acara makan siang ini
agar berjalan lancar.

Kami berdoa
dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Amin.

Kau. Siapa aktris yang kau kencani itu?

- Kami tak berpacaran.
- Konyolnya kau membiarkan

para reporter menangkapmu
bersama pesohor kacangan itu?

Pesohor kacangan itu
akan senang namanya disebut-sebut.

Kenapa kau ke kantor polisi?

Kau baru masuk pusat pelatihan.
Beraninya ke tempat seperti itu?

Anggota Majelis Ki, kau masih
dapat laporan mengenai Seon-gyeom?

Orang-orang akan mengira
kau sungguh menyayangi dia.

Aku menyayanginya. Aku ini ayahnya.

Setidaknya,
ikuti setengah prestasi kakakmu.

Dia pegolf,

dan selalu menjadi juara pertama.

Bagaimana dirimu?

Kau hanya juara dua,
dan sekarang berkelahi bak anak kecil?

Seharusnya kau malu.

Perkataan Ayah aneh.

Dia boleh berkelahi jika anak kecil?

Kau menang, Seon-gyeom?

Dia harus menang. Dia putraku.

Sebagai atlet nasional

yang dikenal publik,
perbuatanmu sungguh membanggakan.

Ayah sabar sekali.

Ayah pasti ingin memarahiku
begitu kejadian itu terjadi.

Ayah sibuk berkampanye.

Ayah orang yang sibuk.

Ayah sibuk, tapi tahu banyak mengenaiku.

Ayah akan mengurus komite disiplin.

- Kau diam saja.
- Ayah mau memberi mereka uang?

Kenapa kau memukul orang?

Ayah tak pernah meminta banyak hal.

Kau punya segalanya.

Ayah hanya ingin kau mempertahankan
statusmu di tim nasional.

Apa sesulit itu?

Kenapa pula kau pindah ke cabang lari?

Seharusnya ayah menyuruhmu
bermain sepak bola.

Kau pria, tapi tak berambisi.

Bukankah lebih baik tak berambisi
daripada harus mengorbankan orang?

Kau sedang menyindir ayah?

Mengenai komite disiplin…

Jangan halangi mereka.
Aku akan terima hukuman.

Berengsek!

Hukumanmu
bisa menodai karier politik ayah.

Kenapa kau harus dihukum?

Kau tak memakai narkoba
atau doping ilegal.

Kau hanya memukul orang!

Haruskah aku pakai narkoba dan doping?
Aku suka. Itu lebih menantang.

Aku merusak suasana. Aku pamit.

Selamat ulang tahun pernikahan.

Apa masalahnya?

Bagaimana kau…

mendidik anak-anak?

Jika mencurahkan waktu mendidik anak,
aku tak akan jadi Ratu Cannes,

tapi jadi Ibu Teladan Tahun Ini.

Hari ini pun kacau.

Hei, Ki Seon-gyeom!

Hei! Ki Seon-gyeom!

Aku disuruh memberikan ini. Japchae.

- Eun-bi.
- Kau tak akan mengambilnya?

Maaf.

Karena tak mengenalkanku pada pacarmu?

Kukenalkan lain kali.

Masuklah.

Park May sialan.

Dia pintar memilih film bagus.

Akhir filmnya sungguh luar biasa.

Sial! Film musikal sialan!

APOTEK BAHAGIA

Dia makan apa?

Dia sungguh sedang makan?

Kau sedang makan apa?

Japchae.

Kenapa kau makan di luar?
Orang-orang melihatimu.

Karena aku lapar.
Kau baru bepergian hari ini?

Aku habis dari kantor teman serumahku.

Kau ke sini untuk menemuiku?

- Ya.
- Ada apa?

Aku tak sempat menyiapkan alasan.

Kalau begitu… mau mengembalikan baju?

- Ya, benar.
- Benar apanya?

Aku meminjamkan baju di kotak makanan?

Harusnya kau menelepon.

Mungkin seharusnya kutelepon.

Namun, ponselku mati.

Apa ini? Kenapa kau tiba-tiba jadi bodoh?

Kenapa wajahmu terluka?

Tunggu sebentar. Aku punya salep.

Ini.

Terima kasih.

Aku juga punya plester.

Tidak. Bukan di sana, tapi di sini.

- Kenapa kau selalu terluka?
- Benar juga. Mungkin aku sungguh caper.

Kulihat fotomu. Foto di depan rumahmu.

- Katamu tak punya rumah?
- Hanya ada…

pada hari seperti ini.

Rumah adalah tempat untuk pulang…

sama sepertimu tadi.

- Kau menyentuhku?
- Sayang karena tersisa.

- Kenapa terlalu banyak mengeluarkannya?
- Jika baru dibuka, pasti keluar banyak.

Salahku juga karena terluka, bukan?
Aku yakin begitu.

Mengenai rumahmu…

Jika tak punya rumah,
kau bisa membuat sesuatu yang mirip.

Itulah yang kulakukan.

Tempat aku bisa pulang.

Jika X itu satu, ini A.
Bagaimana cara mengerjakannya?

- Faktorisasi dan pecahan sederhana.
- Benar, maka kita dapat dua.

Karena kedua persamaan harus sama,

jadi, A adalah dua,
dan nomor tiga adalah jawabannya.

Mengerti? Begitu caranya.

Mahasiswa seni yang pandai matematika?

Kau langka.

Jurusan olahraga yang gigih
menghadapi matematika? Kau juga langka.

Ya, tidak.
Aku gigih untuk membohongi ibuku.

Ungkapan apa itu?

Kau menyetujui, atau mengelak?

- Cara bicara anak muda zaman sekarang…
- Ya, tidak.

Ibumu masih belum tahu
kau mau jadi atlet, bukan?

Matilah aku jika ketahuan.

Kau bisa belajar di rumah
jika ingin menipu ibumu.

Kenapa harus melakukan ini di kafe?

Ibuku tak pernah ada di rumah,
hanya ada putranya.

Kenapa kau begitu benci Ye-jun?

Anak tunggal tak akan mengerti.
Tak ada alasan untuk benci.

Padahal kakakmu pintar,
tapi kau malah belajar dariku.

Karena tak mengerti kenapa aku
tak bisa menyelesaikan soal ini.

Dia juga tak mengerti
kenapa aku tak pintar.

Maksudku…

Ye-jun, bisa kerjakan ini?

"Dua akar pangkat adalah alfa dan beta…"

Masing-masing, minus lima dan minus tiga.

Masukkan ke dalam persamaan
untuk dapat jawabannya.

Beri tahu aku kenapa jawabannya begitu.

Ini sama saja
seperti menanyakan kenapa bumi itu bulat.

Goh Ye-chan! Cepat ke sini! Ini mendesak!

Goh Ye-chan!

Kenapa?

- Ada yang ingin aku tanyakan.
- Apa?

Kenapa kau bodoh sekali?
Aku sungguh penasaran.

- Apa-apaan…
- Menyebalkan.

Goh Ye-chan, kali ini sungguh kemarilah.

Apa lagi?

Tolong matikan lampu saat kau keluar.

Dasar kau!

Ye-jun yang salah.

Berhenti bergosip.
Ayo selesaikan soal selanjutnya.

Apa kau punya pacar?

Tak sekalian tanya kapan cinta pertamaku?

Ya. Siapa, apa, kapan,
di mana, kenapa, dan caranya.

Kau terus tanya hal lain
karena tak mau belajar, bukan?

Kupikir kau tak sadar.

Soal selanjutnya.

Kapan cinta pertamamu?

Aku belum punya cinta pertama.

- Kenapa tak punya?
- Karena tidak ada!

Soal selanjutnya! Kumohon!

- Kumohon!
- Kumohon!

- Kumohon soal selanjutnya.
- Kumohon beri tahu!

Aku sungguh tak punya!

Ini konsep dan rupa pemotretan
yang dikirim dari Amerika.

Pakaian olahraga
tentu dari Seomyung Fashion.

Konsepnya mix-and-match
karena ini merek pakaian mewah.

Tatapanmu intens sekali.

Kulihat bosku berjuang mati-matian
untuk membuat Pimpinan terkesan.

Kau sangat bekerja keras.

Padahal aku berusaha keras
untuk memakaikanmu bajuku.

Aku sedih, kau tak tahu.

Aku tak menyukaimu.

Kau lucu sekali saat seperti ini.
Aku tak tahu apa kau menyadarinya.

Berhenti memanfaatkan Seon-gyeom.

Bagaimana bisa begitu?
Berkat dia, kau mau bicara denganku

dan pakai bajuku untuk pemotretan.

Kau seperti menyanderanya.

Mari kita tanda tangan kontrak.

Kenapa tiba-tiba bahas kontrak?

Tadi katamu, "Bosku."
Tanggung jawablah sudah membuatku senang.

Kau senang?

Bagaimana dengan perkelahian Seon-gyeom?

Dia terlihat sudah bertekad
untuk dihukum sejak awal.

Soal itu…

Kau pernah bertengkar dengan Seon-gyeom?

Kami harus sering bertemu
untuk bisa bertengkar.

- Kau bertengkar dengan Seon-gyeom?
- Aku tak tahu

apa dia, atau aku yang marah.

Seon-gyeom jarang marah.

Jika dia marah,

artinya kau yang salah.

Aku tak bersalah.

Jika aku salah,
artinya itu salah orang lain.

Apa maksudmu?

Di saat kita mendefinisikan
pertengkaran ini,

ayahmu akan mengatasinya.

Meski ini bisa terdengar salah…

tapi aku paham kenapa ayahku menutupinya.

Seon-gyeom adikku.

Kekerasan terhadap sesama atlet…

Kariernya bisa berakhir.

Karena terlalu lama di Amerika,
kau sudah melupakan suasana Korea?

Di negara ini, hidup tak akan berakhir

hanya karena memukul orang.

Aku tak terluka parah.
Ini bukan masalah besar.

Kami tak disiplin,

jadi, dia beri kami pelajaran.

Setelah didengarkan,

sepertinya hanya pertengkaran sepele
antara atlet.

Ini bukan pertengkaran.
Dia hanya mendisplinkan kami.

Kami keberatan jika ini

dianggap sebagai tindakan kekerasan.

Kami yang keterlaluan.

- Maafkan aku.
- Maafkan aku.

Sepertinya ini hanya perkelahian biasa.
Tak perlu dibesar-besarkan.

Ini tindakan kekerasan.
Aku akan menerima hukuman.

Hukuman?

Hukuman apa? Tak ada korban.

Mereka bilang
ini bukan tindakan kekerasan,

kenapa kau terus bersikeras?

Seon-gyeom, bukankah aneh

jika tak ada korban dan hanya ada pelaku?

Lebih berhati-hatilah ke depannya.

Aku percaya bahwa Seon-gyeom
sudah introspeksi diri.

Selesaikan masalah ini baik-baik.

Berbaikanlah. Kita akhiri saja.

- Baiklah.
- Komite disiplin berakhir.

Apa hanya ini yang dibahas?

Apa harus ada yang lain?

Kalian boleh bubar.

Apa semua komite disiplin
dilakukan seperti ini?

Dengan akhir bahagia,
tanpa ada pelaku dan korban?

Jaga perkataanmu.

Kau membuat keributan yang tak perlu.

Komite disiplin termasuk langka
di cabang atletik.

Karena sudah telanjur begini,

apa kalian akan mengakuinya
jika dilakukan di depan mata?

Apa katamu?

Pasti tidak, bukan?

Tak peduli apa pun yang aku lakukan.

- Kau pasti lelah.
- Ya.

Aku sudah pesan restoran untuk kalian.
Makanlah.

Pelatih.

Bagaimana dengan pemukulan Woo-sik?

Kau tak melaporkannya?

Seon-gyeom. Kepala pelatih
akan datang ke sini sebentar lagi.

Aku akan memberikan
semua bukti kekerasan kepadanya.

Aku akan membantu
untuk meringankan hukumanmu.

Jangan cemaskan aku.

Kau tak apa-apa?

Aku senang dirawat di rumah sakit.

Karena tak kena pukul di sini.

Aku ingin berpikir

aku bisa mengubah sesuatu

dengan keberanianku. Itu saja.

Itu bukan masalah besar.

Tak perlu dilaporkan.

Kenapa kau yang memutuskannya?

Kau yang suruh mereka
beri pernyataan seperti itu?

Semua sudah selesai.
Kenapa dipermasalahkan?

- Pak.
- Sejak awal…

masalah ini tak akan muncul
jika kau membicarakannya baik-baik.

Maksudmu, salahku karena mempermasalahkan
hal yang kau tutupi?

Karena kau yang merekrut mereka?

Bajingan ini sungguh kurang ajar.

Kau akan tutup mata meski mengetahuinya?

- Kau tak tahu malu?
- Berengsek!

Kita di gedung asosiasi.

- Tahan emosimu.
- Lepaskan aku!

Kau berani menantangku
karena ayahmu, bukan?

Aku tak akan lakukan ini
jika mengandalkan ayahku.

Ki Seon-gyeom, hentikan!

Aku akan memarahimu nanti.

Ayo kita pergi, Pak.

Didik dia dengan benar.

Kalian bubar. Jangan bertengkar.

Pak!

Hei. Ayo pergi.

Kau menyesal karena gegabah?

Kalau begitu, bisakah kau
mengatakannya juga kepada Woo-sik?

Aneh, aku tak merasa bersalah pada dia.

Apa Woo-sik pernah melakukan
kesalahan pada kalian?

Jika itu begitu penting,
aku akan mulai memikirkannya.

Berhenti munafik.

Kau bisa menutupi kesalahan apa pun
karena memiliki dukungan ayahmu.

- Ayo pergi.
- Lepaskan!

Apa aku salah? Kenapa kau sok pahlawan?

Aku tak tahu apa bedanya kau dengan kami.

Benar juga.

Aku lebih jahat.

Karena memberi harapan pada dia.

Kau beli ini di mana?

Dia kini temanku.

Kenapa ekspresi teman bicaraku begini?

Sub by Netflix & Synced by skysoultan
♔ Follow @skysoultan on Instagram ♔

Kau Oh Mi-joo, bukan?

- Ya.
- Tolong tunggu sebentar.

- Dia akan segera keluar.
- Baik.

Suatu kehormatan bisa bertemu.

Kenapa ingin menemuiku?

Aku ingin menyapamu.

Karena kau akan membantu putraku.

Putramu pasti senang karena kau ayahnya.

Kami hanya bekerja seminggu,
tapi kau begitu perhatian.

Namun, dia kurang menghargaiku.

Apa aku ayah yang bodoh?

Sebenarnya Seon-gyeom membuat masalah.

Dia keras kepala karena mirip denganku.

Dia sulit ditebak jika sedang emosi.

Jadi, aku minta kau untuk mengawasinya.

Kau pasti tahu harus memilih
kata-kata yang baik saat menerjemahkan.

Apa?

Laporkan juga setiap pergerakan putraku.

Kau penerjemahnya,
jadi, bisa terus bersama.

Meski begitu, jangan melakukan hal bodoh,

atau hal yang tak perlu.

Ambil ini.

Aku sering lihat situasi
seperti ini, tapi…

- Apa ini?
- Lebih baik disebut apa?

Biaya pengeluaran?

Kau beri biaya pengeluaran
dengan pajak yang dibayar masyarakat?

Jika uang ini didapat dari pajak negara,

bukankah artinya masyarakat
melakukan hal baik?

Aku dengar dari Profesor Hwang.

Katanya kau tumbuh dengan baik
dalam keadaan yang sulit.

Jika kau tak suka biaya pengeluaran,
anggap saja aku memberimu uang jajan

menggantikan orang tuamu yang sudah tiada.

Kenapa kau menggantikan
orang tuaku yang sudah tiada?

Orang tuaku tak meninggal karenamu.

Kalau begitu, kau bisa menerimanya
sebagai uang duka.

Pak, waktu istirahat sudah selesai.

Wali kota sudah kembali ke tempat.

Baiklah.

Sampai jumpa di Pulau Jeju.

Mohon bantuannya.

Padahal ini jam tidurku.

Aku sungguh tak mau pergi.

BANDARA JEJU

- Nona Oh Mi-joo.
- Ya?

Nona Ki Eun-bi.

Ayo naik. Tujuan kita sama.

Begitu? Bagaimana kau bisa mengenalku?

Aku tak mengenalmu.

Dia yang mengenalimu.

Bu Seo akan datang besok.

Karena hari ini
aku tak perlu memakai bajunya.

Aku mau menelepon sebentar.

Apa hubungan kalian?

Kau dan penerjemah itu.

Dia penerjemahku.

Tolong pertanyaan selanjutnya.

Kau selalu berhasil
mempertahankan juara satu

dalam sepanjang kariermu.

Bagaimana rasanya jadi yang teratas?

Menjadi yang terbaik itu cukup menjemukan.

Terkadang, orang harus
melihat ke atas juga.

Apa aku harus becermin?

Tolong lewatkan pertanyaan ini.
Membosankan.

Tak ada komentar.
Tolong pertanyaan selanjutnya.

Kau lebih lama tinggal
di Amerika daripada di Korea.

Kenapa kau menggunakan penerjemah,
padahal fasih berbahasa Inggris?

Karena aku orang Korea.

Bahasa Inggris-ku memang lancar,

tapi ada banyak atlet yang lebih fasih.

Sedangkan golf,
tak ada yang lebih hebat daripadaku.

Juara pertama dunia adalah Orang Korea,

kenapa harus pakai Bahasa Inggris

jika bisa menyebar Bahasa Korea
ke seluruh dunia?

Logika yang bagus.

Mohon tunggu sebentar. Maaf.

Sebelum menerjemahkan,

aku ingin menanyakan beberapa hal.

Aku sudah memintamu lewat surel

untuk bertanya kepada mereka dengan adil,
tapi kau tak membalasnya.

Kami hanya ingin menanyakan
semua pertanyaan seputar tur Eun-bi.

Sampai sejauh ini,
kau hanya bertanya kepada Eun-bi.

- Keren sekali.
- Jadi, apa wawancara ini adil bagimu?

- Memang kau tahu artinya?
- Kau benar.

Maafkan aku.

Kau harus memperlakukannya
dengan baik. Dia menjagamu.

Terima kasih. Baik.

Aku akan menjawab pertanyaan sebelumnya.

- Aku pergi dulu.
- Ya.

Pak Ki, aku Reporter Yoo A-in
dari Sports Tomorrow.

Aku kemari karena kau
pasti sibuk berlatih besok.

- Apa kau bisa meluangkan waktu?
- Maaf.

Aku penggemar beratmu.

Kau sudah lihat artikel skandalmu?

Aku yang menulisnya.

Apa kau sungguh melakukan
tindakan kekerasan pada sesama atlet?

Semua orang seperti menutupinya.

Karena sangat tertarik denganmu,

aku ingin memastikannya.

- Apa kau tak bisa meluangkan waktu?
- Maaf.

Sayang sekali.

Sial.

Aku sangat menyukainya.

Kenapa kau begitu menyukainya?

Besok kau harus memotret
Ki Seon-gyeom dengan baik.

Agar banyak yang melihat artikelku.

Baik.

Aku tak bisa tanya Seon-gyeom
soal perilaku tak sopan ayahnya.

Aku merasa tak nyaman di dekatnya.

Permisi, apa aku bisa tahu di gedung mana
Anggota Majelis Ki Jeong-do menginap?

Aku tak bisa beri tahu karena peraturan.

Aku penerjemah yang direkrut Pak Ki.

Aku ingin mengembalikan sesuatu kepadanya.

Apa tak bisa?

Maaf.

Tidak, aku mengerti. Maaf.

Ayahku belum datang.
Dia baru ke sini besok.

Nona Ki Eun-bi.

Aku tak tahu.

Kenapa barang ayahku ada padamu?

Itu…

Maaf. Aku sudah melanggar privasimu.

Aku hanya ingin menyapamu.

Kurasa Seon-gyeom bertemu penerjemah baik.

Aku bukan penerjemah yang baik.

Kalau begitu, aku pamit.

Nona Oh…

Siapa kau?

Nona Oh Mi-joo?

Ada apa denganmu?

Kau menangis?

Aku kaget.

Kali ini…

aku sungguh minta maaf.

Kupikir kau hanya berlari
sama sepertiku. Maksudku…

Kurasa aku tahu

apa yang terlintas di benakmu,

jadi, aku merasa bersalah.

Kenapa kau berlari
di tengah malam seperti orang gila?

Kau benar.

Sepertinya pencernaan
orang gila ini sedikit terganggu.

Kau makan enak,
kenapa pencernaanmu terganggu?

Karena punya banyak pikiran.

Aku tak bisa melakukan apa-apa.

Jika sesuai aturan,

aku tak seharusnya berada di sini.

Namun, jadwalmu padat sekali.

Ada pemotretan, wawancara, dan pelatihan.

Aku masih mau berlari.

Apa kau bisa menungguku?

Tenangkan dirimu sebentar.

Bagaimana keadaanmu sekarang?

Sudah merasa lebih baik?

Aku masih mau diam di sini.

Baiklah. Kita diam di sini sebentar.

Aku pasti akan meledakkan kepalamu
jika punya pistol.

Maafkan aku.

Jadi, pemantik itu untuk membela diri?

Kira-kira begitu.

Kau bawa pemantikku?

Ada di pusat pelatihan.

- Apa?
- Namun, aku tak bisa ke pusat pelatihan.

Kenapa begitu?

Karena aku memukuli para juniorku.

Kita harus mulai jalan, bukan?

Ayo.

Badan Asosiasi akan memberikan
para atletnya hadiah uang

setiap memecahkan rekor Korea.

Tak banyak atlet yang bisa memenangkannya.

Namun…

Ada banyak atlet
yang hanya mengharapkan hadiah itu.

Woo-sik adalah salah satunya.

Suatu hari dia bertanya padaku.

"Kenapa kau berlari?"

Dia bilang dia berlari karenaku, tapi aku
tak bisa menjawab pertanyaan sama.

Aku hanya berlari tanpa alasan.

Mungkin karena ingin bekerja
untuk menghasilkan uang.

Kurasa bukan.
Aku tak pernah mencemaskan uang.

Rupanya ini perasaan mereka.
Kau sedikit menyebalkan.

Aku tak bisa beri tahu alasanku berlari,

tapi kurasa aku
ingin beri tahu dia satu hal.

"Aku dihukum,

jadi, orang yang memukulmu
juga akan dihukum."

Itu hal wajar, bukan?

Namun, aku tak bisa melakukannya.

Astaga.

Lomba lari cuma berlangsung sepuluh detik.

Apa harus susah payah seperti ini
untuk bisa berlari selama sepuluh detik?

Meski aku…

mengalami kesulitan kemarin,

aku tetap berlari seperti hari ini,

melupakan kejadian kemarin,

dan memulai hariku.

Aku hidup seperti itu selama ini.

Namun, kali ini…

kurasa aku tak boleh begitu.
Aku tak mau begitu.

Jangan lakukan jika tak mau.

Kau tak harus selalu mengatasi segalanya.

Kau bisa istirahat di akhir pekan.

Kau tak perlu melakukannya jika tak mau.

Aku serius.

Sejujurnya, aku tak pantas
mengatakan apa pun.

Aku melakukan pekerjaan ini meski tak mau.

Aku ini pecundang.

Rupanya kau tak mau melakukannya.

Bukan karena kau.

Aku senang bertemu denganmu.

Sekarang pun begitu.

Mohon bantuannya besok.

Akhirnya kita berjabat tangan.

Benar juga.

Semoga kita bisa akur.

Aku juga.

Ini Pulau Jeju,
kenapa bukan mobil konvertibel?

Angin di Pulau Jeju kencang.

Kau takut aku akan terempas?

Ya.

Karena pakai kacamata hitam,

kau terlihat seperti gangster.

Kenapa kau ada di sini?

Bukankah kau sedang rehabilitasi?

Aku datang untuk melihat.

Kepala pelatih berbaik hati
membawaku ke sini.

Aku disuruh melepas penat.

Berbaik hati?

Dia membawa atlet sepertiku
yang tak bisa berlari.

Aku bersyukur karenanya.

Omong-omong…

mengenai komite disiplin…

Jadi, disimpulkan tak terjadi apa-apa?

Semua orang berpartisipasi
di pelatihan kali ini.

Meski begitu, aku senang.

Benar juga. Aku sedikit sedih
karena tak bisa berlari bersama denganmu.

Kapan lagi bisa ke Pulau Jeju denganmu?

Baguslah jika disimpulkan
tak terjadi apa pun.

Aku tak punya penyesalan.

Aku juga tak mendendam.

Mereka tak dihukum.

Itu artinya
mereka tak dinyatakan bersalah.

Jadi…

aku harus memaafkan mereka, bukan?

Karena mereka tak bersalah.

Kau bisa memaafkan mereka?

Tak bisa?

Kalau begitu, jangan dimaafkan.

Itu hakmu untuk memaafkan.

Terima kasih. Tolong lihat kamera.

- Mohon bantuanmu.
- Terima kasih.

Bu Seo, kau sudah bekerja keras.

Ini karena Pak Seo tak melakukan apa pun.
Terima kasih, Pak Seo.

Kau selalu berbicara seperti itu.

Buat orang yang dengar jadi kesal.

Kalian harus jalan-jalan selagi di sini.

Tim trek dan lapangan nasional
mulai pelatihan hari ini.

Bagaimana jika kita menyemangati mereka?
Bukankah itu ide bagus?

Hanya Ki Seon-gyeom
yang membuatku menunggu.

Apa Ki Seon-gyeom memang begitu?

Tak lucu? Ini lucu bagiku.

Sebentar lagi Ki Eun-bi
akan memulai pemotretan.

Kau bisa bergabung setelah berlatih.

Tersenyumlah.
Media asing akan meliput pelatihan.

Sejak kapan media asing
tertarik dengan kami?

Kenapa lagi? Itu karena kau.

Kau hebat di Doha, dan kau
wajah perwakilan trek dan lapangan.

- Kau juga tampan.
- Terlebih lagi…

aku harus pakai bajumu.

Hanya karena kau atlet sukses.

Itu bagus untuk iklan.

Kudengar kau ke kantorku? Ada apa?

Aku merasa tak enak
karena sempat marah padamu.

Junior yang pernah
kau ceritakan adalah Kim Woo-sik?

Kakinya terlihat terluka parah.

Kau sudah tak marah?

Aku sudah tak marah lagi padamu.

Aku bahkan tak pernah marah padamu.

Apa aku harus merasa lega?

Namun, kemarahan lain tak akan hilang.

Aku akan tetap marah,

dan terus marah.

Astaga, lama tak bertemu.

Kupotret sekarang.

Ayo!

Kerja bagus.

Ini untukmu.

Bukankah hanya reporter yang akan datang?

Mereka pikir ini kebun binatang?

- Dia semakin cepat belakangan ini.
- Benarkah? Rekormu?

Rekorku di kisaran 10,25 detik.

- Itu bagus.
- Dia biasanya lebih cepat.

Sampai jumpa nanti.

Tak begitu, bukan?

- Apa maksudmu?
- Ayah menyuap mereka?

Katakan tidak.

Kenapa kau begitu naif?

Itu bukan masalah besar.

Jangan buat masalah.

Ada banyak kamera hari ini.

- Kau tak akan jawab?
- Itu sebabnya

seharusnya Ayah menghalangiku kemari.

Aku sudah beri kesempatan.

Apa yang sedang dia pikirkan?

Kemarin,

dan hari ini.

Dia seperti sendirian di trek.

Dia seperti menguasai trek juga.

Dia seperti terus berlari
saat tak sedang berlari.

OH MI-JOO
PENERJEMAH

Semuanya, bersiap di posisi masing-masing.

Ada aturan dalam bidang atletik
bahwa harus bersiap sebelum mulai.

Bersedia.

Saat berada di garis awal…

Siap!

atlet bisa memilih

untuk berlari sampai akhir,

atau tidak sama sekali.

Aku…

memilih untuk tak berlari.

Karena aku masih tak bisa menjawab
kenapa aku berlari.

Pak Ki, apa kondisimu tak baik?

Ini berkaitan dengan skandalmu?

Apa rumor itu benar?

Kenapa kau tak berlari?

Karena tak bisa.

Aku melakukan kekerasan…

pada juniorku.

Sub by Netflix & Synced by skysoultan
♔ Follow @skysoultan on Instagram ♔

Kau tampak terlalu tenang,
dan itu membuatku takut.

Aku takut kau mendadak melompat,
jadi, tolong mundurlah.

Aku tahu tempat ini. Ini jalan ke akhirat.

- Hei.
- Nona!

Kau pikir aku mempekerjakanmu
hanya untuk menjadi penerjemah?

Kabarnya kau menerima
uang Anggota Majelis Ki.

Kau benar-benar bawahannya bawahan.

Ki Seon-gyeom yang memukulmu?

Kau tampak ingin tahu banyak tentang aku.

Mana mungkin?

Lukiskan aku lukisan.

Jika kutolak?

- Nona Oh.
- Kau menyuruhku

untuk mengada-ada?

Aku tak bilang
kau harus ajak penerjemahmu.

- Kau tak harus katakan apa pun soalku.
- Apa maksudmu?

Kisahmu yang paling penting bagiku.

Segala perkataanmu sejauh ini
tampaknya mengisyaratkan hal itu.

Aku menyukaimu.

Terjemahan subtitle oleh Jessie Yobelia